Bukankah Kita Bagian dari Tanah Gersang?
Kita berkelakar dalam kelebat bayang yang tak tampak, kemudian terkecoh pada sedih lara dan amarah yang rumit. Sedang pikiran menghantui ruh-ruh dari bumi yang mati.
Kita buka lembaran-lembaran kertas tahun lalu Segala paradigma melelehkan helai-helai makna Melupa mata air kearifan dan hakikat rasa Kemana perginya angin?
Lalu di tepi rasamu yang sunyi Kita eja bait-bait puisi yang memanusiakan manusia merenungi baris-baris doa dengan energi tanpa batas dan memimpikan oase di tengah panas membakar
Ketidakseimbangan itu berakhir bumerang Karena jiwa-jiwa dirundung cemas yang usang Atas cinta-cinta yang akan pergi menghilang
Bukankah kita bab dari tanah gersang? Tetapi sesaat kemudian memusuhi ajal yang siap menghadang.
Februari, 2011
Puisi: Bukankah Kita Bagian dari Tanah Gersang? Sumber http://www.sepenuhnya.com/