Sebuah surat dari gadis SD berjulukan Desi yang berasal dari Kelompok Desa Patal, Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara turut mengetuk pintu hati ini. Betapa pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1-2 bahwa: (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dari ayat-ayat di atas sudah terang bahwa pendidikan ialah hak setiap anak bangsa yang harus diperjuangkan oleh negara. Namun, kenyataan di dalam dunia pendidikan kita masih banyak hak-hak generasi bangsa yang harus terenggut sebab moral atau tradisi yang menempel pada masyarakat menyerupai komitmen nikah dini. Yah, begitulah info yang saya dapatkan dikala menjadi relawan di organisasi ini, bahwa kiprah kami ialah memotivasi adek kami untuk terus meraih pendidikan setinggi-tingginya sebab di desa mereka ada moral istiadat komitmen nikah dini.
Sebuah perjuangan niscaya akan memperlihatkan hasil. Seperti lilin yang dinyalakan niscaya akan bisa menerangi. Berbekal komitmen untuk membuatkan dengan sesama melalui apa yang kita miliki, kita niscaya bisa mengubah dunia. Dunia kecil milik bawah umur desa Patal ini contohnya. Dengan penuh kasih sayang saya balas surat dari Desi, dengan memikirkan upaya bagaimana supaya adek Desi bisa memahami kata-kata saya. Kenyataannya di dingklik sekolahnya, bawah umur SD masih minim kosakata bahasa Indonesia. Keterbatasan itu tidak menjadi halangan bagi saya untuk menuliskan surat cinta untuknya. Gambar, iya itulah sarana paling gampang untuk menjelaskan kosakata yang mungkin akan sulit ia pahami. Setiap klarifikasi dalam surat saya beri gambar yang memperlihatkan maksudku.
Pendidikan ialah sinar yang tak mungkin dipadamkan. Betapapun sebuah tradisi menciptakan generasinya harus terenggut haknya untuk berpendidikan maka kami tidak akan pernah hanya membisu melihat. Kami sekelompok anak muda bergerak melalui surat mimpi untuk menjaga hak mereka untuk berpendidikan tinggi. Melalui suratnya, adek ku Desi menceritakan bahwa ia bercita-cita menjadi seorang guru. Ini sangat membuatku terharu. Perlahan ku ketik akhir surat dengan kosa kata yang sangat sederhana supaya ia gampang memahaminya, tidak lupa ku tambahkan gambar. Dalam balasan, ku jelaskan apa yang harus ia lakukan kalau ingin menjadi seorang guru. Dia harus rajin berguru dan berdoa, sebab kelak ia harus menjadi guru yang pandai. Tidak lupa ku jelaskan jenjang pendidikan yang harus ia kejar supaya sanggup meraih mimpinya. Sungguh ia dilarang mengalah untuk mengejar mimpinya. Itulah harapku di dalam surat cinta ini.
Cita-cita tidak sekedar mimpi, namun harapan yang harus menjadi nyata. Harapan setiap generasi bangsa ini harus tetap terjaga. Tidak boleh tidur sebab terlena oleh kemanjaan dunia, namun juga dilarang mati sebab kesulitan dunia ini. Yah, harapan anak bangsa ialah harapan bangsa ini untuk lebih maju. Perubahan hanya sanggup dilakukan oleh generasi muda. Perubahan yang akan membawa kebaikan bagi bangsa ini sehingga langit yang mendung bisa menjadi terang benderang. Semoga semua harapan mereka selalu terlindungi oleh doa-doa kami supaya mereka bisa meraihnya kelak.