Contents
PROLOG
"Jangan sayang terlalu dalam,Karena patah hati itu bukanlah hal yang menyenangkan."
"Tidak perlu kecewa dengan perpisahan Rin, kita ada untuk tiada. Ia sudah pergi meninggalkanmu, dan saya yakin semesta akan mengirim hati yang gres untukmu. Yang hancur akan kembali utuh, kau Cuma perlu percaya itu, Rindu." Ucap Senja.
Rindu hanya menatap sekilas kearah laki-laki yang berdiri di depan-Nya.
"Kenapa harus selalu elo Ja yang selalu ada buat gue? Kenapa lo masih mau nasehatin gue padahal jelas-jelas gue udah banyak nyakitin lo."Balas Rindu. Matanya mulai berkaca-kaca.
Senja tersenyum.
"Karena saya menyayangimu. Aku tidak menuntut apa-apa darimu Rindu, saya tak memintamu untuk membalas perasaanku. Yang saya inginkan hanya melihat kau bahagia."
Airmata Rindu pecah mendengar balasan Senja. Ia tak tau harus bereaksi bagaimana. Laki-laki di depan-Nya ini begitu nrimo mencintai dirinya.
Semesta maafkan saya yang begitu kurang pintar telah menyia-nyiakan Nya.
"Jangan menangis Rindu, jangan buat impian ku gagal."Ucap Senja seraya menghapus airmata Rindu.
"Cita-citamu?" tanya Rindu bingung.
"Menjadi Tentara? "
"Bukan,"
"Lalu?"
"Membuat mu selalu senang dan bahagia."Ucap Senja dengan serius.
Rindu tersenyum malu mendengar balasan Senja. Sudah dipastikan pipi nya kini sedang merah merona akhir blushing.
"Gombal!!!" Ucap Rindu setengah berteriak sembari memukul lengan Senja. Pukulan nya yang tidak mengecewakan menyerupai barbel ukuran 10kg hingga menciptakan Senja mengaduh kesakitan.
"Itu bukan gombal. mana berani saya bercanda denganmu soal perasaan?"Kata Senja.
Rindu dibentuk bungkam kembali. ia menatap mata Senja dalam diam,
"Jika dulu saya tidak menyia-nyiakan-Nya , apakah tamat ceritanya juga masih sama? Atau malah kebalikan-Nya?"
****
NB ; Dicerita ini memang huruf Senja,menggunakan bahasa baku { Aku-Kamu}. jadi jangan salah mengartikan ya. huruf Rindu emang sengaja kubuat pakai bahasa bebas atau non-Formal. ini gres Prolog. Silahkan Vote dan Koment. Sekian,Terimakasih..
Salam Author{}
Twitter @.
Back to Content
PAGI YANG SIAL.
"Prinsip hidup itu simple. Kalo gamau digituin ya jangan ngegituin."
Hari pertama masuk sekolah sehabis libur panjangpun karenanya datang. Jujur deh niscaya ada sebagian orang yang malas untuk kembali berangkat sekolah,padahal sewaktu libur pengennya berangkat sekolah,giliran udah waktunya sekolah malah pengen libur. Manusia memang begitu. Labil kaya si Doi, Eh...
Pantulan cahaya sinar matahari pagi ini,menerobos masuk kedalam kamar berwarna biru pucat dikala gorden kamar disibakkan oleh seorang perempuan paruh baya. Wanita paruh baya-yang diketahui berjulukan Asih ini membuka jendela kamar. Membiarkan udara pagi ini masuk. Asih membalikkan badannya, berjalan kearah daerah tidur.
Ia menggelengkan kepala nya, menatap seorang gadis yang masih sibuk dialam mimpinya. Asih mengguncangkan lengan gadis itu dengan pelan. Namun tidak ada respond. Asih mendengus kesal, menarik guling yang sedari tadi dipeluk erat oleh gadis itu. Kemudian mencubit hidung gadis itu dengan keras.
"AUWWww--" teriak gadis itu mengaduh kesakitan. Matanya sontak terbuka. Wajahnya yang gres berdiri tidur sontak memerah membuktikan ia sedang kesal, niatnya yang tadinya ingin murka tidak jadi dikala melihat Asih berdiri sambil berkacak pinggang menatap horor kearahnya.
"Kenapa? Mau marah?" tanya Asih.
Gadis di depan-Nya pribadi merubah raut wajahnya. Tersenyum menunjukkan cengiran khasnya.
Alih-alih menjawab pertanyaan, ia malah bertanya balik."Eh.. Ibuk. Sejak kapan Ibuk di kamar aku?"
"Sejak kau masih ngiler di bantal kamu. Anak gadis kok kebiasaan sukanya berdiri siang,mau jadi apa kau kalau berdiri pagi aja tidak bisa?"Omel Asih.
"Mau jadi orang sukses lah buk."
"Orang sukses apanya Rin, Tidur aja masih kaya kebo!!"
"Ih Ibuk mah, masa anak sendiri disamain sama Kebo? Mana ada coba kebo tidur di kasur?"Jawab gadis-yang gres diketahui namanya Rindu sambil memanyunkan bibirnya.
"Sudah sana mandi!! Jangan manyun kaya gitu,mau bibir kau tambah dower kaya si artis di tipi itu? Yang sukanya nyari bapaknya yang hilang kaya Bang Toyib." Cibir Asih dengan balasan yang selalu ngawur meleset entah hingga kemana.
"Nggak mau lah!!"balas Rindu sembari menutup bibirnya dengan kedua telapak tangannya.
"Makanya cepat sana mandi. Ini anak dikasih tau ngeyel banget. Liat ke jam sekarang!"
Rindu menuruti ucapan Ibu-Nya, mendongkak menatap jam yang ada di dinding. Matanya melotot menyerupai anak ayam kejepit kontainer. Eh, anak ayam kejepit? Ya mati lah pastinya. Back to topic!
"UDAH JAM TUJUH KURANG SEPULUH MENIT DAN IBUK BARU BANGUNINN RINDU!! AAA RINDU BELOMM MANDII INII TELATT BUKK!!!"teriaknya kemudian pribadi lari masuk ke kamar mandi. Asih hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan putri pertamanya. Asih hanya bisa menahan tawanya sembari melangkah keluar kamar.
Lima menit kemudian, Rindu keluar dari kamar. Berjalan dengan terburu-buru menuruni tangga sambil menggunakan dasi di leher. Sesampainya di lantai bawah ia berjalan menuju ruang makan, dengan kaki yang hanya menggunakan kaos kaki sebelah dan belum menggunakan sepatu.
"Busett dah kak! Lu mau ke sekolah atau mau jadi gembel si?" tanya Iqmal,adik laki-laki nya yang super duper nyebelin walau kadang ngangenin kalo orangnya ngilang. Dia ini maniak game banget alias gamers, dan bisa akur sama Rindu kalo lagi satu tujuan,misal kaya minta uang jajan di naikin atau lagi bahas soal game. Dijamin mereka bakal kompak deh.
"Diem lu titisan lambe turah!!"ketus Rindu menatap adiknya dengan tajam. Di dikala genting menyerupai ini adiknya masih saja menyebalkan!
"Dih.. pagi-pagi udah Sensi, dasar Nenek lampir." Cibir iqmal. Rindu melotot kearahnya. Hampir saja ia akan melepas kaos kaki nya dan memasukan ke verbal adiknya yang lemes menyerupai lambe turah namun niatnya diurungkan dikala Ibunya tiba-tiba datang.
"Kalian berdua sehari nggak ribut, bisa nggak sih? Pusing kepala Ibuk dengerin kalian berantem mulu."
"Tau tuh Buk, si Nenek lampir pagi-pagi udah sensi ngajakin ribut."
Cih,membalikan fakta. Dasar tukang ngadu- batin Rindu.
" Eh ko gue? Orang lu duluan yang mulai kok!! Dasar lambe turah." Balas Rindu tak terima.
"Udah-udah jangan ribut!! Kalo kalian masih mau ribut lagi uang jajan kalian ibuk potong,Mau??"Ancam Asih. Sontak kedua anaknya itu kompak menggeleng.
"Nah makanya jadi anak yang nurut."Ancaman andalan itu selalu berhasil menciptakan bawah umur nya diam. Giliran soal uang saja gres mau diam,dasar anak zaman now.
"Buk, sepatu rindu dimana? Bekal sama uang jajan nya mana? Rindu udah telatt ini.."Kata Rindu dengan raut muka panik alasannya yaitu takut di hukum,tapi masih saja telat.
"Ya Allah ini anak, udah Sekolah Menengan Atas tapi masih aja nggak berubah. Kamu mandi atau enggak sih Rin? Kok masih dekil gini? Mana ini rambut nggak di sisir udah kaya rambutnya om Limbad aja."cerocos Asih.
"Bodo ah buk, ini mana bekal sama sepatunya Rindu? Udah telat banget buk masya allah."
Asih kembali ke dapur mengambil kotak bekal kemudian kembali ke ruang makan. Ia menyerahkan bekal dan uang kepada putrinya.
"Lah? Sepatunya mana bukk?" tanya Rindu lagi. Kali ini nadanya bertambah panik.
"Ya Ibuk gatau lah. Orang kau yang naro masa malah nanya ke Ibuk?" balasan yang tidak menerima hasil justru malah nambah bikin puyeng.
"Kemaren gue liat, sepatu lo ada di tong sampah kak." Ucap Iqmal yang ikut nimbrung. Rindu berbalik menatap adiknya.
"KOK BISA?" teriaknya marah.
"Kayaknya di buang si mbontot tuh."
Mbontot dalam bahasa jawa artinya anak terakhir.anak terakhir yang di maksud iqmal yaitu adik kedua Rindu. Di jelaskan di part selanjutnya,Oke.
Tak mau membuang waktu lagi, Rindu berlari ke depan rumah. Membuka tong sampah. Benar saja, sepatu nya ada di situ. Karena sudah mepet mau tak mau ia segera mengambil sepatunya dan memakainya. Setelah menggunakan sepatu ia bergegas pergi ke sekolah dengan di antar supir keluarganya.
****
Sesampainya di sekolah, Rindu pribadi berlari tergesa-gesa masuk gerbang. Untung belum di tutup gerbangnya-gumamnya. Namun tak beberapa usang kemudian,ia tersadar. Ada yang aneh, sekolahnya.. Kenapa begitu sepi? Apa yang lain sudah ada di dalam kelas? Duh.. ini kan hari pertama Rindu sekolah, ia belum tau dimana kelasnya.
Rindu mendengus sebal, menentukan berjalan memasuki sekolah. Ia sudah pasrah kalau nanti ia akan di aturan oleh para osis yang populer ganas di dikala Mos menyerupai ini. Rindu berjalan di koridor sendirian, tidak tau mau kemana. Langkah kaki nya membawanya ke ruang unit kesehatan sekolah. Entah kenapa ia malah nyasar kesini.
Rindu melangkahkan kakinya ke ranjang yang ada di UKS, dan kemudian duduk di atas ranjang. Matanya menatap kosong ke arah jendela yang ada di samping.
Kreetttt
Suara decitan pintu yang terbuka sontak menciptakan Rindu tersadar dari lamunannya dan berbalik menatap kearah pintu. Di sana ada seorang laki-laki dengan pakaian osis SMP, sama dengan yang ia dikenakan. Rindu bisa menyimpulkan kalau laki-laki ini sama dengannya yaitu sama-sama murid baru.
"Eh, ada orang ya. Maaf saya kira ruangan ini kosong." Kata laki-laki itu kemudian berjalan masuk. Rindu mengernyitkan dahi nya meskipun raut mukanya ini justru terkesan datar.
"Siapa?" tanya Rindu masih menatap ke arah laki-laki di depannya ini.
"Hah? Kamu nanya sama aku?"bukannya menjawab ia malah berbalik bertanya. Rindu memutar bola matanya kesal. Selain nada bicara nya yang aneh,laki-laki di depannya ini juga telat mikir banget.
"Bukan, tadi ngomong sama tembok."jawab Rindu ketus.
Laki-laki di depan-Nya justru malah tersenyum tipis. Membuat Rindu bertambah bingung. Dasar aneh-pikir Rindu.
"Tadi saya lagi keliling sekolah. Sama menyerupai kamu,aku juga murid baru. Karena saya pikir ini masih pagi banget, kupikir belum ada orang yang udah berangkat. Eh nggak tau nya ada kau pas saya lagi nggak sengaja mau ke UKS. Niatnya sih mau tidur dulu tapi nggak jadi."setelah berceloteh panjang lebar nan tidak nyambung,laki-laki ini kembali diam.
"Bentar deh. Tadi lo bilang ini masih pagi, emang kini jam berapa?"
Laki-laki itu melirik kearah arloji di tangannya.
"Baru jam enam lebih sepuluh menit. Emangnya kenapa?"tanya laki-laki itu. Rindu terkejut mendengar jawabannya. Bukan-nya tadi di rumahnya sudah jam tujuh kurang sepuluh menit? Terus kenapa balasan laki-laki itu berbeda dari pikirannya?
"Lo--- serius?"tanya Rindu lagi dengan nada terbata.
Laki-laki itu mengangguk kemudian jari tangannya menunjuk kearah jam dinding yang berada di sudut ruangan. Kedua bola mata Rindu mengikutinya,menatap kearah jam itu. Sesaat kemudian tubuh Rindu lemas. Ini niscaya ulah ibunya yang sengaja mempercepat jam dikamarnya semoga ia tidak kesiangan. Padahal tadi ia hingga mandi ular di kamar mandi. Tau mandi ular kan? Itu loh mandi yang nyemplung ke kolam mandi doang.
Laki-laki di depannya masih menatap kearahnya. Menilai penampilan Rindu dari atas hingga ke bawah. Ia menggulum senyum tipis,kemudian membuka tasnya. Laki-laki ini mengulurkan sisir rambut kearah Rindu,membuat gadis yang tadi menunduk sontak mengangkat kepala nya menatap sisir yang diberikan laki-laki itu.
"Ngapain?"tanya Rindu.
"Ambil aja. Aku rasa kau tadi pagi lupa menyisir rambut kamu."ejek laki-laki itu. Rindu mendengus sebal,lantas mengambil sisir yang tadi disodorkan kearahnya. Memang bener sih, tadi ia benar-benar panik hingga lupa menyisir rambut,makanya kaya gembel.
"Ish.."
Setelah selesai menyisir rambut, Rindu mengembalikan kembali sisir itu ke laki-laki yang tidak ia ketahui-mungkin tidak mau tau namanya yang sedari tadi duduk di depannya.
"Sama-sama. Btw, nama kau siapa?" kata laki-laki itu. Sudah hampir setengah jam ia berada dalam satu ruangan bersama laki-laki ceriwis nan aneh ini. Rindu risih.
"Bisa nggak, nada bicaranya gausah formal gitu,gue risih."
"Oh. Nggak bisa saya udah kebiasaan pake Aku-kamu biar sopan."
Mendengar jawabannya Rindu hanya diam,mendengus lelah. Ia beranjak turun dari kasur. Lama-lama dengan orang asing benar-benar menciptakan nya tidak nyaman.
"Kamu mau kemana?"langkahnya yang hendak keluar ruangan terhenti dikala laki-laki dibelakangnya kembali bertanya. Dalam hati Rindu menggerutu sendiri.
"Hei.. kenapa membisu saja? Aku tanya udah dua kali loh. Pertanyaan yang pertama belum kau jawab da-" Belum sempat menuntaskan ucapannya, Rindu menyela ucapan laki-laki itu.
"Dengar ya makhluk aneh --- hmm entah siapapun lo. Gue udah pusing dengerin ocehan lo dari tadi. Mau gue kemana bukan urusan lo kan?? Dan yaa buat pertanyaan pertama lo-tentang nama gue,lo nggak berhak tau. Karena hak lo terbatas."dengan nada ketus Rindu mengeluarkan uneg-unegnya sedari tadi.
Ekspresi laki-laki di depannya membuatnya semakin kesal. Kenapa laki-laki di depannya justru tersenyum lagi?? Senyum yang entah apa artinya.Bodoamat. Rindu tau,dalam islam kalo tersenyum itu juga merupakan salah satu ibadah. Tapi, apa jenis makhluk kaya ia ini masuk kedalamnya? Rindu menggeleng kayaknya laki-laki ini lebih condong masuk opsi kedua. Yaitu ia Tidak Waras.
Rindu menentukan berbalik lagi berjalan pergi meninggalkan makhluk yang ia sebut-Aneh itu,walaupun sesaat sebelum benar-benar keluar langkahnya sempat melambat dikala mendengar ucapan orang aneh itu lagi, namun ia menentukan mengabaikannya. Berharap ia tidak akan bertemu dengan orang aneh itu lagi.
"Namaku Senja!! Salam kenal ya dan kau jangan lupa inget namaku." Katanya terakhir yang didengar Rindu.
Sungguh pagi yang sial!! Sudah jatuhh tertimpa mangga pula.- gerutu Rindu
Back to Content
SITI MAEMUNAH .
"Prinsip hidup itu simple. Kalo gamau digituin ya jangan ngegituin."
Hari pertama masuk sekolah sehabis libur panjangpun karenanya datang. Jujur deh niscaya ada sebagian orang yang malas untuk kembali berangkat sekolah,padahal sewaktu libur pengennya berangkat sekolah,giliran udah waktunya sekolah malah pengen libur. Manusia memang begitu. Labil kaya si Doi, Eh...
Pantulan cahaya sinar matahari pagi ini,menerobos masuk kedalam kamar berwarna biru pucat dikala gorden kamar disibakkan oleh seorang perempuan paruh baya. Wanita paruh baya-yang diketahui berjulukan Asih ini membuka jendela kamar. Membiarkan udara pagi ini masuk. Asih membalikkan badannya, berjalan kearah daerah tidur.
Ia menggelengkan kepala nya, menatap seorang gadis yang masih sibuk dialam mimpinya. Asih mengguncangkan lengan gadis itu dengan pelan. Namun tidak ada respond. Asih mendengus kesal, menarik guling yang sedari tadi dipeluk erat oleh gadis itu. Kemudian mencubit hidung gadis itu dengan keras.
"AUWWww--" teriak gadis itu mengaduh kesakitan. Matanya sontak terbuka. Wajahnya yang gres berdiri tidur sontak memerah membuktikan ia sedang kesal, niatnya yang tadinya ingin murka tidak jadi dikala melihat Asih berdiri sambil berkacak pinggang menatap horor kearahnya.
"Kenapa? Mau marah?" tanya Asih.
Gadis di depan-Nya pribadi merubah raut wajahnya. Tersenyum menunjukkan cengiran khasnya.
Alih-alih menjawab pertanyaan, ia malah bertanya balik."Eh.. Ibuk. Sejak kapan Ibuk di kamar aku?"
"Sejak kau masih ngiler di bantal kamu. Anak gadis kok kebiasaan sukanya berdiri siang,mau jadi apa kau kalau berdiri pagi aja tidak bisa?"Omel Asih.
"Mau jadi orang sukses lah buk."
"Orang sukses apanya Rin, Tidur aja masih kaya kebo!!"
"Ih Ibuk mah, masa anak sendiri disamain sama Kebo? Mana ada coba kebo tidur di kasur?"Jawab gadis-yang gres diketahui namanya Rindu sambil memanyunkan bibirnya.
"Sudah sana mandi!! Jangan manyun kaya gitu,mau bibir kau tambah dower kaya si artis di tipi itu? Yang sukanya nyari bapaknya yang hilang kaya Bang Toyib." Cibir Asih dengan balasan yang selalu ngawur meleset entah hingga kemana.
"Nggak mau lah!!"balas Rindu sembari menutup bibirnya dengan kedua telapak tangannya.
"Makanya cepat sana mandi. Ini anak dikasih tau ngeyel banget. Liat ke jam sekarang!"
Rindu menuruti ucapan Ibu-Nya, mendongkak menatap jam yang ada di dinding. Matanya melotot menyerupai anak ayam kejepit kontainer. Eh, anak ayam kejepit? Ya mati lah pastinya. Back to topic!
"UDAH JAM TUJUH KURANG SEPULUH MENIT DAN IBUK BARU BANGUNINN RINDU!! AAA RINDU BELOMM MANDII INII TELATT BUKK!!!"teriaknya kemudian pribadi lari masuk ke kamar mandi. Asih hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan putri pertamanya. Asih hanya bisa menahan tawanya sembari melangkah keluar kamar.
Lima menit kemudian, Rindu keluar dari kamar. Berjalan dengan terburu-buru menuruni tangga sambil menggunakan dasi di leher. Sesampainya di lantai bawah ia berjalan menuju ruang makan, dengan kaki yang hanya menggunakan kaos kaki sebelah dan belum menggunakan sepatu.
"Busett dah kak! Lu mau ke sekolah atau mau jadi gembel si?" tanya Iqmal,adik laki-laki nya yang super duper nyebelin walau kadang ngangenin kalo orangnya ngilang. Dia ini maniak game banget alias gamers, dan bisa akur sama Rindu kalo lagi satu tujuan,misal kaya minta uang jajan di naikin atau lagi bahas soal game. Dijamin mereka bakal kompak deh.
"Diem lu titisan lambe turah!!"ketus Rindu menatap adiknya dengan tajam. Di dikala genting menyerupai ini adiknya masih saja menyebalkan!
"Dih.. pagi-pagi udah Sensi, dasar Nenek lampir." Cibir iqmal. Rindu melotot kearahnya. Hampir saja ia akan melepas kaos kaki nya dan memasukan ke verbal adiknya yang lemes menyerupai lambe turah namun niatnya diurungkan dikala Ibunya tiba-tiba datang.
"Kalian berdua sehari nggak ribut, bisa nggak sih? Pusing kepala Ibuk dengerin kalian berantem mulu."
"Tau tuh Buk, si Nenek lampir pagi-pagi udah sensi ngajakin ribut."
Cih,membalikan fakta. Dasar tukang ngadu- batin Rindu.
" Eh ko gue? Orang lu duluan yang mulai kok!! Dasar lambe turah." Balas Rindu tak terima.
"Udah-udah jangan ribut!! Kalo kalian masih mau ribut lagi uang jajan kalian ibuk potong,Mau??"Ancam Asih. Sontak kedua anaknya itu kompak menggeleng.
"Nah makanya jadi anak yang nurut."Ancaman andalan itu selalu berhasil menciptakan bawah umur nya diam. Giliran soal uang saja gres mau diam,dasar anak zaman now.
"Buk, sepatu rindu dimana? Bekal sama uang jajan nya mana? Rindu udah telatt ini.."Kata Rindu dengan raut muka panik alasannya yaitu takut di hukum,tapi masih saja telat.
"Ya Allah ini anak, udah Sekolah Menengan Atas tapi masih aja nggak berubah. Kamu mandi atau enggak sih Rin? Kok masih dekil gini? Mana ini rambut nggak di sisir udah kaya rambutnya om Limbad aja."cerocos Asih.
"Bodo ah buk, ini mana bekal sama sepatunya Rindu? Udah telat banget buk masya allah."
Asih kembali ke dapur mengambil kotak bekal kemudian kembali ke ruang makan. Ia menyerahkan bekal dan uang kepada putrinya.
"Lah? Sepatunya mana bukk?" tanya Rindu lagi. Kali ini nadanya bertambah panik.
"Ya Ibuk gatau lah. Orang kau yang naro masa malah nanya ke Ibuk?" balasan yang tidak menerima hasil justru malah nambah bikin puyeng.
"Kemaren gue liat, sepatu lo ada di tong sampah kak." Ucap Iqmal yang ikut nimbrung. Rindu berbalik menatap adiknya.
"KOK BISA?" teriaknya marah.
"Kayaknya di buang si mbontot tuh."
Mbontot dalam bahasa jawa artinya anak terakhir.anak terakhir yang di maksud iqmal yaitu adik kedua Rindu. Di jelaskan di part selanjutnya,Oke.
Tak mau membuang waktu lagi, Rindu berlari ke depan rumah. Membuka tong sampah. Benar saja, sepatu nya ada di situ. Karena sudah mepet mau tak mau ia segera mengambil sepatunya dan memakainya. Setelah menggunakan sepatu ia bergegas pergi ke sekolah dengan di antar supir keluarganya.
"Hidup itu berisi serangkaian kebetulan. Dan kebetulan ialah takdir yang menyamar"
"HEI LO YANG DISANAA!!!" Teriakan seseorang yang menciptakan Rindu menghentikan langkahnya. Rindu berbalik menatap dua orang perjaka yang menggunakan jas almamater yang sedang berjalan kearahnya. Rindu menggigit bibir bawahnya sambil menggerutu dalam hati.
"Kalo di panggil abang kelas itu jawab bukan diem aja." Sindir salah satu abang kelas yang menggunakan topi merah dengan ketus. Cowok di sebelahnya, yang menggunakan kacamata, menyikut lengan perjaka bertopi merah. Yang disikut hanya melirik sekilas kemudian menghembuskan nafas kasar.
Laki-laki berkacamata itu berdehem sebentar. Rindu yang sedari tadi menunduk,mengadahkan kepala ke atas. Menatap mata hitam legam dengan tatapan hangat yang terarah kepadanya.untuk beberapa dikala Rindu merasa terpesona dengan paras laki-laki berkacamata di depannya.
"Kenapa lo masih disini, bukannya yang lain udah pada baris di lapangan?"ucap laki-laki berkacamata itu sontak menciptakan Rindu kembali kealam sadarnya.
"Eh.. iya kak,maaf tadi nganuu habis dari toilet."Alibi nya yang kemudian dibalas cibiran oleh perjaka bertopi merah,namun Rindu tak memperdulikan hal itu. Sebenarnya semenjak awal Rindu sudah tau bahwa laki-laki bertopi merah itu memang sedari awal sudah tak suka dengannya, selalu menatap tajam dan berkata sinis padahal ia merasa tidak punya hutang kepadanya.
"Yaudah sana buruan ke lapangan. Jangan malah termangu disini!"ketus perjaka bertopi merah lagi. Rindu mendengus sebal kemudian berlari kelapangan, ia tak mau mendengar omelan abang kelas bertopi merah yang galak tadi lagi.
Lapangan sekolah tampak sudah sangat ramai, kebanyakan dari mereka menggunakan pakaian putih biru,pakaian yang sama menyerupai yang Rindu kenakan. Rindu yang gres tiba di lapangan lebih menentukan baris dibelakang. Alasannya simpel, ia malas harus berpanas-panas an di depan. Toh lebih yummy dibelakang, ada pohon mangga yang besar yang menciptakan para siswa yang baris dibelakang jadi adem ayem tidak kepanasan. Salah satu cewek yang ada di sebelah Rindu menepuk pundak Rindu hingga menciptakan gadis itu menoleh.
"Hai.." sapanya kepada Rindu yang hanya disambut tatapan bingungnya.
"Lo Ngomong sama gue?"
Gadis yang mempunyai rambut hitam sebahu itu kemudian tertawa. Rindu jadi makin kikuk. Memang ia bukan type orang yang simpel untuk berkomunikasi dengan oranglain,alasannya tak lain alasannya yaitu otaknya yang sering telat mikir alias lola dan sikapnnya yang dingin akan sekitar.
"Iyalah. Lo lucu deh, Btw kenalin nama gue Siti."jawabnya sambil mengulurkan tangannya. Raut muka Rindu datar, entah si Siti ini bisa ngeramal atau apa, dengan liat raut wajah Rindu yang datar ia tetapkan untuk menarik kembali tangannya. Namun diluar dugaan,sebelum Siti menarik tangannya,Rindu sudah lebih dulu membalas jabat tangannya sembari tersenyum. Kali ini ia tersenyum tulus. Bukan nrimo yang penyanyi itu loh ya..
"Gue Rindu."
"Ha?"
"Kenapa?"tanya Rindu gundah melihat respond Siti.
"Coba ulang nama lo siapa."
Rindu mendengus. Ternyata masih tidak berubah, setiap kali ia menyebut namanya orang yang mendengar niscaya akan gundah dan tidak percaya. Mungkin alasannya yaitu namanya yang aneh. Maybe.
"Nama gue Rindu. Lebih lengkapnya Kevarelina Mareyrindu."jawab Rindu yang hanya dib bantalan "Oh" oleh Siti. Menyebalkan memang ya, sudah bicara panjang dibalasnya Cuma Oh kan nyesek.
"Iya, lo sendiri namanya pendek amat Siti doang?"tanya Rindu balik. Yang ditanya malah justru melirak lirik ke kanan kiri dan depannya, si Siti ini sudah menyerupai detektif yang sedang ada project rahasia saja. Setelah dirasa aman, Siti membisiki Rindu sesuatu. Reaksi Rindu malah justru tertawa ngakak mendengarnya. Bayangkan saja Siti ini ternyata lebih aneh daripada dirinya. Punya wajah bulat,putih,mempunyai bola mata cokelat yang bagus, hidungnya mancung kaya arab,bibir tipis kaya barbie Eh malah punya nama SITI MAEMUNAH. Padahal mukanya lebih kaya anak Arab blasteran cina.
Dan semenjak dikala itu kedua nya mengobrol bersama dan menjadi bersahabat layaknya sudah bersahabat semenjak lama.
Sahabat itu tidak dilihat dari seberapa usang kau bersama dirinya. Namun seberapa nyamannya kau dikala ngobrol bersamanya dan ia bisa membuatmu tertawa lepas meskipun dengan dagelan kecilnya tanpa memikirkan ia gres kau temui atau sudah usang bersama dengan dirimu.
***
Setelah selesai apel semua murid bergegas pergi ke kelasnya masing-masing yang sudah dibagikan dikala apel tadi. Rindu dan Siti berjalan berdampingan masih sambil berceloteh ria,meski bergotong-royong yang daritadi mulai topik si Siti. Sekarang Rindu sanggup menyimpulkan bahwa sahabat barunya ini ternyata lebih banyak cincong dari yang ia bayangkan namun juga menyenangkan.
Keduanya yang entah lagi beruntung atau apa menerima jatah kelas yang sama. Sebenarnya Rindu sedikit khawatir, kalau ia satu kelas dengan Siti apa indera pendengaran nya ini akan berpengaruh terus dengerin ocehannya mulu,yang kebanyakan Unfaedah banget. Namun di sisi lain ia juga besyukur setidaknya nanti dikelas ia sudah ada sahabat yang bisa ia ajak bicara. Sikap Rindu yang simpel risih terhadap oranglain seringkali menjadi problem dirinya kurang bisa bersosialisasi dengan teman-temannya sehingga tidak heran dari SD dulu ia hanya mempunyai sedikit teman,itu saja mungkin alasannya yaitu sebuah keberuntungan.
Rindu masuk kedalam kelas XII IPS 1 yang kemudian disusul oleh Siti. ( Kalo kalian tanya kenapa penulisnya ga masukin ke kelas Mipa aja sih, kenapa harus IPS? Alesannya simple. Karena ga semuanya harus perihal Mipa. Bukan maksud membandingkan atau apa loh ini. Setiap orang niscaya punya pandangannya masing-masing. Menurut pandangan author baik Mipa atau Ips itu sama aja. Ga ada bedanya. Jangan selalu beranggapan bahwa anak Mipa selalu identik dengan bawah umur rajin,berkacamata,kutu buku banget dan jenius. Karena engga semua anak Mipa menyerupai itu. Ya mungkin ada tapi hanya sebagian aja kan? Nah begitu pula dengan anak IPS, tidak semua anak Ips itu bandel,nakal,susah diatur, pemalas dll. Baik Mipa atau Ips niscaya punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada anak Mipa yang otaknya anak Ips,dan adapula anak Ips yang otaknya kaya anak Mipa. Kaprikornus bagi kalian yang terkadang masih sering membandingkan keduanya, saran author kau boleh besar hati dengan apapun jurusan kau baik Mipa atau Ips,namun jangan suka bandingin kekurangan pihak lain, alasannya yaitu kita semua termasuk saya juga manusia,punya kekurangan dan kelebihan ,ga ada yang tepat kecuali Allah Swt, gabisa nilai apapun atas presepsi kau sendiri. Lebih baik intropeksi dahulu sebelum berbicara. Karena ucapanmu tanpa sadar bisa menyakiti seseorang tanpa sengaja. Maaf jadi kepanjangan curcol:V lanjut.)
Tatapan Rindu terfokus kearah perjaka yang tadi pagi ada di UKS. Cowok itu duduk di barisan paling depan larik kedua. Namun tak berselang usang tatapannya teralih dikala Siti menepuk pundaknya.
"Weh.. malah bengong! Mikirin apaan sih?"tanyanya.
"Kepo." Jawab Rindu singkat kemudian berjalan kearah kursi paling belakang. Tempat duduk yang selalu menjadi incarannya sedari dulu.
"Sialan." Sambil mendumel siti mengikuti Rindu,ia sempat menatap sebentar kearah perjaka dibarisan paling depan yang sedang sibuk mendengarkan musik sambil membaca buku yang entah apa judulnya tapi keliatan tebel banget kaya kitab biksu Tong. Siti menyunggingkan senyumnya, tampaknya kini dirinya memang harus menjadi detektif sungguhan menjalankan misi barunya. Yaitu yang tak lain Mencari tau korelasi Rindu dengan Cowok ganteng. Yang dirasa ada yang mengganjal dan hal itu mengundang penyakit akutnya yang berjulukan kekepoan stadium akhir.Berpikir lagi akan menjadi mbak Feni Rose KW dengan ajang reality Show amburadul Si lola dengan si pemilik KW kitab biksu Tong.
Di sisi lain, Rindu yng duduk dibelakang menatap punggung Senja sambil berkata dalam hati.
" Ini kebetulan atau takdir sih?"
Back to Content
LESUNG PIPI .
"Salah ga kalo gue baper? "
Keesokan harinya Rindu berangkat lebih pagi dari hari kemarin. Pukul enam lebih lima menit lebih tepatnya. Entah setan apa yang masuk tubuh gadis itu hingga berangkat sepagi ini. Masih dengan pakaian biru putih dengan rambut yang dikuncir kuda serta topi dari ceting ( Alat buat naroh nasi bentuknya lingkaran ) dan tak lupa kaos kaki warna warni yang berbeda sebelah menciptakan tampilannya menyerupai orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa.
"Kalo bukan alasannya yaitu Ibuk ngancem potong uang saku, gabakal deh gue ikutan Mos kaya gini. "keluhnya sembari berjalan di koridor.
Suasana koridor nampak sepi karena belum ada berangkat. Beberapa ruang kelas yang sedari tadi Rindu lewati juga masih terkunci rapat pintunya.
Tukk.. Tukk.. Tapp... Tukk.. Tukk
Rindu mendengarkan langkah kakinya sendiri. Keadaan yang begitu hening menciptakan darahnya tiba-tiba berdesir. Entah mengapa ia merinding sendiri dikala mengingat kisah Tiya, sahabat sekelasnya yang gres ia kenal kemarin dikala istirahat.
"Rindu ya? " tanya seseorang menciptakan Rindu yang tengah makan bakso bersama Siti kompak menoleh ke arah sumber suara. Di depannya ada 2 orang cewek dengan seragam putih biru sambil memegang bakso juga.
"Iya, ada apa? " balas Rindu kikuk. Salah satu dari cewek di depannya itu yang mengenakan jilbab syar'i tersenyum.
"Kenalin nama gue Tiyani. Panggil aja Tiya, sebelah gue namanya Deva. Kita sekelas bareng. Gue boleh gabung duduk disini sama kalian? "
Belum sempat Rindu menjawab, Siti sudah ngomong duluan. "Boleh kok. Sini gabung aja. Oh pantesan ya kaya tadi liat ga asing ternyata kita sekelas. Lo berdua yang duduk di depan gue kan? "
Tiya dan Deva duduk. "Iya, nama lo Titi kan? "tanya Tiya lagi. Deva sahabat sebelahnya hanya bisa tersenyum sekilas. Siti melotot mendengarnya.
"Titi? Sejak kapan nama gue jadi sama kaya label pensil warna? "ketus Siti sedikit kesal. Tiya kembali menyahut "Lohh kata si Parjo yang duduk Di sebelah lo, katanya bawah umur suruh manggil nama lo Titi. Kaprikornus gue ikut aja. "
Wajah Siti memerah, "Dasarr Parjoo geblek. Jangan diurus nama gue Siti, bukan Titi. Tapi kalo lo mau manggil gue Lalisa juga boleh. Kan muka gue 11/12 lah sama Lalisa BLACKPINK. Namanya juga saudara kembarnya. "
Seketika mendengar itu Rindu, Tiya, dan Deva merasa butuh plastik kresek hitam untuk muntah.
"Udah-udah Siti jangan ribut mulu. Habisin itu baksonya bentar lagi kan jam masuk."ucap Rindu.
"Eh kalian tau ga? "celetuk Tiya lagi menciptakan Rindu, Deva dan Siti menatapnya lagi.
"Tau apaan?"sahut Rindu.
"Cerita perihal sekolah ini."ucap Tiya
"Oh yang Si mamank Abdul suka sama mbak Jaenab yang punya warung nasi kuning? "sahut Siti
"Bukan. Kalo itu mah udah lama. Mang Abdul malah kabarnya udah putus noh dari mpok Jaenab. "
"Seriusan? Kok gue gres tau? Ah ini niscaya mang Abdul nya belokk nih. Padahal kata abang gue yang alumni Sekolah Menengan Atas ini katanya dulu kisah cinta mereka ngalahin mas Dilan sama mbak Milea loh. "
"Ah ngaco lo Sit, orang Dilan yang katanya romantis tiada tara sama Milea aja bisa bubaran. Toh ujungnya malah Milea merid sama Mas Herdi malahan. Lagian nih ya berdasarkan penjelasan yang gue sanggup korelasi Mamank Abdul sama mbak Jaenab pegat atau End atau bubaran, kabarnya alasannya yaitu faktor ada orang ketiga loh. Pelakor gitu basa gaulnya. "
"Pelakor? Pecinta laki korea maksud lu, ya? "Deva ikut menimpali.
"Yee ini lagi malah korea. Perebut laki orang kali kepanjangannya PELAKOR. "
"oh emang siapa si pelakornya? Kok gue gemes ya. Pengen ketemu terus gue ajak ketemu mau gue jeburin ke empang. "balas Siti dengan raut wajah gemas.
Rindu menggelengkan kepala, gres sebentar namun mereka sudah bersahabat layaknya sahabat lama.
"Ini sebenernya mau bahas apa sih? Bahas perihal sekolah ini atau bahas korelasi mang Abdul yang bubaran? "akhirnya Rindu angkat suara.
"Eh iya deng. Kan gue jadi lupa, gara - gara lo sih Siti, ngajak gue ngerumpi jadi belok jalan kan. Ini loh kalian tau ga mitos perihal sekolah ini? "ucap Tiya dengan mimik wajah mulai serius.
"Mitos apa? " seakan diinterupsi ketiga cewek itu mendekat kearah Tiya, seolah sedang mendengar Cerita paling seru sedunia. (*Eh jangan sedunia deng, sekota aja asal sama ia ya saya rela. Bhahaha)
Tiya kembali berbicara. "Katanya nih ya dulu ada seorang siswi anak Sekolah Menengan Atas ini itu ada yang bunuh diri. Konon kabarnya sih gara-gara putus asa alasannya yaitu nilai UN nya rendah. "
Ketiga cewek itu sontak merinding mendengarnya. "Terus gimana lagi lanjutannya? "Tanya Rindu kembali kepo. Cerita horor emang menantang ya bikin kepo tapi juga takut.
"Nah semenjak itu banyak orang yang bilang, katanya arwah cewek itu gentayangan. Kalo ga salah namanya Turkiyem. " Siti merengut,
"Ah masa sih? Jaman kini masih percaya gituan! "
"Eh Titi ponakannya om Yatno, demi ferguso yang gapernah pinter, udah banyak yang digentayangi hantu cewek itu. Biasanya sih kalo sekolah sepi hantunya muncul mau pagi atau siang. "
"Ihhh kok gue merinding sih jadinya. "Deva ikut menimpali.
"Makanya kalian gue ingetin kalo lewat dikoridor sekolah itu hati-hati alasannya yaitu hantu Mbak Turkiyem suka muncul disitu. Jangan lupa baca ayat kursi dan yang paling penting jangan jalan sendirian, kalo ada yang manggil lo pas koridor sepi jangan nengok! "
"Loh kenapa ga boleh nengok? "Balas Siti.
"Karena yang manggil itu .... "belum sempat Tiya melanjutkan ucapannya meja sudah digebrak oleh perjaka dengan rambut berserakan menciptakan keempat cewek itu terkejut.
Brakkkk .....
"HAYOLOHH PADA GOSIPIN APA? GOSIPIN GUE YA PASTI. DUHH EFEK ORANG GANTENG GINI YA SELALU DIGOSIPIN SANA SINI. SUSAH PUNYA WAJAH KAYA CAMERON DALLAS. JADI BANYAK FANSS." cerocos Parjo yang tiba-tiba tiba menyerupai jelangkung. Datang tak diundang, pulang jalan sendiri.
"Ihhh ketek nya Dora lo ngapain sihh gangguin kita!! Ah resek lo. "kesal Siti menjambak rambut Parjo. Membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan.
"Ampuunnn mak lampirr ampunn. Tolong jangan kutuk saya jadi botak. Nanti gue kagak cakep lagi gimana. "
Keempat cewek itu menjawab kompak. "BODOAMAT PARJOOOOOOO!!!! "
Rindu menghela nafas kasar. Menggelengkan kepalanya pelan, tidak. Hantu Mbak Turkiyem tidak akan menganggu nya. Semoga. Namun gres beberapa dikala ia menenangkan dirinya semoga tidak takut, sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundaknya.
Jantung Rindu mencelos seketika. Nafasnya tak beraturan, ingin menoleh namun kepala nya seolah sulit di gerakan. Dengan tangan yang masih gemetar Rindu memaksakan tubuhnya untuk menoleh. Rindu membalikan tubuhnya sambil memejamkan kedua matanya.
"Mmm----mbak tuu--rkiyem tolong jangan ganggu saya. "dengan nada terbata Rindu mengucapkannya dengan bibir bergetar.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Masih tidak ada jawaban.
Empat detik.
Lima detik.
Enam detik.
Rindu mendengar tawa seseorang pecah. Rindu membuka matanya perlahan. Matanya melotot melihat seorang perjaka di depannya sedang menertawakan dirinya. Cowok dengan rambut berponi samping ini menciptakan mood Rindu hancur seketika.
"Sorry sorry maaf. Habis liat muka lo ketakutan tadi gue jadi gakuat nahan ketawa. "ucap perjaka itu. Rambutnya yang panjang hampir menutupi setengah wajahnya.
"Ihh lagian siapa suruh ngagetin! "seru Rindu tak mau kalah.
"Hahaha jadi lo kira gue mbak Turkiyem? Hantu yang Viral itu? Muka gue ga sejelek itu kali. "Cowok itu tertawa semakin keras. Rindu membisu sebentar, tersadar melihat 2 lesung pipi yang muncul ketika perjaka itu tertawa lepas. Entah mengapa hati nya tiba-tiba jadi menghangat. Tidak jadi badmood.
Cowok yang sudah menggunakan seragam Sekolah Menengan Atas resmi di Sekolah Menengan Atas nya itu menatap Rindu sebentar sebelum kemudian mengacak-acak rambut Rindu pelan. Setelahnya perjaka itu pergi berlalu meninggalkan Rindu yang masih mematung di tempat.
Semburat merah muncul di pipi Rindu, ia meletakan tangannya di dadanya sendiri. Jantungnya berdetak tidak karuan. Untung saja perjaka tadi sudah pergi jadi tidak melihat ekspresinya dikala ini. Namun ada satu hal yang menciptakan Rindu bingung, mengapa tubuhnya merespon menyerupai ini hanya alasannya yaitu melihat senyum perjaka tadi? Mengapa jantungnya berdetak kencang dikala perjaka tadi mengacak acak rambutnya? Rindu mendengus lelah. Mungkin sepulang sekolah nanti ia harus pergi ke dokter menilik jantungnya takut saja ia terkena darah tinggi atau serangan jantung tiba-tiba.
"Salah ga sih kalo gue baper? "guman Rindu dalam hati , kemudian melanjutkan berjalan kembali menuju kelasnya yang tadi sempat terhenti.
Back to Content
Bintang itu Siapa, Senja?
"Jangan baper dulu, Emang Lo yakin ia suka sama lo juga? "
***
Bibirnya tergerak membentuk lengkungan hingga satu lesung pipi yang ada di pipi kanan nya ikut muncul. Senja melangkahkan kakinya mengikuti gadis itu. Terpaut jarak yang tidak mengecewakan jauh ia terus mengamati gadis itu hingga karenanya ia tersadar gadis itu memasuki kelasnya. Hah?
"Dia satu kelas denganku?"Batin Senja dalam hati. Senja masih mengikutinya. Ia juga ikut masuk. Dugaan nya benar, gadis galak itu ternyata benar sekelas dengannya. Duduk di barisan paling belakang larik ke tiga. Tapi mengapa ia gres tahu? Padahal mereka satu kelas.
Tampaknya gadis itu tidak sadar kalau sedari tadi diperhatikan oleh Senja. Gadis itu justru malah menenggelamkan wajahnya di atas tangannya yang sengaja ia jadikan bantal diatas meja. Sesaat Senja merasa ragu, hampiri tidak?
"Ah kau ini payah banget. Masa menghampiri gadis yang kau cari sedari kemarin saja kau tidak berani. Cemen!" Entah setan darimana yang membisikinya menyerupai itu. Tapi benar juga, ia kan perjaka harus Gentle man jangan menyerupai ini. Dengan langkah mantap ia mendekati gadis itu. Senja menentukan duduk di kursi yang ada di depan gadis itu. Posisinya yang berada pas di depan gadis itu membuatnya dengan leluasa sanggup menatap wajah damai gadis ini sepuas yang ia mau. Tidak tau kenapa Senja berharap semoga waktu bisa berhenti kini juga, ia ingin menatap wajah gadis ini lebih lama. Sungguh.
Tanpa sadar tangannya menyingkap rambut gadis itu secara perlahan, mungkin semesta sedang tidak ingin diajak berkompromi dengannya. Perlahan gadis di depannya terbangun dari tidurnya, menciptakan Senja gelagapan sendiri dibuatnya. Gadis itu membuka matanya, selang beberapa detik matanya membulat tepat melihat Senja ada di depannya dengan wajah yang sulit diartikan.
"Loh.. lo ngapain disini?" tanya nya dengan nada ketus.
Mendengar nada ketusnya entah mengapa kegugupannya yang sedari tadi menyelimutinya tiba-tiba hilang begitu saja. Aneh memang. Baru saja hendak mengeluarkan suaranya, Senja kalah cepat dengan Siti yang tiba-tiba duduk dikursinya disusul oleh Deva dan Tiya menciptakan Senja mau tak mau harus berdiri alasannya yaitu kursi yang ia duduki ini yaitu daerah duduk cewek yang menggunakan jilbab namun kepalanya juga ditutupi oleh hodie kuning. Yang tak lain yaitu Deva. Cewek misterius yang cueknya luarbinasa.
"Ahh Rin gila tadi gue berangkat di kejar-kejar Satpam edan di depan gerbang!!" Fokus Rindu yang tadinya ke arah Senja, pindah ke Siti, temannya itu masih menerocos panjang lebar dengan nada yang masih ngos-ngos an. Siti gres mau berhenti nyerocos dikala salah satu sahabat kelasnya yang berjulukan Mei yang memberitahu sahabat sekelasnya semoga segera menuju ke lapangan, untuk melaksanakan apel pembukaan MPLS.
Rindu kembali mengecek atributnya, sehabis dirasa lengkap ia,Tiya,Deva dan Siti segera beranjak menuju lapangan begitu juga dengan Senja dan Dini yang menyusulnya dari belakang. Iya Dini, Andini Fitriyani gadis yang duduk satu meja dengan Senja Mahardika.
***
Apel yang seharusya memakan waktu 15 menit kini malah molor menjadi hampir 2 jam alasannya yaitu amanat yang sungguh panjang lebar menyerupai kereta api. Kedua bola mata Senja masih terus memerhatikan punggung Rindu dari belakang. Gadis itu nampak berkali-berkali mengusap keringat yang sudah mulai bercucuran di dahinya, andai saja bisa, Senja ingin menarik gadis itu ke belakang barisan, mengajaknya duduk di bawah pohon mangga depan teras semoga gadis itu tidak kepanasan. Matahari mungkin lagi jahat ya. Namun Senja juga berpikir ada untungnya juga ia usang Apel,karena dengan begini ia bisa menatap gadis itu sepuasnya walaupun secara diam-diam. Semesta tengah mengabulkan doanya sewaktu dikelas tadi.
Arjun, yang baris disebelah perjaka itu memincingkan matanya, menatap temannya yang sedari tadi fokus menatap ke depan,terkadang juga temannya ini tersenyum sekilas. Anak ini gila apa ya?
Arjun menoyor kepala Senja,membuatya menoleh sembari meringis ke arah Arjun.
"Lu dari tadi liatin apa sih? Jangan bilang kalo gara-gara apel usang lu jadi mabok terus mendadak jadi gila, ya?"Senja mengernyitkan dahinya. Selang beberapa detik kemudian ia tersenyum hingga matanya menyipit menjadi segaris. Arjun jadi merinding.
"Eh peak!! Gue nanya kenapa lu malah mesem? Jangan-jangan bener deh lu tadi pas mau jalan kesini ditempelin sama hantunya mbak Turkiyem makanya jadi gila gini."
Bukannya marah, alasannya yaitu omongan Arjun , Senja justru malah terkekeh. ( Duh, ko jadi genteng J )
"Ngaco aja sih anaknya Pandawa. Yakali masih jaman aja percaya gituan."
Arjun berdecak. "Dasar anaknya Sujono, awas lu nanti ketempelean beneran sama mbak tukiyem gue sukurin ntar lu."
"Sujono? Siapa lagi itu. Lagian nih ya orang kalo doain oranglain buruk doanya nanti malah balik ke yang doain. Aku aminin deh."
"Najis gabakal balik. Sujono kan nama Bapak lu, kadang ya anak durhaka ini kaya lo. Nama Bapak sendiri dilupain."2 a
"Kampret! Sujono bukan Bapakku."
"Terus siapa Bapak lu? Suterjo? Tarjono?"
Senja mendengus lelah. "Sekalian aja Bang Jono, Jun! Sebahagiamu aja dah."
Arjun terkekeh, kemarin dikala pertama kali ia melihat Senja, ia kira perjaka itu termasuk jenis perjaka kutu buku dingin dingin ala-ala wattpad begono. Ternyata dugaan nya meleset, perjaka di depannya justru supel dan ramah diajak bercanda juga nyambung. Ah Arjun jadi nyesel udah nilai orang dari covernya doang. Ternyata pepatah quotes anonim bener juga.
Karena keasyikan mengobrol dengan sahabat barunya, Senja hingga tidak sadar kalau apel telah selesai. Kalau saja tatap matanya tadi tidak bertabrakan dengan tatapan Rindu yang hendak bubar barisan tak sengaja malah menatapnya. Omongan Arjun seketika blurr gaes ditelinga Senja.
Di sisi lain, Rindu menggaruk tengkuknya yang padahal tidak gatal. Kenapa gue harus liat muka ia mulu sih?- batinnya menggerutu. Siti mengikuti arah pandang Rindu,
"Cie.. tatap-tatap an sama ia lagi cie.. awas ntar naksir Ndu." Rindu berdecak. Apasih. Naksir ia ? yang bener aja. Mustahil lah.
"Ck, udah ah ayo ke kantin haus gue."Sengaja Rindu mengalihkan topik.
Rindu menentukan berjalan duluan, dikala ia melewati Senja ia menentukan membuang muka entah apa alasannya melaksanakan hal itu. Diikuti oleh Siti dan Parjo yang masih sibuk cekcok alasannya yaitu problem sepatu yang entah kenapa bisa kembar padahal ga janjian. Duh , jangan-jangan mereka ....3 a
JOMBLOOOOOO!!!!!!! Hahaha. Peace:v
Senja yang melihat Rindu pergi, berinisiatif menyusulnya. Namun sebuah tangan yang mencengkal lengannya menghentikan langkahnya.
"Mau ke kantin ya Sen? Gue ikut ya." ya orang yang menahannya itu Dini, inget kan?
Gadis dengan tubuh mungil itu tersenyum manis kearah Senja, sesekali membenarkan letak kacamatanya yang sering merosot alasannya yaitu hidung gadis itu yang kurang mancung. Senja hanya mengangguk. Keduanya melangkah meninggalkan Arjun yang sudah pergi duluan dengan gebetan barunya. Dasar Arjun, sekali lirik pribadi disikat bae.
***
Suasana kantin begitu ramai. Senja yang gres masuk bersama Dini, sudah merasa kepanasan alasannya yaitu memang cuaca hari ini ampun banget panasnya.
"Biar gue aja yang beli. Lu cari daerah duduk. Lu mau nitip apa Sen?" Tanya Dini.
"Rame gini, biar saya aja yang beli. Kan kau cewek juga."
"Terus kalo gue cewe, emang gaboleh gitu yang beliin?"
"Bukan gitu."
"Ck ceriwis deh Sen, udah lo cari daerah duduk aja. Biar gue yang pesen. Asal lo tau ya gue ini paling jago kalo problem nyerobot antrian. Kaprikornus jangan remehin gue."sahut Dini, masih keukuh ingin yang membeli. Apa boleh buat? Senja yang sejujurnya tidak suka kalo harus debat sama cewek alhasil ga bisa nolak lagi. Ia mengangguk kepada Dini.
"Air mineral aja Din 1. Nanti saya yang cari daerah duduk." Dini sudah ngacir pergi gitu aja. Dari kejauhan ia bisa melihat Dini mengacungkan jempolnya. Teman satu bangkunya ini sedikit menyenangkan juga ya. Iya Cuma sedikit. Ga lebih.
Selanjutnya kedua bola mata Senja menjelajah seisi kantin, semua meja terlihat penuh. Namun tampaknya masih ada satu, di meja panjang pojok sana tapi sudah ada yang menempati. Matanya memincing mengamati ulang cewek yang duduk di pojok sana. Ah tidak salah, bibirnya tersenyum samar. Cewek galak itu ternyata. Kakinya dilangkahkan menuju meja daerah Rindu dkk sedang makan baksonya mang Abdul.
Ekhemm..
Sebuah deheman singkat itu menciptakan lima orang yang sedari tengah makan sembari bersenda gurau itu menoleh bersama. Rindu tersedak baksonya melihat Senja sudah ada di depannya dengan wajah polos yang gatau emang beneran polos atau akal-akalan polos. Ketemu lagi?! Buset dah ini perjaka ko berasa ada dimana-mana sih.
Parjo,satu-satunya laki-laki yang ada disitu, menyapa Senja bagai sudah kenal usang padahal mah Senja nya aja kagak kenal si Parjo.
"Eh Bro!! Lo ada di sini juga?"
Jitakan keras sukses meluncur dikepala Parjo, sukses menciptakan perjaka itu meringis.
"Eh kampret!! Pertanyaan lu ga berfaedah banget dah. Ya iyalah Sen ada disini,kan ia juga sekolah disini bego. Makanya lu kalo mau berangkat ke sekolah itu dicek dulu otak lu dibawa apa ga, biar ga malu-maluin banget kaya gini. Punya otak kok Cuma setengah."Cibir Siti.
"Bawel lu ah titisan awkarin!!"
Sebelum tangannya kembali menjitak kepala Parjo, Rindu melerai keduanya. Kemudian matanya berbalik menatap Senja yang masih tegap berdiri menyerupai patung selamat datang. Lurus no belok-belok mas.
"Mau ngapain lo kesini?" tidak mau basa-basi Rindu pribadi to the point.
"Boleh gabung?"ucapan Senja barusan menciptakan semua yang ada di meja itu terdiam. Bahkan si Parjo,yang memang mungkin kebanyakan nonton sinetron, pakai menciptakan drama alay segala. Sok batuk-batuk keselek bakso yang dramatisnya minta ampun. Kakek-kakek batuk aja hingga kalah tuh.
Rindu berusaha mengontrol diri, berbicara setenang mungkin padahal malah terdengar begitu ketus. Entah kenapa perilaku ketusnya ini suka muncul apabila melihat Senja. Gatau deh alasannya apa. Tanya aja sama Mbah paling pinter sedunia. Mbah Google.
"Meja yang lain emangnya kenapa?"
"Udah habis di tempati semua."
"Terus?"
"Ya, tadi kan saya udah bilang."
"Bilang apaan?"
"Boleh gabung disini ga?"ulang Senja tetap dengan mempertahankan senyum tipisnya. Bagi cewek lain yang lihat mungkin sudah ada keinginan buat karungin perjaka satu ini,namun mungkin alasannya yaitu mata Rindu blurrr am jadi ia malah menatap tajam kearahnya.
"Udahlah Rin, biarin aja. Lagian di sebelah lu juga masih kosong tuh."celetuk Tiya.
"Betul tuh. Lagian Sensen juga temen sekelas kita. Biarin lah gabung biar kita bisa sambil kenalan. Kan kita juga belum kenalan,iya kan Sensen?"Ucap Siti sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Lo ini Sit, kalo liat yang bening-bening matanya pribadi ijo."cibir Deva. Tumben cewek ini mau ikut nimbrung omong ya.
"Ck, saudari Deva Marinkaa anaknya ibu Jubaedahh yang bagus tiada taraaa, gini ya, kayaknya lu pas Taman Kanak-kanak kebanyakan molor deh pas Guru lu nerangin materi. Yang namanya mata itu warnanya item. Noh liat bola mata gue item kannn sama putih bukannya warna ijo."
Deva merengut sebal. Lebih milih diam,enggan menyahuti Siti yang tidak mau mengalah dalam keadaan debat and the debat. Keras kepala.
Senja mulai lelah berdiri, menyaksikan debat yang sedari tadi ga kelar-kelar. Ia mendengus lelah.
"Jadi gimana, boleh gabung ga?"ulangnya untuk yang ketiga kalinya,bertepatan dengan Dini yang gres saja tiba di depannya dengan tangan yang memegang semangkuk siomay dan 2 botol air mineral.
"Sen? Gimana, udah sanggup tempat?"tanya Dini.
Rindu memicingkan matanya menatap Dini. Ini cewek siapa lagi? Batinnya mulai bertanya-tanya.
"Udah Sen, gabung aja sini. Gausah nungguin respond nya Rindu." Senja mengangguk. Kemudian menentukan duduk di samping Rindu. Baginya ini sebuah bonus sekaligus keberuntungan. Dini juga ikut duduk di sebelahnya.
"Ahh ya gue lupa kita kan belom kenalan kan? Kenalin nama gue Shawn Mendes, nama lo Senja kan? Yang duduk dibarisan depan?"dengan gaya pongah dan tingkat ke PD an yang sudah stadium akut, Parjo memperkenalkan dirinya, mengulurkan kedua tangannya pula. Dikira ini lagi kondangan ijab kabul apa ya, pake program salaman segala.
"Shawn Mendes mbahmu! Shawn gendeng kesasar di lampu merah sih iya. Jangan percaya Sen, nama aslinya Parjo. Nama kepanjangannya Suparjo. Ga elit banget kan nama dia. Heran gue." Siti menyela ucapan Parjo. Rindu menatap lelah kedua temannya itu tidak capek apa, berantem terus kaya monyet sama kingkong.
"Hayati lelah neng dinistain terus. Lelah.. lelah.. lelah.." damatisnya mode on.
Senja,Tiya,Deva,Rindu dan Dini terkekeh. Parjo ini biarpun alay tapi lucu juga ya.Hahaha.
Siti kembali membeo, "Kalo yang disebelah gue, namanya Tiya dan sebelahnya namanya Deva." Senja mengangguk. Ia menatap keduacewek berjilbab itu, kemudian pandangannya beralih ke cewek disebelahnya yang sedari tadi menentukan membisu dengan muka ditekuk. Yang keliatannya lagi makan bakso padahal Cuma nusuk-nusuk baksonya doang.
"Kalo kamu, namanya siapa?"kepala Senja sudah memutar 180 derajat kearah Rindu.
Rindu menghentikan agresi menusuk-nusuk baksonya. Melirik sinis kearah Senja.
"Lo gaperlu tau. Karena---" belum sempat Rindu menuntaskan ucapannya perjaka di depannya ini sudah menyelanya.Menyebalkan.
"Karena Hak lo terbatas kan?"
Teman-temannya melongo,kecuali Rindu. Bagaimana bisa perjaka itu bisa menjawab pernyataan Rindu lebih dulu. Apa mereka berdua saling kenal?
Rindu kesal. Banget kalo bisa. Ia menentukan beranjak dari kursinya hendak pergi sembari membawa baksonya yang masih tersisa setengah. Mendadak nafsu makannya hilang begitu saja alasannya yaitu ulah perjaka yang berjulukan Senja itu. Senja ngeselin!
"Mau kemana?" Rindu menghela nafas kesal. Cowok ini masih tidak puas kah sudah membuatnya kesal menyerupai ini? Mulut Rindu memang tidak berniat menjawab, namun keburu ia melangkah lagi perjaka itu sudah berkomentar kembali.
"Kalo saya tanya kaya gitu, jawabannya jangan Bukan urusan lo, kan niatnya nanya alasannya yaitu peduli ... Rindu."
Cowok itu menyebut namanya lirih. Ah peduli setan ia sudah terlanjur kesal, dengan kaki yang dihentak-hentakkan Rindu pergi menjauh dari meja yang tadi di duduki oleh nya dan teman-temannya. Siti yang melihat Rindu pergi aslinya mau menyusul namun ia urungkan dikala Tiya menatapnya dengan tatapan seolah berbicara Biarin ia sendiri dulu .
Senja menatap punggung Rindu yang makin menjauh, Dini yang sedari tadi membisu juga ikut memperhatikan. Entah kenapa Dini merasa Senja menatap Rindu dengan tatapan ... sedihnya. Dan itu sedikit menciptakan cewek berkacamata itu merasa sedikit tidak suka.
***
Rindu keluar dari kantin dengan perasaan kesal. Raut wajahnya yang merengut semakin ketara jelas. Ia menentukan melangkahkan kakinya untuk kembali ke kelasnya. Namun dikala ia hendak menaiki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai 2, Rindu kembali berpapasan dengan perjaka lesung pipi tadi pagi. Cowok itu sedang duduk di tangga bersama kedua temannya yang entah siapa nama mereka Rindu tidak tahu. Nama perjaka berlesung pipi di depannya saja ia juga tidak tahu kok.
Cowok itu masih sibuk bermain game di ponselnya hingga tidak menyadari Rindu yang ada di depannya. Rindu yang tak tau harus apa hanya bisa menunduk sembari kembali melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga.
"Permisi kak," biar dikata tukang molor Rindu juga masih tau sopan santn tau.cowok di depannya mendongkak mendengar ucapan Rindu.
"Eh, lo ? cewek yang tadi pagi kan." Rindu meringis, gres 2 lantai yang ia naiki, langkahnya terhenti. Menoleh memasang senyum yang terkesan canggung.
"Hehe, iya kak."
"Mau kemana?"
"Ke kelas kak."
"Oh, nama lo siapa?"
"Kevarelina Mareyrindu."
Cowok didepannya mengangguk dua kali seolah paham. Rindu merutuk, mengapa jantungnya jadi konseran gini sih.
"Mau gue anter ke kelas, Lina?"tawar perjaka itu menciptakan Rindu mendongkak. Lina? Mengapa perjaka di depannya justru memanggilnya nama itu? Kenapa tidak Rindu?
Teman-teman perjaka tadi sontak bersorak,
"Mangsa gres bos?"tanya salah satu temannya.
"Alamakk gercepp kali kau bos. Sekali tanya pribadi sikattttt. Cicwittt"temannya satu lagi ikut nimbrung. Namun perjaka itu terkesan masa bodo.
" Ayo gue anter."cowok berlesung pipi ini kemudian berdiri. Rindu merasa pipi nya panas bukan main. Dirinya kenapa sih, kan ia Cuma nganter ke kelasnya aja. Ga maksud lain. Segera ditepis pikiran absurdnya itu kemudian kembali melangkah ke kelas di temani perjaka berlesung pipi.
Waktu terasa begitu cepat,Rindu sudah ada di depan kelasnya XII IPS 1, perjaka berlesung pipi tadi masih terus berada di sampingnya.
"Daritadi gue perhatiin kayaknya lo nunduk terus. Kenapa ?"tanya nya memecah keheningan.
"Gapapa. Ma- makasih kak---"ucapan Rindu tergantung mendongkak menatap perjaka di depannya.
"Bintang. Nama gue Bintang."
"Eh iya, kak Bintang." Ucapnya dengan salah tingkah. Bintang tertawa, rasanya gemas sekali melihat tingkah gadis di depannya ini.
"Lo lucu kalo lagi salting."
Ampun deh, Rindu merunduk pipi nya kian memerah.
"Yaudah gue balik ke kelas duluan. Semangat belajarnya Lin!"ucap Bintang mengusap rambut Rindu sekilas kemudian berbalik.
Demi Ferguso Rindu sudah baper alasannya yaitu kelakuan perjaka berlesung pipi yang berjulukan Bintang!! Rindu menggigit ujung bibirnya, dengan mengulum senyumnya ia menoleh ke belakang melihat Bintang yang sudah tak terlihat punggungnya, Rindu tetapkan untuk kembali memasuki kelasnya. Ia akan bercerita kepada Siti perihal hal ini nanti. Harus!
Bintang yang gres saja melewati belokan lorong, langkah kakinya bermetamorfosis pelan dikala manik matanya tak sengaja bertemu dengan tatapan mata Senja. Keduanya bertatapan lama,sebelum Senja memutus lebih dulu. Bintang menyunggingkan senyumnya sebelah. Belum sempat ia mengucapkan kata,Senja sudah pergi duluan dengan raut wajah yang tak bisa di artikan.
Iya tidak bisa diartikan, menyerupai perasaan Senja kini yang sulit diartikan ketika melihat Rindu salah tingkah alasannya yaitu Bintang. Seseorang yang dibencinya hingga sekarang.
Back to Content
SOMETHING .
Senja Pov
Senja kecil masih memberengut kesal menatap ayahnya yang tidak mau diajak main bersamanya.
"Ayah ... ayo main lobot-lobotan. Jaja pengen main cama ayah."
Ayahnya masih mengacuhkannya. Masih sibuk berkutat dengan laptopnya.
"Ayo yahh ... jaja pengen main cama ayah "
Merasa tidak menerima respond,cowok kecil berusia empat tahun itu menutup keras laptop ayahnya.
Ayahnya melotot kearah anak laki-laki nya,
"KAMU ITU NGAPAIN? NUTUP LAPTOP AYAH SEENAKNYA SAJA! TAHU KAN AYAH SEDANG SIBUK. KAMU BISA MAIN SAMA KAKAKMU!"Bentak Ayahnya.
" Tapi Jaja mau main cama ayah, gamau cama abang galak."
"KAN AYAH SUDAH BILANG AYAH SIBUK JA! KAMU INI JADI ANAK BANDEL BANGET."ayahnya memukul kepala Senja kecil begitu saja.membuat perjaka kecil itu berteriak kesakitan dengan mata yang memerah menyerupai hendak menangis. Senja kecil pergi keluar rumah meninggalkan ayahnya yang memanggil namanya berulang kali.
Senja kecil terus berlari, dikala merasa nafasnya sudah ngos-ngos an ia menentukan duduk di samping lapangan bola di kompleks perumahannya.anak kecil ini gres menyadari ternyata ia berlari tidak mengecewakan jauh dari rumahnya. Tangan mungilnya meremas rumput disekitar lapangan,saat sebuah tangan menepuk pundaknya,ia menoleh.
Seorang gadis kecil dengan rambut kucir kuda dan menggunakan ikat rambut hello kitty, duduk disampingnya.
"Kalo kau mau nanyis, nanyis aja." Aku menatap gadis kecil ini. Bingung dengan ucapannya.
"gak ah. Kata ayah anak perjaka itu halus berpengaruh gak boleh cengeng dan nanyis."
"tapi kan perjaka juga manucia. Kata ibu saya semua olang itu belhak nanyis. Kan gak dilalang cama pak polici."
"memangnya kalo saya nanyis,nanti ayah saya gak malah dan mukulin saya lagi?"tanyaku.
"ayah kau niscaya malah kalna ada alesannyaa.mungkin kau nakal."
"jaja gak nakal. Cuma pengen ngajak main ayah tapi ayahnya gakmau teyus dimalahin.katanya suluh main sama abang aja tapi jaja gak mau."
"kenapa jaja gak mau main sama kakak?"
"kalena abang suka jahat. Nanti jaja dibikin nangis lagi kalena diejek abang teyus."
"yaudah kalo kakaknya jaja jahat mainnya sama saya aja."
"memang kau mau jadi temannya jaja?"
"maulahhh. Tapi nanti jaja boncengin saya nayik cepeda loda cepuluh ya. Jaja juga jangan cedih yagi."
Aku tersenyum menatap gadis kecil di depanku. Dia tersenyum begitu lebar padahal giginya yang terlihat Cuma ada lima.
"Iyah nanti jaja boncengin tapi yang lodanya empat aja ya. Soalnya kata Bunda cepedanya jaja lodanya Cuma ada empat bukan cepuluh."
Gadis kecil didepanku malah bertambah girang. Segera menarik tanganku untuk bersalaman tapi tidak menyebutkan namanya.kemudian menarik tanganku pergi bersamanya.
Mataku yang sedari terpejam sontak terbuka. Kenangan masa kecil itu kembali masuk ke dalam mimpiku.nafasku terengah-engah padahal saya gres berdiri tidur bukan selesai lari marathon.aku tetapkan untuk turun dari kasur,berjalan keluar kamar untuk mengambil minum dilantai bawah. Pikiranku kembali kalut.
Selesai mengambil air dan meminumnya kuputuskan untuk duduk di sofa depan televisi datar. Memandang kearah jam dinding masih menunjukan pukul dua dini hari. Aku mendengus sebal. Karena semalam tertidur terlalu cepat saya harus mimpi kenangan itu dan terbangun kepagian menyerupai ini. Kepalaku kembali terasa pening dikala kembali mengingat kenangan itu. Kenangan yang sudah kukubur dalam-dalam. Kupikir sehabis tiga belas tahun berlalu,kenangan itu sudah hilang. Ternyata tidak. Kenangan itu masih ada. Yang kusembunyikan dalam ruang gelap di hatiku sendiri. Kembali membayangkan tawa gadis kecil itu membuatku kembali sesak,mau tak mau pertanyaan itu kembali muncul lagi.
Apa ia masih inget sama aku?kenapa ia belum kembali?
***
AuthorPov.
Hari weekend yang sudah dinantikan Rindu,akhrinya datang. Weekend, hari yang paling disukainya. Karena ia tak perlu berdiri pagi,memakai seragam sekolah,mendengarkan guru, mengerjakan tugas,dan bertemu dia. Pagi ini dengan kaos lengan pendek berwarna putih bertuliskan HAPPIER dipadu celana pembinaan panjang berwarna hitam yang sangat pas menempel ditubuh mungil Rindu.
Gadis yang tengah mengikat tali sepatunya ini tersenyum singkat. Suatu keajaiban seorang kevarelina mareyrindu sudah rapi disaat hari weekend.hal yang langka lebih tepatnya. Selesai mengikat tali sepatu, Rindu mengecek penampilannya lagi,alih-alih takut penampilannya masih berantakan. Setelah dirasa cukup, gadis itu keluar dari kamar.
"Mau kemana Rin,pagi-pagi kok sudah rapi begitu.sudah mandi juga,tumbenan."tanya Asih dikala Rindu melewati dapur.
"Ish .. mau jogging buk."
Asih mematikan kompor. Berjalan mendekati anak perempuannya. Menempelkan punggung telapak tangannya di dahi Rindu, Enda panas.gumamnya.
"Apasih Buk."
"Sae toh Rin?"
Bahasa sunda = sehat kan Rin?
"Sae Buk. Kenapa sih?"
Asih masih menatap Rindu heran.
"Semalam salah minum obat?"tanyanya lagi.
"Ihh nggaklah. Minum obat aja enggak. Ibuk nih ngawur."
"Terus kenapa pagi-pagi kau tiba-tiba mau jogging? Biasanya juga masih molor kaya kebo."
Ditanya menyerupai itu bukannya menjawab malah Rindu senyum-senyum sendiri.
Plakkk ...
" Aduh sakit buk, kenapa tangan Rindu digeplak sih."cibirnya kesal.
Geplak = di pukul tapi tidak terlalu keras.
"Lah kau ibuk tanyain bukannya jawab malah senyum-senyum begitu."
"ya mau jogging aja."
" Beneran? "
" Iya ..."
" Mau jogging sama perjaka ? "
Skakmat. Wajah Rindu memerah. Kenapa ibunya bisa tau?
"Gatau. Udah ah ibuk kepo deh.Rindu mau jogging dulu. Bye assalamualaikum."ucapnya seraya menyalami tangan Asih. Kemudian bergegas keluar dari rumahnya sebelum ibunya kembali bertanya-tanya perihal hal yang tidak-tidak. Maksudnya hal yang aneh bin ngawur begitu.
Asih menggeleng melihat anak perempuannya keluar dari rumah dengan lari terbirit-birit, " Dasar anak muda jaman nuow."
***
KVR-ndu
Kak?
Sudah dimana?
Gue udah di taman nih.
Send.
Rindu mengecek arloji jam tangannya. Sudah jam enam lebih dua puluh menit. Itu artinya sudah dua puluh menit ia duduk disini. Gadis itu masih sibuk menggulirkan layar ponselnya,berharap seseorang itu membalas pesannya.Namun nihil orang yang dinantikan tak kunjung membalas, dibaca saja belum.Miris.
Merasa sudah terlalu usang duduk, Rindu tetapkan untuk berdiri,berjalan dengan langkah gontai. Merutuki dirinya sendiri yang sudah terlalu semangat hingga berharap terlalu jauh kepada seseorang yang semalam mengatakan jogging pagi bareng. Bener ya, terlalu berharap itu tidak baik dikala ekspetasi jauh dari realitas. Ujung-ujungnya ya Cuma dapet kecewa doang.
Rindu menghentikan langkahnya di depan pedagang minuman yang berjualan di samping jalan. Suasana jalan sabtu ini begitu ramai. Katanya memang sedang ada Car Free Day makanya bisa seramai ini. Namun terasa hambar bagi Rindu. Mood nya sudah terlanjur jelek. Mungkin dengan ia meminum sesuatu mood nya akan sedikit membaik.
"Floridina nya bang,satu."ujar Rindu sembari membuka dompetnya. Saat hendak mengatakan uang ke bapak penjual, seseorang sudah mendahuluinya.menyodorkan uang berwarna merah terlebih dahulu ke bapak penjualnya.
"Ganti air mineral saja Pak,ini uangnya. Kembaliannya ambil buat bapak saja. "
" Wah seriusan ini, mas? Terimakasih banyak ya mas." Ujar Bapak penjual itu sembari menyerahkan satu botol air mineral kearah perjaka tadi.
Rindu melongo. Masih terkejut kenapa ia ada disini?
Seorang perjaka dengan pakaian hoddie putih dipadu celana pembinaan warna hitam, terlihat harmonis seakan mereka berdua,sudah janjian. Senja membuka tudung hoddienya.
"Masih pagi, nggak baik kalo minum minuman berpengawet begitu. Minum ini, lebih sehat."
"Apaan sih. Lo ngikutin gue ya? "ketus Rindu. Mood nya semakin bad melihat perjaka ini. Senja terkekeh pelan.
"Memangnya kau artis ya pake harus saya ikutin?"
" Ngeles aja lo."
" Nggak ngeles. Aku emang kesini buat jogging,lagian ini taman kan daerah umum. Bebas kan mau siapa aja kesini?" balasan Senja menciptakan Rindu tertohok. Benar juga. Ini kan daerah umum . kenapa terdengarnya ia begitu kege-eran sekali ya mengira cowk itu mengikutinya. Tidak mau bertambah malu Rindu berbalik tubuh berjalan meninggalkan Senja yang masih mengulurkan air mineral dengan tangan kanannya. Ditolak , ya. Lagi-lagi Rindu sudah menolaknya. Padahal nembak saja belum ya. Ditolak sebelum berjuang itu menyebalkan,bikin kesal.
Senja memasang kembali senyumnya. Masa Cuma ditolak gini aja nyerah? Kan cemen. Senja berlari menyusul Rindu yang mulai jauh dari pandangannya. Setelah berhasil mengejar perempuan jutek ini, senja memelankan langkahnya,berusaha mensejajarkan langkahnya dengan perempuan mungil ini. Ia mengamati dalam diam, satu langkah kakinya sendiri ternyata bisa sama dengan dua langkah kaki Rindu. Kaki gadis ini benar-benar mungil.
"Kenapa ninggalin saya gitu aja,? "
" ... "
" Hei .. kok membisu ? "
" ... "
" Marah ya? "
" ..."
"Seriusan marah? "
" ... "
"Masih tidak mau ngomong?"
Rindu masih betah diam. Membuat senja hampir kehabisan akal.
" Maaf."ucap Senja,menyerah. Rindu menghentikan langkahnya tiba-tiba namun malah terkana masalah. Akibat berhenti tiba-tiba tidak melihat jalan,kaki Rindu justru malah tersandung kerikil yang ada di depannya. Gadis itu jatuh dengan posisi yang kurang elit alasannya yaitu dengkul yang cium jalan dulu gres kedua tangannya ikut jatuh. Senja yang telat menyadari pribadi berjongkok, membantu Rindu berdiri. Rindu sempat meringis beberapa kali,
"Apaan sih pegang-pegang!"sentak Rindu mendorong pundak Senja yang hendak membantunya berdiri.
"Kan saya mau bantu kau berdiri.lutut sama tangan kau itu lecet harus diobati biar gak infeksi."
"Gue bisa sendiri ih. Sana ah jauh-jauh kalo deket sama lo gue nya kesal terus kan jadinya."
"Kok bisa?"
" Ish .. bisalah! kan lo orangnya nyebelin. Sana ah jauh-jauh."kesal Rindu meninggikan suaranya.
Senja yang masih heran menuruti ucapan Rindu, berjalan menjauh. Tapi belum empat langkah,gadis di belakangnya kembali mengomel lagi.
"He ko gue ditinggalin? Ish bener-bener ya udah bikin gue jatoh malah pergi gitu aja lagi. Dasar cowok!"
Loh kan ia salah lagi. Serba salah ya,Ja. Senja berbalik,berjalan kearah Rindu lagi.
"Tadi katanya saya disuruh jauh-jauh? Kok giliran saya jauh kau marah?"
"Ihh ngeselin. Kan gue bilangnya jauh-jauh! Kenapa lo malah ninggalin?"
"Lah? Emang beda ya? "
Rindu merengut kesal. Senja ini terlalu polos atau memang Rindu yang labil?
"Tau ah! Sana pergi lo."
"Nanti kau murka lagi."
" Gak!"
" Yakin? Aku tinggal ?"
"Terserah lo ah!"
"Nanti ngomel lagi,gimana?"
"Bodo."
"Hum ... kau udah selesai mogok bicara,kok masih kesal?"
Mutilasi orang dosa gak sih?
"Serah gue! Sana pergi." Namun bukannya pergi malah Senja semakin mendekat kearah Rindu,menggendong tubuh Rindu di punggungnya. Tubuh mungil Rindu mungkin sangat enteng kali ya makanya Senja simpel banget gendongnya?
"Ihhhh lo mau ngapain? Mau culikk gue kann? Turuninn gue! Kalo gak gue laporin-
"Laporin apa? Polisi? Silahkan. Wek"ejek Senja salah satu tangannya menarik tangan Rindu mengalungkan tangannya dileher Senja.
"Pegangan biar gak jatuh."
Senja sempat bingung,Mengapa Rindu mendadak membisu dikala ia menarik pergelangan tangannya. Tidak protes tumben. Mungkin sudah capek mengoceh. Senja kembali melangkah sambil menggendong Rindu di punggungnya. Tak ada yang tahu bahwa dikala ini ia sedang menggulum senyumnya. Semesta sedang mau diajak bekerja sama ternyata. Langit yang awalnya hanya mendung entah kenapa malah menurunkan rintik hujannya setetes demi setetes.
"Neduh dulu ya.Hujan."Kata Senja kepada Rindu.
Rindu menggeleng, "Cuma gerimis doang. Terobos aja."
"Beneran?" Rindu hanya mengangguk sekilas.
"Ja?"untuk pertama kalinya Rindu memanggil nama Senja,cowok itu pribadi menoleh meski sambil melihat kedepan takut jalannya salah.
"Makasih."ucap Rindu lirih tapi terkesan agak kaku.
Kali ini Senja tidak bisa menahan senyumnya untuk tetap ia tutupi. Ia tersenyum senang meskipun sebentar. Perasaanya menghangat. Rasanya senang.
"Apa? Tadi tidak kedengeran kau ngomong apa."goda Senja,ia bisa mendengar Rindu mendengus sebal.
"Tau ah!"
"Hehehe bercanda kok."
Dan pagi itu, sabtu yang ditemani guyuran gerimis kecil ternyata menciptakan perasaan kedua senjoli itu nampak sudah lebih membaik. Setidaknya rasa gengsi,benci keduanya sudah mulai luruh walaupun Cuma sedikit.Tanpa mereka sadari pula ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka darijauh. Orang itu tersenyum sinis kemudian berbalik.
Back to Content
Meet Again [EX].
SELAMAT MEMBACA BAB 6
MARI BERMAIN TEKA TEKI LAGI BEE...
***
She looks annoying but is full of challenges
-SENJA-
Bang jali .. Bang jali ..
Goyangnya bikin happi ...
Bikin lo ketagihan .. semua jadi goyang ..
"TARIK mang!!"
"Asekklah .. Lu goyangnya kesana dikit kek, Jo!"
Kelakuan Parjo dan Arjun yang selalu menyerupai itu menciptakan Rindu menggelengkan kepalanya. Siti yang sedari tadi sudah geram pun karenanya mendatangi mereka berdua yang sedang joget di depan.
"Lagu nya ganti kek! Jaman kini masih aja muter lagunya deni gugur."Serunya dengan raut wajah kesal.
"Deni cagur, Sit ... bukan deni gugur."sahut Mei,temen sekelasnya yang gres saja tiba.
"Tau tuh, dikira tanaman apa pake program gugur segala kaya di luar negri." Bela Parjo.
"Bodo ah. Mau Deni gugur kek, Deni cagur kek, Deni-deni an juga bodoamat dah. Ganti lagu punya sepupu gue dong, Jo."ucap Siti.
Parjo menaikan sebelah alisnya, bingung. "Lah? Emang sepupu lu penyanyi, Sit?" ucapnya.
"Siapa sepupu lu?"lanjutnya kemudian.
Siti mengibaskan rambutnya kebelakang kolam model iklan shampo gratisan.
"Masa lu gatau? itu sih Lalisa anggotanya Blekpink yang mukanya menyerupai banget sama gue. Nah ia sepupu jauh gue."ucap Siti dengan bangganya. Langsung menerima sorakan dari sahabat sekelasnya.
Parjo menepuk pundak Siti dengan tampang prihatin,
"Eh dek Siti, keponakannya sariteng. Gue kasih tau ya, ini tuh masih siang belom malam. Kaprikornus jangan kebanyakan mimpi deh. Nanti kalo ketinggian jatoh, nangis lagi ngadu ke emak."kata Parjo sok bijak,membuat Siti bersungut,melepaskan sebelah sepatunya hendak melemparkearah Parjo yang sudah ngacir pergi keluar kelas duluan. Alhasil keduanya jadi kejar-kejaran menyerupai Tom and Jerry.
Suasana kelas dikala jamkos menyerupai ini memang sudah menjadi tradisi dikelas Rindu, dengan pintu kelas ditutup seolah sedang ada guru yang mengajar padahal kenyataannya tidak. Malah muridnya akan sibuk dengan urusanya masing-masing menyerupai kini ini.
Ada yang sibuk bergosip,ada yang melaksanakan konser dadakan menyerupai Parjo dan Arjun,ada yang sedang sibuk mojok untuk liat video yang entah apa sedang ditonton ramai-ramai oleh sekumpulan kaum adam. Adapula yang malah sibuk belajar,benar-benar ciri murid teladan. Telat makan edan.
Rindu menentukan mendengarkan musik lewat earphonenya,tidak memedulikan Siti yang sedang ribut dengan Parjo. Hal yang sudah biasa dilakukan keduanya kalau bertemu.
Tatapan mata Rindu yang semula hampir tertutup refleks terbuka lagi,saat bunyi pintu kelas dibuka. Tampak seorang perjaka memasuki kelasnya, dengan rambut yang masih basah. Rindu menatapnya,sampai dikala perjaka itu menyugar poni yang menutupi sebelah wajahnya—ke belakang. Tepat dikala itu bertepatan dengan tatapan perjaka itu yang menatapnya balik, Rindu merasa nafasnya tercekat, sesak. Rasanya menyerupai maling yang habis terciduk orang saja membuatnya entah kenapa menjadi gugup.
Ya, perjaka yang tak lain yaitu Senja. Tersenyum sekilas sebelum kembali duduk dikursinya. Sebuah tangan menepuk pundaknya,membuat kesadaran Rindu kembali.
"Mikirin apa sih Rin? Daritadi gue ngomong lo diem aja."cerocos Siti sebal alasannya yaitu sedari tadi ia bercerita tidak didengarkan sama sekali. Yang gres Rindu sadari ternyata sahabat sebangkunya ini sudah ada disebelahnya semenjak tadi.
"Ha? Enggak kok. Gue dengerin daritadi."
"Masa? Coba gue tanya tadi gue ngomong apa?"
Mampus.
" Gatau. Emang lo ngomong apa?"tanya Rindu dengan polosnya.
Siti menepuk jidatnya. Baru ingat sahabatnya ini punya riwayat penyakit telat mikir stadium akut.
"Ck, tau ah udah lupa gue, Rin."
"Yee ... kok lo malah ngambek sih?"
"Kagak. Kaya anak perawan aja, ngambekan."ketus Siti.
"Lah? Emang lo bukan anak perawan, Sit?"
"Bukan! Gue anak sapi kayaknya Rin!"sahut Siti dengan nada kesal.
Disaat menyerupai inilah Siti ingin meminjam kantong asing doraemon semoga bisa pergi ke planet mars dengan menggunakan pintu kemana saja. Asal tidak bertemu Rindu yang kini sudah membuatnya gemas sendiri ingin menebas kepala orang.
+++
Bel istirahat berbunyi nyaring, Siti mengajak Rindu ke kantin. Namun Rindu menolak halus dengan alasan ia mau ke toilet. Setelah selesai mencuci muka,Rindu keluar dari toilet. Berjalan sendirian di koridor kelas 11 yangg sedang ramai karena banyak anak kelas 10 dan 11 yang hendak pergi ke kantin kedua,yang biasa diisi oleh anak kelas 11 dan 10 yang terletak di lantai tiga. Sedangkan kantin pertama dikuasai oleh kelas 12 yang berada di lantai satu.
Rindu terpaksa menyingkir sebentar,memberi jalan kepada abang kelas yang hendak menaiki tangga lantai atas yang berada disebelahnya. Merasa sudah agak longgar Rindu kembali berjalan, namun dikala di belokan seorang tiba-tiba menabraknya. Keduanya terjatuh,baik Rindu maupun cewek yang menabraknya tadi.
"Kan saya udah bilang berkali-kali, gausah lari kalo ujung-ujungnya kau selalu jatoh. Ngeyel banget."Suara seseorang yang sedang berjalan kearah keduanya. Rindu yang sedang menunduk terdiam, bunyi itu begitu familiar ditelinga nya. Apa benar itu bunyi ...
Rindu menggeleng, mustahil kan.
Langkah orang itu semakin dekat, tepat di depan Rinud yang masih menunduk dan cewek disebelahnya berkata
"Kamu mau berdiri terus disitu? Bantuin saya berdiri kek. Sakit ini!"Rengek cewek disampingnya dengan nada manja. Seorang didepannya terkekeh geli. Kemudian mengulurkan tangan kearah cewek disebelah Rindu.
Rindu tetapkan untuk mendongkak, memuaskan rasa penasarannya yang sudah memuncak. Meski kemudian ia tahu resiko yang akan di dapatnya kalau tebakannya sedari tadi benar,ia akan terluka. Tanpa sengaja juga yang sedang ditatap menatap Rindu balik, tatapan keduanya bertemu. Rindu terpaku ditempat. Terkejut melihat seseorang didepannya.
Dari sekian banyak orang, mengapa Rindu harus bertemu dengannya lagi?
Tbc.
Double Update mau gak?
Back to Content
Pemberi Bahu GRATIS.
"Pumpung Gratis. Lo butuh pundak gak? ". -
SELAMAT MEMBACA BAB 7
SEMOGA MENYENANGKAN.
***
Setelah membantu cewek di sebelah Rindu yang tadi menabraknya, seorang di depannya yang tadi menampilkan raut wajah sama terkejut walau hanya sebentar alasannya yaitu ia bisa dengan cepat mengubah raut wajahnya menjadi biasa saja seolah bertemu dengan Rindu tidak ada imbas sampingnya. Berbanding terbalik dengan Rindu yang pribadi lemas seketika. Rindu menepis uluran tangan orang itu dikala akan membantunya berdiri.
Rindu berdiri dengan pemberian dirinya sendiri. Tatapannya masih menatap kearah orang itu. Namun teralih alasannya yaitu cewek disebelahnya berbicara padanya.
"Maaf ya gue tadi gak liat ke depan jadi nabrak lo."ucapnya dengan menampilkan senyuman manis. Rindu hanya membalas dengan mengangguk dan tersenyum paksa.
"Lo ngapain disini, Keva?"ulang orang tadi. Rindu merasa telinganya kini mendadak menjadi tuli. Keva. Nama panggilan yang sangat ia benci. Nama panggilan yang dulu selalu ia dengar dari seseorang.
"Kamu kenal sama dia, Mik?"tanya cewek disebelahnya. Namun tak dijawab.
Mikailo Arganasatya. Nama yang masih Rindu hafal diluar kepala. Seseorang di depannya yang tak lan yaitu potongan dari masalalu yang ingin ia lupakan kini muncul kembali di depannya.
"Sangat kenal."jawabnya singkat. Mika masih menatap Rindu dengan ekspresi yang tidak bisa Rindu baca. Daridulu selalu menyerupai itu,cowok didepannya selalu tidak bisa ia tebak. Mungki hingga kapanpun ia tak akan bisa mengerti apa maksud perjaka ini.
"Oh, kalian kenal dimana? Kok saya gatau ya. Teman kamu? Atau siapa?"tanya cewek disebelahnya dengan nada posesif. Menjijikan.
Rindu menatap cewek disebelahnya yang kini berada disebelah Mika,merangkul lengan perjaka itu. Rindu tak perlu jadi sejenius Albert Eisten untuk tau bahwa kedua insan di depannya ini mempunyai korelasi yang lebih. Luka usang yang ia simpan menyerupai terbuka kembali,ingatan-ingatan masalalu kembali memenuhi pikirannya. Semua yang Rindu pikir sudah lupa dan hilang, kini kembali terasa sesak menyakitkan. Tidak berpengaruh terlalu usang melihat Mika, Rindu menentukan pergi meninggalkan Mika yang masih menatapnya. Tak bergeming bahkan tidak mendengarkan pertanyaan cewek disebelahnya yang masih merangkul lengannya.
+++
Sudah hampir satu jam lebih Rindu hanya duduk dengan tatapan kosong menatap kearah bangunan-bangunan yang menjulang tingi didepannya. Setelah pertemuannya tadi dengan Mika, pikirannya jadi kacau. Rindu lebih menentukan menuju daerah yang beresiko tinggi ia akan dieksekusi BK kalau ketahuan, namun yang ia butuhkan kini hanyalah daerah yang bisa mendinginkan pikirannya,membuatnya merasa damai dengan kesunyian.
Airmatanya yang sedari tadi mengalir tanpa ada isakan ialah bukti, rasa sakititu kembali ia rasakan. Namun kali ini lebih dari yang ia rasakan dulu. Tatapannya kosong, ingin terisak dan beteriak sekencang mungkin di rooftop namun lidahnya kelu untuk mengeluarkan suara.
Rindu melirik ponselnya yang kembali bergetar, tertera 20 panggilan tak terjawab dari Siti, 32 pesan dari Siti,3 pesan dari Tya, 11 panggilan tak terjawabdari Parjo yang menanyakan keberadaanya sedari tadi. Saat hendak menekan power off pada ponsel sebuah pesan masuk menciptakan Rindu mengurungkan niatnya.
Kak Bintang ^_^
Gak capek nangis terus?
Udah sejam nih.
Rindu mengerjapkan matanya berkali-kali, bagaimana kak Bintang bisa tau?
KVR-NDU
Kok abang tau saya nangis?
Kak Bintang^_^
Apasih yang gue gatau perihal lo,Lin.
KVR-NDU
Gue serius kak.
Kak Bintang^_^
Lo minta gue seriusin sekarang?
KVR-NDU
Seriusin dalam hal?
Kak Bintang^_^
Perlu gue jawab?
KVR-NDU
Iya. Emang kak Bintang mau seriusin apa?
Kak Bintang^_^
Emang lo udah siap kalo gue bilang sekarang?
KVR-NDU
Ha? Siap maksudnya?
Dari kejauhan Bintang mendengus,menatap kembali gadis yang berada jauh didepannya. Sepolos itukah ia hingga tidak paham dengan isyarat yang tadi ia berikan? Bintang yang sudah lebih dulu berada di rooftop sebelum Rindu datang. Ia memang biasa kesini kalau sedang malas ikut pelajaran. Sebenarnya ingin sedari tadi ia menemui Rindu, Namun melihat keadaan Rindu yang berada dalam lingkup sedang 'Tidak dalam mode Baik baik aja' menciptakan Bintang mengurungkan niatnya. Memilih menatap gadis itu dari jauh, melihatnya menangis tanpa suara,dalam membisu entah kenapa Bintang merasa hatinya sedikit nyeri.
Sudah sejam berlalu,Bintang tetapkan untuk menghampiri Rindu. Duduk disamping Rindu, dan mengelus rambut Rindu dengan lembut. Hal yang sudah menjadi candu bagi Bintang kalau bertemu Rindu.
"Udah gede masih aja suka mewek ya."ucap Bintang.
Rindu bertambah kaget, perjaka yang tadi mengirimkan pesan kepadanya kenapa kini bisa ada di depan dan duduk disampingnya?
"Loh? Kak Bintang kok disini? Bukannya ini masih jam pelajaran?"
"Kebalik kali. Harusnya gue yang nanya gitu, ngapain lo disini, Lina? Tadi pagi gue lihat Pak Firman berangkat, kelas lo kini lagi jam pelajaran Sejarah,kan?"Rindu mengangguk pasrah.
" Gue absen kak. Kakak belum jawab pertanyaan gue tadi."gerutu Rindu dengan bibir sengaja dimajukan sontak menciptakan Bintang tertawa alasannya yaitu gemas. Rindu mengusap airmata yang ada dikedua pipinya. Lesung pipit yang muncul di kedua pipi perjaka disebelahnya ini ajaib. Mampu melegakan perasaan Rindu yang tadi berantakan.
"Masih kelas sepuluh udah berani bolos. Keren ya. Pertanyaan yang mana nih? Yang minta diseriusin atau yang mana?"godanya yang kontan saja memunculkan rona merah dikedua pipi Rindu.
Sebenarnya Rindu mengerti diseriusin dalam arti apa yang Bintang maksud namun ia tidak mau buru-buru berasumsi sendiri. Takut kecewa kalau harapannya tidak sesuai ekspetasi.
"Kok abang kini nyebelin ya?"
"Masa? Gue kira lo bakal bilang gue ganteng tadi."kata Bintang kembali menggodanya. Entah mengapa Bintang suka menarik hati Rindu,melihat rona merah yang muncul di pipi gadis itu rasanya menyenangkan.
"Ihh gak. PD amat. Kakak belum jawab pertanyaan gue, kok abang bisa disini?"
"Ya bisa. Kan ada pintunya jadi gue bisa masuk dan duduk disamping lo."
"Bukan itu maksudnya."
"Terus?"
"kok abang bisa tau gue ada disini?"
"Oh. Gue tau daritadi. Gue disini sebelum lo dateng."
Rindu kembali dibentuk terkejut. "Kok abang gak manggil gue? Berarti abang daritadi liat gue nangis ?"tanyanya yang dibalas anggukan oleh Bintang. Rindu menutup mukanya dengan kedua telapak tangan,merasa malu nangis keciduk sang calon gebetan.
"Ngapain nutupin muka sih?"ucap Bintang meraih tangan Rindu yang menutupi wajahnya. Debaran itu terulang lagi dikala tangan Bintang tak sengaja bersentuhan dengan tangan Rindu.
"Malu."jawab Rindu lirih kemudian menarik tangannya yang tadi dipegang oleh Bintang.
Hening.
Baik Rindu maupun Bintang menjadi canggung satu sama lain sehabis insiden barusan. Sampai karenanya Bintang mengeluarkan suaranya untuk memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka berdua.
"Are you okay,Lin?"Tanya Bintang dengan sorot mata meneduhkan.
"Fine kak."
"But, Your eyes say 'you're not fine' Lina."ucap Bintang lembut.
Ucapan Bintang barusan memukul telak Rindu. Semua rasa sakit yang sedari dulu ia pendam sendiri kini buncah begitu saja. Rindu kembali menangis kali ini ia terisak hebat. Sejak dulu ditinggalkan gres kali ini ia bisa menangis sejadi-jadinya mengeluarkan semua rasa sakit yang tak pernah ia beri tau kepada siapapun.
"Nangis ajaa. Pumpung masih gratis. Lo butuh pundak gak?"ditawari menyerupai itu menciptakan Rindu malu sendiri ia ingin menghentikan tangisnya tapi tidak bisa. Pasrah menangis dua kali dilihat oleh Bintang. Bintang mendekat kearah Rindu,menarik kepala gadis itu semoga bersandar di bahunya. Tangannya mengusap rambut Rindu dengan lembut memberi kenyamanan sendiri.
"Gue gak maksa lo buat kisah apa problem lo kini Lin,tapi gue harap sehabis lo keluarin semua sakit yang lo rasain dengan buang airmata lo, gue minta lo jangan nangis lagi. Jangan biarin mata lo yang bagus itu jadi nangis. Gue gasuka."Bisiknya ke indera pendengaran Rindu.
"Lo akan baik-baik aja sehabis ini. Percaya sama gue."lanjutnya,
Mendengar ucapan Bintang barusan rasanya menyerupai mengangkat sebagian beban yang Rindu rasakan. Entah keberanian darimana Rindu malah membagi ceritanya kepada Bintang, padahal sebelumnya ia hanya simpan rapat-rapat sendirian.
"Tadi gue ketemu sama ia kak."
"Dia?"
"Iya. Orang yang dulu pernah jadi someone gue."
"Terus?"
"Gue kira gue udah move on kak sehabis enam bulanan gak ketemu sama dia. Tapi gatau kenapa tadi pas liat ia lagi dan liat ia dirangkul cewek lain dada gue sesek kak. Bayangan masalalu gue sama ia tiba-tiba keputer lagi hiks.. hiks."
"Jadi lo belum move on?"
Rindu melototkan matanya. "Udah kak."
"Coba ceritain yang terang deh korelasi lo sama ia gimana. Biar gue paham. Lo sama ia dulu pacaran terus putus apa gimana?"
Masih bersandar di pundak Bintang, Rindu menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan.
"Dulu pas masih Sekolah Menengah Pertama gue sama ia deket. Banget sampe oranglain banyak yang ngira gue sama ia pacaran. Ya emang dulu gue emang suka sama dia. Gue juga gatau kak semenjak kapan rasa itu ada, yang gue tau lama-lama dekat sama ia bikin gue nyaman. Jujur waktu itu gue takut banget kehilangan ia kak sampe karenanya gue lakuin hal kurang pintar dengan bilang suka duluan sama dia. Dia Cuma senyum sama bilang kalo ia juga suka sama gue kak. Otomatis gue senang,wajar kan kak?"tanya Rindu menatap kearah mata Bintang. Dengan jarak dekat menyerupai ini ia bisa melihat bulumata Bintang itu ternyata lentik,bagus.
"Iya masuk akal kok."sahut Bintang.
"Setelah gue sama ia sama-sama udah tau perasaan masing-masing kami semakin dekat kak. Tapi nggak pacaran."
"Hubungan tanpa status, Right?"
"Ya menyerupai itu. Hampir satu tahun gue sama ia terjebak dalam korelasi menyerupai itu kak. Setiap kali gue minta kepastian ia selalu bilang nanti bakal nembak gue kalau ia udah siap pacaran. Gue nunggu ia hampir setahun dengan korelasi gak terang ini. Dia manggil sayang ke gue tapi gitu. Sampai karenanya ia pergi ninggalin gue gitu aja kak tanpa alasan ia menghilang. Gue berusaha berpikiran positif, ia balik lagi kak tapi malah udah jadian sama cewek lain gitu aja. Pas gue minta penjelasan ia malah bilang kalau gue sama ia lebih cocok jadi temen aja. Hiks .. hiks ... gue kurang pintar banget kan kak bisa suka sama perjaka kaya gitu?"
Bintang terdiam sebentar.
"Lo gak kurang pintar Lina, lo harusnya bersyukur."ucap Bintang.
Rindu menarik dirinya dari pundak Bintang. Menghapus sisa airmata yang ada di pipinya dan duduk tegak sambil menatap Bintang yang sedang menatapnya,rasanya semua beban yang ia simpan sedari dulu terangkat semua. Lega sekali. Kaprikornus menyerupai ini rasanya kalau kita tau mengembangkan apa yang kita rasakan ke oranglain? Memang tidak menuntaskan problem alasannya yaitu problem hanya bisa diselesaikan oleh diri kita sendiri tapi setidaknya bisa bikin hati kita lega. Apa dari kalian ada yang pernah ngerasa kaya gini?1 a
"Bersyukur alasannya yaitu gue udah masuk jadi korban phpnya dia?"
Bintang tertawa.
"Bukanlah."
"Terus apa?"
"Ya kan gara-gara lo disakitin lo jadi tau kalau ia gak cocok buat lo. Lo berhak dapet yang lebih baik daripada dia. Ambil hikmahnya aja Lin, ia brengsek gak pantes lo tangisin kaya gini. Inget pesen gue jangan nangis lagi ya."
"Kak?"
"Hmm."
"Kakak bukan perjaka kaya ia kan? Yang nanti bakal ninggalin gue pas lagi sayng-sayangnya."
Bintang terdiam. Raut wajahnya berubah.
"Kenapa?"
"Gapapa Cuma tanya."
"Kalo gue termasuk perjaka kaya gitu, apa lo masih mau deket sama gue lagi?"jawab Bintang dengan raut wajah serius.
"Maksudnya?"tanya balik Rindu dengan ekspresi tidak percaya.
"Bercanda. Mana mungkin gue tega buat orang yang gue suka nangis."jawab Bintang cepat. Rindu melongo mendengar balasan Bintang barusann. Belum sempat ia bertanya Bintang sudah berdiri, pergi duluan meninggalkan Rindu sendirian. Rindu yang hendak mengejar,mengurungkan niatnya dikala melihat secarik kertas ada disebelahnya. Dibacanya kemudian.
Jangan nangis lagi cantik. Nanti lo bakal liat setan dalam diri gue muncul depan lo. Salah satu misalnya gue bakal meluk lo dengan sengaja. Lo niscaya gamau kan kalo itu sampe terjadi? Yaudah kini tarik ujung bibir lo buat lengkungan. Keluarin senyuman manis lo yang gue suka itu. Btw,tapi jangan kemanisan ya takut orang yang liat nanti pada diabetes,kaya gue contohnya.
-Bintang.
Rindu tersenyum geli, ternyata Bintang bisa sealay ini ya?
Alay yang akan Rindu suka mulai sekarang.
Back to Content
Satu Kelompok.
SELAMAT MEMBACA BAB 8
SEMOGA MENYENANGKAN.
LOPE U BEE..
***
Di kodein secara Tersurat aja gak peka. Apalagi yang secara Tersirat?
-Senja-
"ARTI kata suka itu banyak, Rin. Lo gabisa main nyimpulin gitu aja. Lo kan belum usang kenal sama abang kelas itu, dan bisa aja ia bilang gitu cuma iseng mau php-in lo doang."
Sudah kesekian kalinya Rindu mendengar Siti mengulang kalimat itu. Sahabatnya ini tidak bisa kali ya liat Rindu senang sedikit dengan harapannya.
Pagi ini Rindu sengaja berangkat pagi, memaksa Siti juga berangkat pagi untuk menceritakan insiden kemarin ya kecuali perihal ia menangis alasannya yaitu mantan gebetannya,Mikailo yang brengsek itu.
Dalam ekspetasi Rindu, sehabis ia menceritakan ini kepada Siti,cewek itu akan mendukungnya, Namun namanya juga realita, berbanding terbalik. Siti justru malah menceramahinya. Katanya Rindu jangan dulu terlalu cepat berasumsi, katanya arti suka yang diucapkan perjaka itu banyak maknanya. Bisa saja hanya ingin main-main dan ia hanya jadi korban php. Dasar Siti menyebalkan. Padahal semalam ia hingga tidak bisa tidur memikirkan insiden kemarin bersama Bintang yang begitu manis. Ditambah semalam perjaka itu juga mengirimnya pesan mengajak pulang bareng. Kalo digituin terus, gimana Rindu gak baper coba.
Bel masuk berbunyi nyaring mengakhiri sesi ceramah Siti. Nampak dari raut wajahnya, sahabatnya ini sedang kesal alasannya yaitu Rindu yang ngeyel tidak mau mendengar nasehatnya dan terus membela Bintang.
Pak Parjan, guru pelajaran Seni Musik masuk ke kelas. Dari semua pelajaran, Rindu paling sebal sama yang satu ini. Dan sialnya ia masuk ke Sekolah Menengan Atas yang memasukan pelajaran ini ke muatan lokal. Bagi Rindu,pelajaran ini nyusahinya naudzubillah. Rindu harus disuruh mempelajari cara bermain bermacam-macam alat musik, baik yang tradisional maupun modern. Demi ferguso yang gak pernah tobat, Rindu kesal setengah mati dengan pelajaran ini. Pelajaran yang ia tidak bisa sama sekali. Waktu dulu disuruh praktek memainkan suling saja bukannya memainkan dengan nada yang sesuai ia malah melenceng parah sehingga bunyi sulingnya jadi amburadul.
Materi kali ini, Pak Parjan mengajarkan cara mengkolaborasi alat musik dengan diiringi lagu yang harus sesuai dengan entah apa namanya. Rindu lupa. Yang terang ini sangat ribet dan menciptakan pusing lebih dari mengerjakan soal Matematika.
Rindu mendengkus lelah,frustasi. Rindu melirik jam yang terpasang manis ditangannya. Tiga puluh menit lagi bel istirahat gres akan berbunyi, terasa sangat usang bagi Rindu. Membuatnya mual seketika.
"Pelajaran hari ini, susah?" Pak Parjan bertanya sehabis berkeliling melihat pekerjaan tiap anak yang memainkan dua alat musik per anak. Sudah niscaya gurunya ini paham bahwa semua anak merasa kerepotan. Bayangin aja satu anak harus memainkan dua alat musik sekaligus. Satu saja sudah pusing bagaimana kalau dua? Rindu akan mengibarkan bendera putih ke atas dengan tinggi-tinggi. Menyerah.
"Susah banget, Pak." Jawab semua murid kompak.
Bukannya prihatin, Pak Parjan malah tertawa. "Baiklah ada isu baik buat kalian. Karena bapak ini baik,rajin menabung dan tidak sombong---
Belum selesai bicara, omongan Pak Parjan sudah dicela oleh gerutuan malas semua muridnya. Pak Parjan hanya terkekeh. Ia terbiasa selalu mengisi candaan di sela keseriusannya. Katanya biar tidak terlalu serius, kebanyakan serius bisa bikin cepat tua. Padahal kebanyakan candaanya terlalu garing alias krik.. krik.. krik.. tidak nyambung!
Pak Parjan kembali melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda tadi. " Bapak akan jadikan kiprah ini PR, dan kalian kerjakan berdua berdua. Sebentar bapak bagi kelompoknya dulu."
Begitu Pak Parjan selesai bicara, ada beberapa anak yang kegirangan, tapi ada juga yang kelihatan waswas. Salah satunya Siti dan Rindu. Tugas kali ini memang gak simpel sih, harus berpasangan dengan sahabat satu kelompok memainkan alat musik dengan kerja sama sahabat satu kelompoknya pun katanya harus di iringi musik otomatis diharuskan untuk duet menyanyi juga. Ribet. Tapi nggak ada jaminan juga kan kalau dikerjakan berdua bakal lebih mudah. Lagipula semua bergantung pasangan yang didapat nanti. Kalau dapatnya yang nyebelin bagaimana?
Baru saja Rindu berpikir menyerupai itu, namanya disebut oleh Pak Parjan. Kalian tahu tidak siapa yang menjadi sahabat satu kelompoknya? SENJA MAHARDIKA YANG NYEBELIN ITU!! Sumpah, demi bapaknya biskuit konghuan yang ilang kagak ketemu ini sial bagi Rindu. Pake BANGET!
***
Pak Parjan benar-benar kejam terhadap Rindu. Sudah tau Rindu masih malu kalau bertemu dengan Senja akhir insiden ia digendong Senja yang ia masukan kedalam list orang yang di bencinya, yang menciptakan ia kehilangan muka bila harus bertatapan pribadi dengannya.
Entah kenapa Rindu merasa kesal alasannya yaitu terkadang dengan sangat kurang bimbing jantungnya kadang berdebar sendiri sewaktu ia kecyduk menatap Senja baik itu di sengaja maupun tidak disengaja. Membuatnya kembali kesal dengan perjaka itu yang selalu mengatakan senyum tak berdosanya kepada dirinya kalau tatapan mereka bertemu.
Dari sekian banyak anak dikelas kenapa ia harus dipasangkan dengan orang nyebelin berjulukan Senja? Mungkin benar kata kebanyakan orang jangan terlalu kesal sama orang, nanti semesta akan membikin kau dipertemukan hal itu terus-terusan. Mungkin dijadikan sebagai ujian biar tambah sabar. Tapi apa semesta nggak tau perjaka yang sedang Rindu hindari itu ngeselinnya tingkat dunia akhirat?
Hmm, Rindu menghembuskan nafas berangasan sambil menggelengkan kepalanya. Sejak namanya dan Senja disebut berderet tadi,otaknya belum bisa mencerna dengan baik. Apa kata Pak Parjan tadi? Berita baik? Ini mah namanya isu paling buruk yang pernah ia terima!
"Ayo!"seru Senja yang tiba-tiba sudah ada di depannya. Membuat Rindu menoleh bingung. Rindu merasa linglung seketika.
"Hah? Kemana?"
"Ngerjain tugas. Masa gres tadi dikasih tadi pagi kau udah lupa?"
"Harus hari ini banget gitu ngerjainnya?" jawab Rindu dengan nada tak terima. Tidak menyangka perjaka ngeselin dihadapannya ini peduli banget sama tugas.
"Kalo ada kiprah tuh jangan ditunda-tunda! Kalo bisa latihan hari ini,kenapa harus nunggu besok-besok? Lagian kau kira kiprah ini bakalan kelar kalo kita hanya latihan dalam hitungan jam apa?"
Rindu mendengkus kesal. "Sok bijak banget sih, lo."
"Udah ayo cepetan.jangan buang-buang waktu!" balas Senja cepat, kemudian pergi keluar kelas.
Ya tuhan kenapa sih hamba harus dipasangin sama makhluk super duper ngeselin kaya dia?
Rindu yang awalnya merasa canggung terhadap Senja kini kembali kesal, sama menyerupai yang ia rasakan dikala pertama kali melihat Senja. Cowok nyebelin!
"Tapi hari ini gue ..."
"Lina." dari arah samping kanan Rindu mendengar bunyi Bintang. Ini dia, nih, yang belum selesai Rindu bilang. Hari ini harusnya ia pulang bareng dengan Bintang. Tapi harus gagal. Rindu kesal setengah mati kenapa harus ada tugas? Dan si ngeselin Senja harus seniat itu latihan hari ini juga.
"Aku tunggu di depan."sela Senja sebelum Rindu sempat ngomong apa-apa padahal mulutnya sudah terbuka ingin mengeluarkan kata-kata.
"Gue udah ada kesepakatan pulang bareng kak Bintang, hari ini."ucap Rindu akhirnya.
"Pelajaran jauh lebih penting daripada pulang bareng. Masa gitu doang perlu dikasih tau?"jawab Senja, yang entah mengapa sedikit ketus ekspresi wajahnya bermetamorfosis datar tak se semangat tadi sebelum Bintang datang. Rindu merasa perjaka di depannya ini nampak sedikit aneh, aneh banget malah. Sudah sok bijak,sok dewasa, daritadi ngomongnya nggak santai banget kaya cewek lagi PMS.
"Tapi gue udah kesepakatan duluan sama kak Bintang."bela Rindu. Khayalan yang bersemi akan berboncengan berdua naik motor dengan Bintang hancur begitu saja.
"Ngakpapa Lin, temen lo bener kok. Pelajaran emang lebih penting. Kan kita bisa pulang bareng lainkali."jawab Bintang sambil tersenyum manis menciptakan kedua lesung pipitnya yang sangat disukai Rindu muncul seketika. Lumayanlah bisa buat semangat Rindu ngerjain kiprah hari ini.
Senja sudah melengos begitu saja. Membuat Rindu buru-buru melambaikan tangan kepada Bintang pamit duluan sebelum berlari menyusul Senja.
Ternyata dari dulu sampe kini gue masih selalu kalah sama lo,Ja. Mungkinkah sampe nanti gue masih gabisa ngalahin lo?- Batin Bintang kemudian pergi.
Back to Content
Sumber https://iyonxx.blogspot.com/