Common Sense Of A Duke’S Daughter Chapter 62 Bahasa Indonesia - Gasskeun Common Sense Of A Duke’S Daughter Chapter 62 Bahasa Indonesia | Gasskeun

Common Sense Of A Duke’S Daughter Chapter 62 Bahasa Indonesia

Pergi Ke Ibukota Lagi


Propaganda:

"Informasi, terutama dari sifat yang berat sebelah atau menyesatkan, dipakai untuk mempromosikan atau mempublikasikan penyebab suatu politik atau sudut pandang."

Pidato dan kinerja yang saya ucapkan persis ibarat itu. Aku memakai Minae-san untuk melaksanakan suatu pekerjaan untukku dengan berbagi cerita. Pidato yang nantinya saya ucapkan menghubungkan rumor itu denganku. Ini yaitu buku teks siasat yang dipakai oleh setiap politisi di duniaku sebelumnya.

Ada kutipan dari Adolf Hitler:

"Penerimaan massa sangat terbatas, kecerdasan mereka kecil, tapi kekuatan mereka untuk melupakan sangat besar. Sebagai konsekuensi dari fakta-fakta ini, semua propaganda yang efektif harus dibatasi hanya pada beberapa poin dan harus menerima kecaman ini dalam slogan hingga anggota terakhir masyarakat mengerti apa yang Anda ingin ia pahami dengan slogan Anda."

Hal-hal dan tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai kepingan dari pelaksanaanku ini – doa pembukaan imam, melalukan upacara pembukaan pada waktu menjelang malam – adalah memberi pencahayaan dan suasana kapel yang tepat; semuanya untuk menciptakan pidatoku lebih efektif.

Dengan pidato ini, saya seharusnya sudah tenang atau setidaknya menenangkan para warga wilayahku, jadi kini saya bisa meninggalkan wilayah untuk sementara waktu. Aku harus kembali ke ibukota untuk menuntaskan problem utama sekarang.

Meski begitu, saya masih mempunyai banyak pikiran.

Aku berterima kasih pada Dean; lantaran dua surat yang dibawanya, saya bisa melaksanakan upacara pembukaan secara damai. Aku juga bisa mendapatkan kolaborasi dari imam lantaran salah satu dari surat itu. Surat lainnya yaitu untuk menuntaskan kekacauan ini. AKu akan meminta ayah atau ibu untuk mendapatkannya... tapi bagaimana Dean bisa mendapatkannya... Dean siapan kamu... tidak mungkin...

"Nona, apakah anda baik-baik saja?" (Ryle)

Saat saya karam dalam pikiran, Ryle bertanya padaku dengan bunyi gelisah.

"...Oh, saya baik-baik saja..." (Iris)

"Mohon bertahanlah sedikit lebih lama. Kita akan segera sampai." (Ryle)

Aku sedang menuju ke ibukota. Kamu mungkin ingin tahu kenapa ia bertanya apa saya baik-baik saja. Yah, ini lantaran saya tidak sedang naik kereta tapi menunggangi kuda. Kami harus pergi ke ibukota secepat mungkin, jadi pilhan terbaik yaitu menunggangi kuda. Aku pikir saya akan baik-baik saja, tapi astaga, ini terlalu bergoyang. Bukan, bukan saya yang mengarahkan kuda. Aku masih belum bisa melakukannya. Ryle yang mengendalikannya.

Aku ditemani oleh Dida, Tanya, dan beberapa pengawal jikalau ada seranangan. Aku meminta Dean untuk menemani kami, tapi ia bilang ia mempunyai urusan penting dan tidak bisa ikut dengan kami. Dia malah mengusulkan untuk bergabung dengan kami nanti. semua orang menunggangi kuda dengan lancar tidak sepertiku. Aku ingin tahu kapan Tanya berguru melakukannya... Cuma saya yang menjadi beban di sini.

...Aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak muntah, dan kami entah bagaimana berhasil tepat waktu. Aku tiba di rumahku di bangunan perdana menteri. Ketika saya turun dari kuda, tubuhku tidak bisa berjalan lurus ibarat anak rusa yang gres lahir dan hampir tidak bisa berdiri.

"Selamat Datang, Nona." (Pelayan)

Semua pelayan tiba untuk menyambutku, lantaran saya belum pulang dalam waktu yang lama.

"Saya kembali, Ayah, Ibu, Bern... Saya sungguh-sungguh minta maaf atas problem yang saya sebabkan pada kalian kali ini."

Seluruh keluargaku tiba untuk menyambutku di pintu masuk juga. Mesti tak terduga, saya bersyukur untuk ini. Tapi kebanggaan itu tidak cukup untuk menghentikan jalan bergoyang-goyangku.

"Kamu tiba lebih awal. Apa kau baik-baik saja?" (Louis)

Ayahku melihatku sepertini, mengambarkan lisan khawatir, dan bertanya apa saya baik-baik saja.

"Ya... Sepertinya..." (Iris)

"Istirahatkan tubuhmu sekarang. Kita akan bicara lagi nanti." (Louis)

"Ya. Terma kasih." (Iris)

Dari sana, saya dipandu oleh Rime ke kamarku untuk beristirahat untuk sementara waktu. Kemudian, saya dipanggil untuk mingum teh di ruang tamu. Tapi suasananya menjelaskan jikalau saya tidak dipanggil cuma untuk minum teh, lantaran semua anggotaku hadir.

"Sekali lagi, mohon izinkan saya meminta maaf atas problem yang telah saya sebabkan kali ini. Aku sungguh-sungguh minta maaf." (Iris)

Aku meminta maaf kepada semua keluarga untuk problem yang kusebabkan.

"Tidak, kau tidak perlu untuk meminta maaf. Kamu tidak melaksanakan kesalahan apapun. Bahkan saya tidak menerka Daryl akan melakukannya sejauh ini." (Louis)

"Tetapi..." (Iris)

"Tidak ada tapi-tapian. Kamu tidak salah apa-apa." (Mellice)

Hatiku mulai sembuh dari kata-kata baik dan ibuku.

"Yah, kita siap untuk pesta yang akan mereka berikan. Pihak lain itu kuat, dan lantaran mereka menentukan bertarung, kita tidak perlu menahan diri lagi." (Mellice)

"Ya... Oh ya, Dean mempercayakanku dengan sebuah surat untuk diberikan kenapa anda, Ibu." (Iris)

"Oh. Tolong berikan itu padaku." (Mellice)

Ibuku mendapatkan surat itu dan segera memulai membacanya. Pada ketika ia selesai membaca surat itu ia tertawa kecil.

"Apa yang ia katakan?" (Iris)

"Tidak, tidak ada yang penting. Dia hanya meminta maaf lantaran memakai namaku tanpa ijinku untuk mendapatkan informasi yang kau butuhkan." (Mellice)

"Menggunakan nama Ibu... Efektivitas metode itu hampir sejajar dengan keputusan kerajaan. Bahkan sekarang, saya mendengar jeritan dan teriakan kepada ibu lantaran menentukan keluar dari semua program amal yang diakan oleh gereja. Karena ibu tidak hadir di sana, semua pihak-pihak lain yang berafiliasi dengan ibu, yang dasarnya sebagian besar bangsawan, juga tidak hadir." (Bern)

Apa yang dikatakan Bern benar. Bagi ibu yang tidak hadir dari program apapun berarti program ibarat itu akan menjadi sangat jelek atau membuang-buang waktu. Aku yakin itu sangat menyakitkan untuk gereja, tapi lalu...

"– Tetapi apakah itu baik-baik saja? Apakah gereja tidak menyerang ibu juga?" (Iris)

"Tidak, semuanya baik-baik saja. Kami masih berdonasi ke gereja. Aku juga menanggapinya dengan surat bahwa alasanku tidak akan hadir yaitu lantaran kenyataan bahwa ibu mempunyai seorang putri yang sudah dikucilkan pergi ke pesta ibarat itu hanya akan membawa kesedihan suasana hati." (Mellice)

Aku tersenyum dengan jawaban eksklusif ibuku.

"Yah, saya yakin problem ini akan cepat deselesaikan, dan saya harus menghadiri pesta dengan salah satu kondisi yang dijabarkan di surat Dean." (Mellice)

"Apa maksud ibu?" (Iris)

"Tidak, tidak ada apa-apa. Itu lucu. Aku dipakai sebagai kepingan tawar menawar oleh Dean. Dia memakai namaku untuk bernegosiasi dengan Gereja untuk menarik kembali pengucilan Iris. Aku baik-baik saja dengan cara apapun selama itu membantumu, sayangku." (Mellice)

... Dean... Kamu berani memakai nama ibu selama bernegosiasi dan melaporkannya sehabis apa yang terjadi. Aku tahu ibuku menyampaikan itu tidak apa-apa asalkan demi aku, tapi ini menciptakan kepalaku sakit.

"Kakak tersayang, saya ada sesuatu yang harus saya laporkan kepadamu." (Bern)

Bern mulai berbicara kepadaku.

"Oh? Apa itu?" (Iris)

"Perkara pengucilan ini... Van tidak terlibat." (Bern)

"Jadi, apa kau memberitahuku seharusnya saya memaafkannya?" (Iris)

Bern menggelengkan kepalanya ketika saya mengatankan itu.

"Tidak... Aku mempunyai informasi yang mampu mendapatkan amanah bahwa orang yang menjadi dalang di balik ini yaitu Paus sendiri dan pedagang pangeran Monroe telah terlihat belakangan ini." (Bern)

"Kamu menyampaikan bahwa pedaang itu yaitu dalang bergotong-royong di balik insiden ini?" (Iris)

"Mungkin... Meskipun paus memang mempunyai kekuatan yang besar, saya sangat ragu ia akan melawan keluarga seorang duke. Aku juga sudah menanyakan Van ihwal problem ini, meskipun ibarat yang diguga, saya tidak bisa eksklusif menerima informasinya. Aku terpaksa memakai percakapan berputar-putar dan pertanyaan tidak eksklusif untuk mendapatkan informasinya. Dari apa yang saya dengar darinya, pedagang dan paus sering bertemu di manor pangeran Monroe sebelum pengumuman pengucilanmu." (Bern)

"Hmm... Ayah, pedangang itu....?" (Iris)

"Jangan khawatir. Kita sudah menyelidiknya." (Louis)

Seperti yang dibutuhkan dari ayah. dan juga mendengar jikalau Bern mengambil tindakan lantaran khawatir denganku membuatku merasa sedikit tersentuh.

"Bagaimana dengan keterlibatan pangeran kedua?" (Iris)

"Tidak. ia tidak terlibat dalam perkara ini, tapi..." (Bern)

"Apa ada sesuatu?" (Iris)

"Kelihatannya sulit bagi orang itu sendiri mengatakannya... tapi ia tidak merasa bahagia bahwa kau telah mulai mendukung pangeran pertama. Dia banyak mengeluh kepadaku ihwal ini; itu cukup tak tertahankan... Bagaimanapun, sehabis mendengar ihwal pengucilan kakak, ia memulai menciptakan orang-orang pindah dan mulai mencuri karyawan dari tokomu dan konglomerat sebagai pembalasan... apa yang belum pernah saya lihat dalam dirinya?" (Bern)

"Wah... Aku kehabisan kata-kata..." (Iris)

Apa yang belum pernah kulihat dalam dirinya? Dia laki-laki yang sangat kecil. Tapi, harus kuwaspadai, lantaran penjualan konglomerat sudah turun. Aku harus mengatasi problem ini nanti.

"Bern, terima kasih untuk semua yang sudah kau lakukan. Tolong jagalah dirimu sendiri." (Iris)

"Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya membantu keluarga." (Bern)

"Sekarang, Iris mari kita makan malam. Setelah itu, tolong beristirahatlah. Besok yaitu pertarungan sesungguhnya dan kita akan mencapai tidak lain yaitu kemenangan sempurna." (Mellice)

"Ya, Ibu." (Iris)

Yah, pesta besok akan menjadi medan perang kita. pendiri pesta sebelumnya juga membuatku tegang, tapi saya tidak dalam bahaya. Kali ini takdirku dipertaruhkan. Kalah bukanlah pilihan. Permainan terbesar dalam hiduku akan segera dimulai.


* * *

Chapter ini cukup menciptakan kepala saya pusing dan saya tinggalkan beberapa ketika untuk menyegarkan pikiran. Jika ada kesalahan silahkan lapor!

Sumber https://inzerokun.blogspot.com/

Related Posts