Sajak Kematian
Kelam menggenggam cekam tapi gumpalan awan menyemai damai dikala jingga senja menebar atau bunyi fajar menuai segar
Sayup Sangkakala terdengar syahdu merayu dayu menghembus aroma maut kelu dan bunyi sendu
Ilalang kering ikut riuh gemuruh menghempas luruh akar kering ikut tercerabut dalam takut dan kalut
Tak surut doa turut tidak sekedar patut demi polah yang masih carut marut
Nyawa meregang, memisah jasad cuek menegang Nyawa melayang terbang ruh menghilang tinggalkan wajah pias membias dalam kenang Kaku badan terbujur tanpa dengkur panjang
Waktu telah habis terkikis dalam telapak jejak bergaris garis tak lagi sempat merasa miris dan menadah rinai gerimis apalagi dapat menangis, hanya mata menutup tipis dan senyum mengiris sakit yang manis
Mati dan kafan putih membentang sama saja dengan tanah merah berair yang memberi ruang menanti tutupi jasad mati dan taburan melati ....
... riuh riuh doa memanjat, riuh riuh celoteh burung burung kematian ... riuh riuh isak tangis, riuh riuh jejak jejak meninggalkan tapak...
Tangerang, 27 Februari 2010 Sumber http://www.sepenuhnya.com/