Pentingnya Growth Mindset dalam Proses Pendidikan Anak
www.riviewbuku.com |
Temuan psikologi terbaru Carol S Dweck (2006:8-21) memaparkan bahwa terdapat dua tipe mental insan yaitu mental tetap (fixed mindset) dan mental tumbuh (growth mindset). Fixed mindset mempunyai kecenderungan sikap emosional yang enggan mendapatkan tantangan, takut salah, takut gagal, pesimistis, dan memandang kecerdasan yaitu hal yang mutlak. Manusia fixed mindset umumnya memandang dirinya cerdas kalau sanggup melaksanakan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dilakukan orang lain, melaksanakan pekerjaan tanpa kesalahan, cepat dan sempurna.
Hasil dari pemikiran fixed mindset ini cenderung menghasilkan seseorang non-pembelajar dalam hidupnya. Manusia growth mindset berpandangan berbeda, kecerdasan dipandang sebagai sesuatu yang sanggup diubah dengan latihan. Manusia tipe growth mindset mempunyai pandangan bahwa tantangan yaitu sesuatu yang menarik. Kegagalan yaitu wujud konkret proses berguru untuk meraih sukses.. Manusia dengan growth mindset mempunyai optimisme yang baik. Manusia growth mindset memandang kecerdasan saat berhasil melaksanakan suatu pekerjaan yang sebelumnya tidak sanggup dilakukannya.
Hasil dari pemikiran fixed mindset ini cenderung menghasilkan seseorang non-pembelajar dalam hidupnya. Manusia growth mindset berpandangan berbeda, kecerdasan dipandang sebagai sesuatu yang sanggup diubah dengan latihan. Manusia tipe growth mindset mempunyai pandangan bahwa tantangan yaitu sesuatu yang menarik. Kegagalan yaitu wujud konkret proses berguru untuk meraih sukses.. Manusia dengan growth mindset mempunyai optimisme yang baik. Manusia growth mindset memandang kecerdasan saat berhasil melaksanakan suatu pekerjaan yang sebelumnya tidak sanggup dilakukannya.
Baca juga: Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg
Dua tipe mindset tersebut tentunya juga muncul pada anak usia SD, dan kemudian akan membangun pengalaman berguru yang berbeda. Perkembangan mindset anak intinya sanggup dilatih dan dikembangkan. Di sekolah, mindset seorang anak sanggup dilatih dan dikembangkan melalui pengalaman belajar. Kenyataan di beberapa sekolah dasar di Indonesia masih bersifat teaching center learning. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menjadi tantangan bagi sekolah dan orang bau tanah di dalam mendorong growth mindset pada anak. Bagaimana melakukannya? Mari kita simak klarifikasi berikut ini.
Mengubah Mindset Orang Tua
Untuk menumbuhkan growth mindset pada anak maka diharapkan orang bau tanah yang mendukung proses terjadinya perubahan. Perubahan yang positif sendiri sanggup terjadi lantaran adanya respon positif orang bau tanah melihat adanya kecenderungan tertentu pada diri anak. Misalkan, seorang anak diajarkan ihwal menari, namun dalam berjalannya waktu ia justru memperlihatkan talenta pada bidang musik. Maka orang bau tanah yang peka terhadap perubahan akan mendukung tumbuh kembang anak di bidang musik sehingga anak terdorong untuk membuatkan potensinya secara maksimal. Anak juga sanggup terdorong untuk lebih dalam mempelajari hal-hal yang ia sukai dan hal-hal yang baru.
Mengubah Mindset Pendidik
Pendidik di sekolah atau sering kita sebut guru sejatinya yaitu profesi yang membantu orang bau tanah untuk membuatkan minat, talenta dan segala potensi yang ada pada diri anak sehingga anak sanggup mencapai prestasi serta sukses di masa depan. Oleh alasannya yaitu itu, seorang pendidik wajib meng upgrade dirinya dalam penguasaan kompetensi, baik terkait dengan model pembelajaran, metode maupun media pembelajaran yang relevan. Selain itu, seorang guru wajib pula mempunyai keunggulan dalam bidang asesmen anak, di mana seorang guru sanggup dengan responsif melihat talenta dan minat siswanya sehingga sanggup membantu peningkatan kompetensi siswa. Untuk menjadi pendidik/guru yang demikian tentunya diharapkan seseorang yang bahagia dengan tantangan dan berani mempelajari hal-hal gres untuk memperkaya kompetensi dirinya.
Bersikap Positif dan Berkembang Bersama Perubahan
Setiap insan insan senantiasa akan mempunyai rasa takut terhadap suatu perubahan. Untuk meminimalisir rasa takut maka diharapkan mental yang kuat, yaitu mereka yang mau berubah bersama perubahan itu sendiri. Kita perlu memandang perubahan sebagai suatu tantangan yang perlu dimenangkan. Oleh alasannya yaitu itu, pendidikan pada anak juga patut mendorong anak untuk menjadi langsung yang senantiasa berani menghadapi tantangan perubahan. Seorang guru wajib mengajarkan cara bersikap positif terhadap perubahan dan mengakibatkan anak didiknya berkembang bersama perubahan tersebut. Misalkan, seorang anak menghadapi kegalalan pada materi pelajaran baru, maka seorang guru harus memperlihatkan pengertian bahwa anak bukanlah gagal, namun ia hanya perlu mencoba lagi sampai berhasil.