Kemampuan Metakognitif Anak Dan Perkembangannya - Gasskeun Kemampuan Metakognitif Anak Dan Perkembangannya | Gasskeun

Kemampuan Metakognitif Anak Dan Perkembangannya

KEMAMPUAN METAKOGNITIF ANAK DAN PERKEMBANGANNYA 


A. Kemampuan Metakognitif Anak 

Metakognitif pertama kali diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1979. Metakognitif berdasarkan Flavell mengacu pada kesadaran seseorang wacana pertimbangan dan kontrol dari proses dan taktik kognitifnya (Faudzi, http://unimed.ac.id). Metakognitif sanggup diartikan sebagai proses mental untuk mengendalikan dan memperlihatkan perintah wacana bagaimana orang berpikir. Pada umumnya proses kemampuan metakognitif terlihat dalam proyek siswa, di mana siswa harus menciptakan keputusan wacana taktik dan pelaksanaannya (Intel, http://intel.co.id).

Menurut Suherman, metakognitif merupakan kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri sehingga perilakunya sanggup terkontrol dengan baik dalam memecahkan masalah. Umumnya seseorang akan bisa menyadari kekurangan dan kelebihannya. Jadi, konsep dari metakognitif yaitu berpikir wacana pikiran pada diri sendiri, di dalamnya termasuk kesadaran wacana apa yang diketahui diri sendiri (pengetahuan metakognitif), apa yang sanggup dilakukan diri sendiri (keterampilan metakognitif), dan apa yang diketahui wacana kemampuan kognitif diri sendiri (pengalaman metakognitif) (Fauzi, http://unimed.ac.id). 
Komponen yang paling dasar dari kemampuan metakognitif yaitu kewaspadaan dari proses berpikir. Kewaspadaan ini terkait dengan pilihan yang cerdas mengenai taktik dalam menuntaskan tugas. Selanjutnya komponen rencana dari metakognitif yaitu bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengaktifkan kemampuan, taktik, dan proses tertentu yang dipakai dalam menggapai cita-cita. Komponen selesai dari metakognitif yaitu pemantauan. Pemantauan berfungsi untuk bekerja pada keefektifan rencana dan taktik yang digunakan. Dalam proses ini memerlukan pemikiran yang konsisten dan keberanian menciptakan perubahan yang diharapkan (Intel, http://intel.ac.id). 

Dalam artikel klasiknya wacana metakognitif, Flavell menyatakan bahwa metakognitif meliputi pengetahuan wacana strategi, kiprah dan personal. Pengetahuan strategis merupakan pengetahuan wacana strategi-strategi berguru dan berpikir serta pemecahan masalah. Selain pengetahuan wacana banyak sekali strategi, berdasarkan Flavell pengetahuan metakognitif juga meliputi pengetahuan banyak sekali kiprah kognitif, yang meliputi kiprah pengetahuan kontekstual dan kondisional. Selain kedua pengetahuan tersebut, pengetahuan diri juga merupakan bab dari pengetahuan metakognitif yang sangat penting. Pengetahuan diri ini meliputi pengetahuan wacana kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam kaitannya dengan kognisi dan berguru (Anderson & Krathwohl, 2010). 


B. Perkembangan Kemampuan Metakognitif pada Anak 
Perubahan kemampuan anak dalam memonitor dan meregulasi proses mental mereka berkaitan dekat dengan usia dan ketepatan pada banyak sekali variasi tugas. Adanya perubahan usia pada anak menyebabkan perkembangan keterampilan-keterampilan pada masa bawah umur menjadi fokus penelitian metakognitif. Penelitian menyatakan bahwa metakognitif berkembang seiring usia dan dipengaruhi juga oleh latihan. Keyakinan metakognitif mengenai dasar intelegensi dan kognisi individu dibuat di awal masa bawah umur melalui interaksi sosial yang selanjutnya sanggup mempengaruhi perkembangan di masa mendatang. Jadi, bawah umur mempunyai kesempatan untuk membuatkan metakognitif, mengkontruksi serta terbuka terhadap tantangan (Murti, 2011). 

Penelitian Flavell memperlihatkan bahwa bawah umur 3 tahun telah bisa memahami bahwa pikiran yaitu insiden mental internal yang menyenangkan, merujuk pada insiden aktual atau khayalan, dan yang unik bagi manusia. Anak-anak usia 2-2,5 tahun telah mengerti bahwa menyembunyikan sebuah objek dari orang lain harus memakai taktik penipuan. Pemahaman anak wacana pikiran insan tumbuh secara ekstensif semenjak tahun-tahun pertama kehidupannya, kemudian pada usia 3 tahun anak paham bahwa kepercayaan dan keinginan internal berkaitan dengan tindakan (Lidinillah, http://file.upi.edu). 

Kemampuan metakognitif telah berkembang semenjak masa bawah umur awal dan terus berlanjut hingga usia SD (SD). Pada usia SD seiring dengan tuntutan kemampuan kognitif yang harus dikuasai oleh anak, maka mereka juga akan memakai dan mengatur metakognitifnya. Metakognitif banyak dipakai dalam situasi pembelajaran menyerupai pemecahan masalah, untuk membaca buku, acara drama atau bermain peran. Kemampuan metakognitif anak tidak muncul dengan sendirinya sehingga memerlukan latihan hingga menjadi kebiasaan (Lidinillah, http://file.upi.edu). 


DAFTAR RUJUKAN 

Anderson & Krathwohl. 2001. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Prihantoro, A. 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Fauzi, M. A. tanpa tahun. Peranan Kemampuan Metakognitif dalam Pemecahan Masalah Matematika SD. (Online), (http://unimed.ac.id), diakses 10 Maret 2016. 

Intel. tanpa tahun. Metakognisi. (Online), (http://intel.co.id), diakses 10 Maret 2016. 

Lidinillah, D. A. M. tanpa tahun. Perkembangan Metakognitif dan Pengaruhnya pada kemampuan Belajar Anak. (Online), (http://file.upi.edu), diakses 10 Maret 2016. 
Murti, H. A. S. 2011. Metakognisi dan Theory of Mind (ToM). (Online), (http://eprints.umk.ac.id), diakses 10 Maret 2016.
Murti, H. A. S. 2011. Metakognisi dan Theory of Mind (ToM). (Online), (http://eprints.umk.ac.id), diakses 10 Maret 2016.

Sumber https://rimatrian.blogspot.com/

Related Posts

Matikan AdBlock

Agar blog Ini tetap berjalan, matikan AdBlock atau masukkan blog ini ke dalam whitelist.
Terima kasih.