Contoh Naskah Film Sederhana - Gasskeun Contoh Naskah Film Sederhana | Gasskeun

Contoh Naskah Film Sederhana

Contoh Naskah Film Sederhana - Mungkin diantara anda ada yang sedang mencari naskah film yang pendek dan sederhana? maka anda tidak usah khawatir akan hal tersebut, sebab di bawah ini akan diberikan berupa pola naskah film yang sederhana, pendek dan simple . Semoga juga naskah film ini dapat menciptakan anda mempunyai rujukan untuk menciptakan naskah film dan tahu cara penulisan naskah film.
 Mungkin diantara anda ada yang sedang mencari naskah film yang pendek dan sederhana Contoh Naskah Film Sederhana


Contoh Naskah Film Sederhana



Tokoh: Pak Bambang , Lastri , Pak Mangun, Istri Pak Mangun, dan Mpok Ati
Alur : Maju 

Perjuangan Lastri

Pak bambang dengan usia yang sudah sepuh dan tak dapat jalan lagi sebab kecelakaan bersama istrinya dua tahun yang kemudian , ia tinggal bersama anak satu satunya yaitu lastri. Ibu lastri atau istri pak bambang sudah meninggal ketika kecelakaan yang dialami dua tahun yang lalu. Kondisi rumah pak bambang hanya dua ruangan saja, yaitu kamar mandi dan ruang untuk tidur , masak, dan semuanya jadi satu kecuali kamar mandi.

Scene 1 : Int. Kamar Tidur – Malam Hari

Lastri sedang memilih-milih butir-butir padi yang sekira masih anggun dan layak untuk dimakan, yang sore tadi ia ambil sisa sisa orang panen di pesawahan. Ia sadar harus melaksanakan hal tersebut karena memang sudah tidak ada apa apa yang dapat ia perbuat lagi. Uang habis, masakan habis dan semua kebutuhan pokok serba habis, maka satu satunya untuk menyambung hidupnya mengambil sisa sisa butir padi hasil panen yang tak banyak jumlahnya, yang sekira dapat buat makan untuk bapaknya, dan ia menahan lapar tidak apa apa. ( Terdengar bunyi batuk di kamar mandi) 

Baca JugaSinopsis Novel Layar Terkembang Karya Sultan Takdir Alisjahbana

Lastri : “pak? Bapak dapat kan jalan hingga ke kamar tidur pakai krek yang diberikan pak Mangun?

Pak Bambang : “Bisa las, tapi pelan pelan (sesekali terbatuk-batuk), kau sedang ngapain lastri? Tolong buatkan bapak air minum putih hangat?”

Lastri : “Jangan dipaksakan pak, jikalau tak dapat lastri bantu, ini gres menentukan butir padi yang anggun pak buat besok sambung hidup kita pak. Pak lastri lupa, kita tak ada korek api atau kayu untuk merebus air hangat. Memasak nasi pun besok belum tahu mau minta tolong siapa?

Pak bambang : “ Iya las, oh gres milih padi ya, ya sudahlah cukup air biasa saja tidak apa apa las, kita coba minta tolong pak mangun saja besok pagi untuk masak nasi.

Lastri : “iya bapak, saya ambilkan sebentar”.

Pak bambang sudah duduk di bersahabat lastri, kemudian lastri juga sudah memperlihatkan air minum untuk bapaknya itu. Setelah itu datang tiba pak bambang sudah tertidur saja, kemudian lastri menyusul juga tidur di samping bapaknya mengingat kondisi sudah sangat lelah sebab mencari sisa sisa padi tadi sore yang sangat melelahkan. Walaupun sekali kali terbangun sebab perut sangat tidak kompromi.

Scene 2 : Ext.Halaman Depan Rumah

Seperti biasanya pak bambang duduk-duduk di dingklik yang terbuat dari bambu itu untuk menikmati hangatnya matahari pagi, dan lastri pun menemani juga.

Pak Bambang: : “Las,bapak lapar sekali (sambil memegang perutnya) dan terkadang bunyi lapar muncul begitu keras.

Lastri : “Iya pak, sebentar lagi pak mau ke rumah pak mangun. Terdengar bunyi sapi ibarat miliki pak mangun. Dan ternyata itu benar pak mangun yang lewat depan halaman rumahnya.

Pak Mangun : “ Widihhh, pagi pagi pada berjemur kayak turis aja “

Pak Bamgbang : “ Iya semoga sehat hidup lebih usang lagi.”

Lastri : “Nah kebetulan sekali pak mangun, kami sudah dari kemarin belum makan dan tidak ada nasi maupun korek api, pak mangun bolehkah kami minta korek api ataupun numpang masak nasi di rumah pak mangun?”

Pak Mangun : “Waduhhhhhhh, gotong royong boleh banget , tapi ada istri saya, tau sendiri kan istri saya itu sangat membenci keluarga pak bambang, entah mengapa, jadi niscaya ia akan murka marah ketika melihat kau lastri di rumahku, dapat bisa pribadi di usir.” Ngapunten nggeh”

Lastri : “Ya udah tidak apa apa pak, (sambil memegang perut) kemudian air mata berlinang , pak mangun pun sudah lanjut berjalan lagi.

Pak Bambang : “Las, bapak bener bener lapar sekali? Apa coba kita makan pelepah pisang las? Yang ada di kebun?

Lastri : ”pak, jangan aneh-aneh nanti malah makin sakit pak”.

Pak Bambang :” Tidak apa apa las (sambil memegang kepala lastri) ,asal ada yang masuk di perut nanti pribadi kenyang , mengenai rasa tak usah dirasakan.”

Lastri : “Iya pak, tapi jangan dulu pak”, lastri coba muter desa mencari apa yang ada pak, yang sekira masih dapat dan layak untuk dimakan.”

Scene 3 : Ext. Jalan Pedesaan dan Rumah Makan Mpok Ati

Setelah beranjak dari kawasan duduk depan halaman, lastri mencoba keliling desa untuk menemukan masakan yang sekira dapat dimakan. Dan tak usang kemudian lastri hingga bersahabat warung makan mpok Ati di seberang jalan yang populer pelitnya minta ampun.

Mpok Ati : “ Kenapa las? Mau minta makan lagi ya?”

Lastri : “Mohon maaf mpok, iya, kasihan bapak belum makan.”

Mpok Ati : “ Haduh ! dari kemarin minta terus! Nanti rugi sini!

Lastri : “Mpok Tolong, tolong bapak sudah renta sambil memelas dan terkadang bunyi perut berbunyi lantang kelaparan.

Mpok Ati : “haishhhhhhh, kasihan kali si kau dan bapak kau, tapi gimana lagi ini saja dagangan sudah mau habis, jikalau mau itu ada sisa sisa masakan para pembeli yang belum habis di piring.”

Lastri : dalam hati “daripada bapak makan pelepah pisang, mending bapak makan sisa sisa yang lebih yummy walau agak kurang menarik sebab sisa masakan orang orang yang makan di warung makan ini. “Ya sudah tak apa apa mpok”. 

Mpok Ati : “Ya sudah ini cepat dipiring-piring, ambilah itu sisa masakan dan ambil itu ada plastik, saya hendak ke pasar lagi buat materi masak besok”.

Lastri :” Iya mpok, sambil mengais, dan memisahkan tulang daging ayam, lastri mulai menangis secara perlahan air matanya pun berlinang banyak, saya harus bagaimana lagi, ya mungkin ketika ini ialah langkah terbaiku, untuk bapaku dan aku.

Akhirnya lastri final membungkus dan memilih-milih sisa sisa masakan dan pulang ke rumah, demi bapaknya yang belum makan.

Scene 4 : Int. Di Kamar

Lastri hingga rumah dan mencari bapaknya.

Lastri : “Pak,pak masakan ada pak ini.”

Pak Bambang : “ iya nak alhamdulilah ya allah, engkau berikan rizki pada kami.” 

Baca Juga : Sinopsis Novel Salah Asuhan Karya Abdul Muis

Akhirnya mereka berdua makan berdua dengan senang, walaupun itu masakan sisa, tapi bersyukur sekali mereka walaupun sederhana tapi tetap menikmati apa pinjaman dari sang pencipta.

Tamat

Makara itulah mengenai pola naskah film yang sederhana tapi bermakna, semoga bermanfaat sekian dan terimakasih.



Sumber https://duologer.blogspot.com/

Related Posts