Salah Kaprah Bangsa Indonesia Melupakan Permainan Tradisional - Gasskeun Salah Kaprah Bangsa Indonesia Melupakan Permainan Tradisional | Gasskeun

Salah Kaprah Bangsa Indonesia Melupakan Permainan Tradisional


Sebuah budaya terlahir dari kearifan lokal yang khas sehingga identik mempresentasikan suatu suku bangsa tertentu. Indonesia merupakan negara yang diberikan anugerah kekayaan budaya yang besar. Mulai dari sabang hingga merauke, Indonesia mempunyai keanekaragaman budaya suku bangsa. Warisan budaya sangat beragam, mulai dari yang kompleks menyerupai upacara adab dan sistem kepercayaan masyarakat hingga yang sederhana menyerupai permainan tradisional. Sungguh luar biasa Indonesiaku. Permainan tradisional sangat identik sebagai hasil dari suatu kebuyaan masyarakat tertentu. Bahkan, tidak jarang permainan tradisional tidak sekedar permainan biasa. Beberapa nilai-nilai luhur kehidupan sering disisipkan di dalam permainan tradisional sebagai sarana edukasi yang paling sederhana. Lalu bagaimana potret permainan tradisional remaja ini? Masih adakah bawah umur yang bermain permainan tradisional menyerupai gobak sodor, cublek-cublek suweng, dan sebagainya? Sungguh sangat disayangkan! Saat ini permainan tradisional sudah banyak dilupakan. Tidak jarang bawah umur usia SD tidak tahu sama sekali wacana permainan tradisional. Salah kaprah negeri ini melupakan permainan tradisional!
Apa yang salah melupakan permainan tradisional? Pertanyaan sederhana tersebut sebagai media kita untuk merefleksikan diri. Sadar atau tidak, permainan tradisional merupakan sarana yang efektif di dalam pendidikan karakter. Bahkan bila boleh saya bilang sudah modern. Mengapa demikian, di dalam permainan tradisional bawah umur diajarkan untuk memahami suatu hukum permainan. Semua anak menaati hukum permainan yang mereka buat sendiri, tanpa ada campur tangan orang dewasa. Beda sekali dengan pendidikan abjad yang diajarkan dengan metode penyesuaian oleh orang dewasa. Dengan demikian sanggup dipahami bahwa di dalam permainan tradisional, selain bermain anak juga mencar ilmu untuk mengembangan moral dan sosio-emosionalnya. Saat mereka kalah, dihentikan ada yang murka atau memukul temannya. Menang atau kalah mereka tetap akur, lantaran itu hanya permainan yang menyenangkan bagi mereka. Tanpa disadari anak sudah mulai membangun kesadaran sosial untuk hidup rukun dan saling menghargai. Selain itu, menaati permainan di dalam permainan tradisional yaitu salah satu bentuk pengamalan moral yang baik bagi anak. Satu hal lagi, di dikala bermain mereka juga dihentikan curang. Sekali lagi, tanpa beliau sadari sudah mencar ilmu sikap moral yang baik.
Apa hebatnya permainan tradisional? Jawaban dari pertanyaan ini akan saya kaitkan dengan beberapa teori perkembangan anak supaya kita tahu relevansinya. Dengan demikian, kita akan sadar bahwa berbagai manfaat dari permainan tradisional bagi perkembangan anak. Pertama, kita lihat dari segi perkembangan fisik-motorik. Hampir semua permainan tradisional mengajak anak untuk mengasah motoriknya, baik motorik halus maupun motorik kasar. Contoh, pada permainan gobak sodor anak diajak untuk bergerak melintasi penghalang lawan. Oleh alasannya yaitu itu, mereka bergerak dengan taktik biar tidak tertangkap. Tidak sekedar bergerak, namun juga ada sisi edukatifnya. Selain itu, gerakan akan menciptakan anak menjadi sehat lantaran meningkatkan metabolisme fisik sehingga perkembangan fisiknya pun  menjadi baik.
Selanjutnya, kita kaji dari sisi perkembangan kognitif. Maka sudah terang bahwa di dalam suatu permainan tradisional, anak diajarkan untuk bersosialisasi dengan sahabat sebayanya, di dalamnya tentu terdapat interaksi sosial. Interaksi sosial inilah yang akan membawa pemahaman dan kesadaran kepada anak bahwa di dalam hidup bersosial harus mengutamakan kepentingan bersama, dibanding kepentingan pribadi. Dengan demikian, sifat-sifat egosentris pada diri anak akan melebur di dalam kedewasaan berpikir dan bertindak. Di dalam permainan tradisional, anak juga sering diasah untuk berpikir tingkat tinggi. Istilah kerennya kini mah HOTS (Higher Order Thinking Skill). Anak diajak untuk berstrategi di dalam suatu permainan tradisional tertentu untuk mencapai kemenangan, misalnya saja di dalam permainan congklak/dakon. Hampir semua permainan tradisional mengadu taktik anak untuk menang. Nah itulah istimewanya, di sini anak juga diajak untuk mengasah kemampuan kognitifnya. Bukankah kita butuh generasi muda yang bisa berpikir kritis di dalam proses pemecahan persoalan bangsa? Maka dari itu perlu kita ajarkan mulai dari kini untuk berpikir memecahkan suatu masalah. Termasuk di dalam suatu permainan tradisional.



Sumber https://rimatrian.blogspot.com/

Related Posts