Colokan dan soket listrik AC domestik yaitu alat yang digunakan untuk menghubungkan peralatan listrik dengan pencatu daya arus bolak-balik/AC atau bahasa Inggrisnya AC (alternating current) power supply.
Colokan (nama lain: steker atau bacokan kontak), sebagai penghubung yang dimasukkan ke soket istrik atau sumber listrik ini mempunyai jenis lelaki yang biasanya dilapisi kuningan, timah atau nikel. Sedangkan soket listrik yang mengantarkan listrik utama ketika dihubungkan dengan colokan biasanya mempunyai jenis perempuan.
Pada tiap negara masing masing mempunyai colokan dan soket listrik dengan berbeda bentuk, ukuran, tipe, batasan voltase dan arus listriknya. Mereka mempunyai standar nasional masing-masing. Di Indonesia, tipe C dan F yang digunakan dan pada tegangan listrik 220 V dan frekuensi 50 Hz.
Ketika listrik pertama kali diperkenalkan ke rumah, kegunaan utama nya yaitu untuk penerangan. Pada ketika itu, banyak perusahaan listrik mengadakan sistem split-tarif di mana biaya listrik untuk penerangan lebih rendah daripada untuk tujuan lain. Hal ini menjadikan peralatan portabel (seperti pembersih vakum, kipas listrik, dan pengering rambut) seringkali dihubungkan ke soket lampu memakai colokan rumah lampu.
Ada dua standar dasar pada tegangan dan frekuensi di dunia. Salah satunya yaitu standar Amerika Utara 120 volt pada frekuensi 60 Hz, dan yang satunya lagi yaitu standar Eropa 220-240 volt pada 50 Hz. Colokan dan soket yang digunakan di setiap negara sudah ditetapkan oleh standar nasional.
Di Indonesia, tusuk kontak yang paling umum digunakan mempunyai 2 pin atau 'kaki' yang tiap pin tersebut berbentuk lingkaran atau silindris. Namun perlu diketahui bahwa kita mempunyai dua standar yang masing-masing mempunyai dua kaki silindris tapi bahwasanya tidak sama.
Yang pertama yaitu jenis Schuko (CEE 7/4), kakinya lebih gemuk dan terdapat kontak arde atau ground di sisinya. Yang kedua yaitu Europlug (CEE 7/16), diameter kakinya lebih kecil dan bentuk kepalanya lebih pipih. Selain itu tidak ada kontak untuk arde.
Selain digunakan di benua Eropa, colokan yang disebut "Europlug" ini juga digunakan di Timur Tengah (Iran), sebagian besar negara Afrika, Amerika Selatan (Argentina, Bolivia, Brasil, Chili, Peru dan Uruguay), Asia (India, Bangladesh, Sri Lanka, Indonesia , Pakistan, Korea Selatan, Malaysia dan Singapura) serta Rusia dan bekas republik Soviet, ibarat Ukraina, Armenia, Georgia, dan beberapa negara berkembang lainnya.
Tidak ibarat colokan/ steker Perancis CEE 7/6, pin pembumian tidak berada di soket melainkan di colokannya itu sendiri. Soket Denmark ini juga kompatibel dengan CEE 7/16 Europlug atau colokan CEE 7/17 Schuko-Perancis hybrid. CEE 7/4 (Schuko), CEE 7/7 (Schuko-Perancis hybrid), dan colokan Perancis earthed CEE 7/6 juga sanggup masuk ke dalam soket ini tetapi dilarang digunakan untuk peralatan yang membutuhkan kontak bumi.
Secara tradisional semua soket Denmark dilengkapi dengan saklar untuk mencegah menyentuh pin hidup ketika menghubungkan / melepaskan steker. Hari ini, soket tanpa saklar tetap diperbolehkan, tetapi dengan syarat soket tersebut harus mempunyai rongga untuk mencegah supaya pin hidup tersentuh secara tidak sengaja. Bentuk colokan umumnya dibentuk supaya sulit untuk menyentuh pin ketika dihubungkan atau dicabut.
Colokan yang digunakan di Italy (tipe L). Steker dan soket keduanya berbentuk simetris sehingga sanggup dicolok bolak balik. Colokan ini juga sangat umum ditemukan di Chili dan Uruguay.
Colokan yang digunakan di China. Steker jenis Australia juga sanggup masuk, walaupun colokan pin China lebih tipis dan 1mm lebih panjang.
Ada dua versi: yang satu model usang dengan pin datar, dan yang gres dengan bentuk pin yg bulat.
Jika anda hendak pergi ke suatu negara atau ke beberapa negara dan resah harus bawa jenis colokan yang mana saja, anda sanggup membeli universal adapter sebab jikalau beli pribadi di negara tertentu harganya sangat mahal. Universal adapter mempunyai satu sisi dengan lubang soket multi-fungsi di mana anda sanggup memasukkan banyak sekali macam plug dan di sisi lainnya terdapat plug yang sanggup diadaptasi dengan jenis soket yang ada di dinding. Sumber http://elevenmillion.blogspot.com/
Colokan (nama lain: steker atau bacokan kontak), sebagai penghubung yang dimasukkan ke soket istrik atau sumber listrik ini mempunyai jenis lelaki yang biasanya dilapisi kuningan, timah atau nikel. Sedangkan soket listrik yang mengantarkan listrik utama ketika dihubungkan dengan colokan biasanya mempunyai jenis perempuan.
Pada tiap negara masing masing mempunyai colokan dan soket listrik dengan berbeda bentuk, ukuran, tipe, batasan voltase dan arus listriknya. Mereka mempunyai standar nasional masing-masing. Di Indonesia, tipe C dan F yang digunakan dan pada tegangan listrik 220 V dan frekuensi 50 Hz.
Ketika listrik pertama kali diperkenalkan ke rumah, kegunaan utama nya yaitu untuk penerangan. Pada ketika itu, banyak perusahaan listrik mengadakan sistem split-tarif di mana biaya listrik untuk penerangan lebih rendah daripada untuk tujuan lain. Hal ini menjadikan peralatan portabel (seperti pembersih vakum, kipas listrik, dan pengering rambut) seringkali dihubungkan ke soket lampu memakai colokan rumah lampu.
Ada dua standar dasar pada tegangan dan frekuensi di dunia. Salah satunya yaitu standar Amerika Utara 120 volt pada frekuensi 60 Hz, dan yang satunya lagi yaitu standar Eropa 220-240 volt pada 50 Hz. Colokan dan soket yang digunakan di setiap negara sudah ditetapkan oleh standar nasional.
Di Indonesia, tusuk kontak yang paling umum digunakan mempunyai 2 pin atau 'kaki' yang tiap pin tersebut berbentuk lingkaran atau silindris. Namun perlu diketahui bahwa kita mempunyai dua standar yang masing-masing mempunyai dua kaki silindris tapi bahwasanya tidak sama.
Yang pertama yaitu jenis Schuko (CEE 7/4), kakinya lebih gemuk dan terdapat kontak arde atau ground di sisinya. Yang kedua yaitu Europlug (CEE 7/16), diameter kakinya lebih kecil dan bentuk kepalanya lebih pipih. Selain itu tidak ada kontak untuk arde.
CEE 7/16 "Europlug" (Type C) |
Selain digunakan di benua Eropa, colokan yang disebut "Europlug" ini juga digunakan di Timur Tengah (Iran), sebagian besar negara Afrika, Amerika Selatan (Argentina, Bolivia, Brasil, Chili, Peru dan Uruguay), Asia (India, Bangladesh, Sri Lanka, Indonesia , Pakistan, Korea Selatan, Malaysia dan Singapura) serta Rusia dan bekas republik Soviet, ibarat Ukraina, Armenia, Georgia, dan beberapa negara berkembang lainnya.
Tidak ibarat colokan/ steker Perancis CEE 7/6, pin pembumian tidak berada di soket melainkan di colokannya itu sendiri. Soket Denmark ini juga kompatibel dengan CEE 7/16 Europlug atau colokan CEE 7/17 Schuko-Perancis hybrid. CEE 7/4 (Schuko), CEE 7/7 (Schuko-Perancis hybrid), dan colokan Perancis earthed CEE 7/6 juga sanggup masuk ke dalam soket ini tetapi dilarang digunakan untuk peralatan yang membutuhkan kontak bumi.
Secara tradisional semua soket Denmark dilengkapi dengan saklar untuk mencegah menyentuh pin hidup ketika menghubungkan / melepaskan steker. Hari ini, soket tanpa saklar tetap diperbolehkan, tetapi dengan syarat soket tersebut harus mempunyai rongga untuk mencegah supaya pin hidup tersentuh secara tidak sengaja. Bentuk colokan umumnya dibentuk supaya sulit untuk menyentuh pin ketika dihubungkan atau dicabut.
Colokan yang digunakan di Italy (tipe L). Steker dan soket keduanya berbentuk simetris sehingga sanggup dicolok bolak balik. Colokan ini juga sangat umum ditemukan di Chili dan Uruguay.
Colokan dan soket yang digunakan di Swiss |
Jenis soket yang digunakan di China |
Colokan di Israel (Tipe H). |
Jika anda hendak pergi ke suatu negara atau ke beberapa negara dan resah harus bawa jenis colokan yang mana saja, anda sanggup membeli universal adapter sebab jikalau beli pribadi di negara tertentu harganya sangat mahal. Universal adapter mempunyai satu sisi dengan lubang soket multi-fungsi di mana anda sanggup memasukkan banyak sekali macam plug dan di sisi lainnya terdapat plug yang sanggup diadaptasi dengan jenis soket yang ada di dinding. Sumber http://elevenmillion.blogspot.com/