Filosofi Sampah Organik (Pergeseran Pandangan Perihal Filsafat) - Gasskeun Filosofi Sampah Organik (Pergeseran Pandangan Perihal Filsafat) | Gasskeun

Filosofi Sampah Organik (Pergeseran Pandangan Perihal Filsafat)


Dulu saya kira filsafat itu cenderung bisa menciptakan orang yang mempelajarinya menjadi aneh. Ternyata dari filsafat itu kita berguru berpikir secara mendalam. Berpikir mendalam dalam hal ini yaitu bab dari proses pencarian pesan yang tersirat dari setiap insiden kehidupan. Hikmah itulah yang akan membawa seorang insan menjadi berakal bijaksana di dalam menyikapi hidupnya. 

Beberapa kali saya menghibur teman yang menganggap hidupnya tidak berarti. Praktis saja saya gunakan “filosofi sampah organik”. Ya anggap saja kita hidup di dunia ini sebagai sampah organik. Seonggok sampah organik, misal daun yang berantakan yang tidak pernah dipuja, tidak pernah dihormati mungkin justru diabaikan, dibuang, atau bahkan diinjak-injak. Tapi, apa yang dilakukan oleh daun-daun yang berantakan itu? Sesuatu yang mungkin sanggup dijelaskan secara mendalam dengan kajian Kimia Organik dan Mikrobiologi. Untuk bab ini biarkan para ilmuwan yang menjelaskan..hehehe. 

Ya, apa yang dilakukan oleh daun-daun yang berantakan tersebut. Dia membiarkan hujan dan panas matahari menderanya. Dia selalu mendapatkan segalanya dengan tulus (sudah takdir..hehe). Hujan dan panas tersebut kemudian lama-kelamaan membuatnya menjadi langsung yang berbeda. Iya, ia menjadi pemberi kehidupan (unsur hara) pada tanah. Unsur hara akan menciptakan tanah subur dan tumbuh-tumbuhan akan tumbuh dengan baik. 

Dalam ilmu mikrobiologi sanggup saya jelaskan sedikit bahwa pada daun tersebut telah terjadi proses pembusukan dengan derma mikroorganisme. Entah itu mikroorganisme baik maupun mikroorganisme jahat. Kompleks sekali prosesnya sehingga tidak sanggup dijelaskan dengan kata-kata alasannya yaitu hanya Kimia Organik yang sanggup menjelaskannya. Pasti terjadi proses pelepasan dan proses ikatan ion atau molekul berdasarkan Kimia Organik.

Jika dikaitkan dengan hidup, mari kita berpikir secara mendalam (berfilsafat!). Kenapa Tuhan menjaga setiap nafas insan setiap harinya? Saya pernah baca, alasannya alasannya yaitu di dalam diri insan itu masih terdapat nilai/kegunaan. Bahkan orang jahat yang berkhasiat pun akan tetap dipelihara oleh Tuhan. Kembali ke filosofi sampah organik yaitu daun yang berserakan. 

Di dalam kehidupan ini insan sejatinya tidak perlu memikirkan pandangan orang lain atau mencari evaluasi orang lain asalkan apa yang ia lakukan diyakini yaitu suatu tindakan baik yang memberi kebermanfaatan bagi individu maupun masyarakat luas. Entah tidak dipuji, tidak dihormati, diabaikan, atau bahkan tidak pernah dianggap ada. Manusia sejatinya harus tetap menunjukkan manfaat di dalam hidupnya. Singkatnya, hidup ini bukan wacana seberapa besar yang kita terima, tetapi seberapa besar yang bisa kita berikan.

Ya, Tuhan menilai hidup insan berdasarkan kebermanfaatan hidupnya bukan seberapa besar kekayaan yang diperoleh, seberapa banyak ilmu, seberapa berkuasa dirinya. Ingat kebermanfaatan di sini lebih mengarah pada suatu identitas diri yang senantiasa mengutamakan kebaikan hati terhadap sesama insan serta alam. Sebelumnya kita berbicara wacana mikroorganisme baik dan jahat yang membantu proses pembusukan pada daun. Nah, pada insan pun juga demikian. Manusia baik dan jahat niscaya mewarnai hidup kita. Apakah kita harus meniadakan yang jahat. Tidak demikian, Tuhan tetap memelihara orang yang jahat alasannya yaitu bermanfaat. Apa manfaatnya? Yaitu ujian bagi orang-orang yang baik. Seperti halnya panas dan hujan yang mendera daun-daun yang berserakan. Maka dilema juga akan selalu dialami oleh insan yang hidup. Dan di dalam proses menghadapi dilema tersebut, kita selalu dihadapkan dengan orang baik atau orang jahat. 

Menurut saya sih tidak ada orang yang jahat alasannya yaitu semua sudut pandang insan selalu berbeda. Yah singkatnya apapun yang terjadi di dalam hidup insan maka evaluasi Tuhan tetap akan berpihak kepada seberapa besar manfaat hidup insan itu. Tidak usah kita berdebat baik atau jahatnya seorang insan alasannya yaitu itu yaitu hak Tuhan untuk menilai. Janganlah sia-siakan hidup untuk menilai orang lain tetapi perbanyaklah nilai-nilai kebaikan pada diri kita supaya bermanfaat bagi sesama umat insan dan alam semesta, baik di dunia maupun di alam abadi kelak. Dan mulailah agresi untuk menunjukkan manfaat kepada sesama!

Especial to my friend: Ann (keep spirit for your self!)

Sumber https://rimatrian.blogspot.com/

Related Posts