Lelaki Jalan
Ke jalan, anakku. Lelakilah yang mengukur simpang-simpang dalam bola kabut. Atau neraka yang terpancar dari kerusuhan teruskan sangarnya matahari. Seperti waktu yang selalu kita debatkan bagi kampung halaman. Serta rakit yang mengarungi rantau-rantau. Maka teruskan mencari meski kamu akan banyak kehilangan. Ketika malam jatuh atau ketika para pemabuk terbuai. Ukurlah hidup gres selingkar mana?
Ke jalan, anakku. Bagi lelaki tak ada takdir di kamar ini selain bayangan langit-langit. Mimpi berkepanjangan jangan deritakan sedih yang jauh. Karena saatnya orang-orang akan diusir dalam perpisahan. Tentu bagi hidup maka berangkatlah! Sekeras-keras tangis kematian menyerupai bayi-bayi lepas dari gendongan. Sampai kamu ketagihan menjilat airmata. Dan kokoh sebagai pengembara.
Sumber http://www.sepenuhnya.com/