Common Sense Of A Duke’S Daughter Chapter 61 Bahasa Indonesia - Gasskeun Common Sense Of A Duke’S Daughter Chapter 61 Bahasa Indonesia | Gasskeun

Common Sense Of A Duke’S Daughter Chapter 61 Bahasa Indonesia

Pidato Dari Sudut Pandang Seorang Warga Wilayah


Saat Waktu menjelang malam biasanya kebanyakan orang akan berkumpul di kedai minum, tapi hari ini semua orang sedang menuju ke gereja yang gres dibangun. Aku tahu gereja itu baru. tapi saya merasa ada alasan yang lebih besar untuk ini.

Saat saya menuju gereja, di antara kerumunan orang, saya melihat banyak darah biru dan orang-orang besar lengan berkuasa di kereta mereka atau berjalan dengan penjaga mereka, termasuk para presiden perusahaan besar dan kepala desa, bergerak ke arah gereja. Ada juga orang biasa sepertiku. Aku secara khusus memperhatikan orang luar dari ibukota di antara kerumunan orang.

Aku sanggup tiba lebih awal dan mendapatkan kawasan duduk di dalam, lantaran saya tinggal agak erat dengan gereja gres itu. Kapel gres itu besar, tapi bahkan dengan ukurannya yang besar, masih tidak sanggup menampung semua orang yang tiba untuk melihat apa yang akan terjadi. Ada juga orang yang melihat dari jendela dan pintu yang dibiarkan dibuka supaya orang-orang yang tidak mendapat kawasan duduk di kapel sanggup untuk melihatnya.

Pernyataan dari Gereja menyampaikan bahwa penguasa wilayah kami dikucilkan dari Gereja yaitu hal yang sulit untuk ditelan dan menciptakan semua orang termasuk aku, khawatir dengan masa depan. Aku mendengarkan bahwa hari ini penguasa wilayah ini akan menjelaskan kenapa mereka dikucilkan, sehingga banyak dari kita yang tiba untuk mendengarkannya.

Ada alasan lain kenapa orang-orang ada disini: rumor perihal anak yatim piatu di panti asuhan terdekat. Rumor menyampaikan bahwa penguasa melindungi belum dewasa yatim piatu dari pedagang budak dan membeli gereja renta dari mereka untuk menyampaikan kawasan tinggal bagi belum dewasa yatim piatu. Aku sendiri sudah bertemu dengan para yatim piatu dan pengasuh mereka, Nona Minae, lantaran pekerjaanku sebagai pedagang. Ketika saya mendengar rumor itu, saya pribadi menemui Nona Minae untuk memastikannya. Tapi, setiap kali saya pergi dan memanggilnya, beliau tidak pernah ada di sana. Aku lebih sering berbicara dengan Nona Minae dan belum dewasa di masa lalu, jadi ketika saya mendengar rumor itu, saya merasa murka pada para pedagang budak dan bersedih. Aku yakin tidak hanya sebatas itu, lantaran saya mengerti bahwa seseorang niscaya sudah membantu mereka. tapi apa penguasa kami melakukannya atau tidak. Kesanku terhadap penguasa yaitu mereka tidak akan melaksanakan sejauh ini untuk membantu belum dewasa di panti asuhan.

Sambil memikirkan hal-hal ini, saya melihat seorang imam di altar berlutut dan berdoa kepada tuhan. Pada ketika yang sama, bunyi organ pipa bergema dan melodi yang indah mulai dimainkan. Aku merasa hatiku berdebar dengan melodinya.

Saat imam memulai doanya, kami semua ikut berdoa.

Tidak usang setelahnya, khotbah dimulai.

"Tuhan mencintai semua anak-anaknya. Tuhan ingin ssemua anak-anaknya saling memahami satu sama lain. Dengan membantu satu sama lain, seseorang sanggup hidup dengan bermatabat, dan dengan mendapatkan cinta tuhan, seseorang sanggup memperlihatkan kerendahan hati dan hidup dengan kebanggaan. Tuhan telah mengajari semua anak-anaknya nilai dari hubungan yang kita miliki dengan orang lain." (Imam)

Suara lembut dan ramah dari imam itu terdengar di seluruh kapel.

"Namun, Tuhan juga membantu mereka yang ingin untuk bertobat atas dosa-dosa mereka. Tuhan menghargai semua anak-anaknya dan menganugerahkan pengampunan kepada mereka yang bertobat dan memperbaiki kesalahan yang telah mereka lakukan. Kita sebagai belum dewasa Tuhan harus meliat dengan hati yang jernih dan menilai apa yang jahat dan apa yang adil. Kita harus mengulurkan tangan bagi mereka yang jujur dan benar dan menyampaikan dukungan kepada mereka yang telah berbuat kesalahan. Saya Berdoa bagi mereka yang telah melaksanakan dosa untuk mendapatkan cinta yang kuasa dan menebus kesalahan dengan cara mereka." (Imam)

Setelah imam menuntaskan doanya, kapel menjadi berisik dan tegang. Apa kata-kata ini diarahkan pada penguasa wilayah?

Ketika imam berjalan menjauh dari altar, kami pikir upaca akan berakhir. Tapi, seorang gadis menggantikannya.

Dia mengenakan gaun putih tanpa dekorasi atau desain. Daripada disebut gaun, itu lebih menyerupai dengan kebiasaan seorang biarawati. Tapi meski ketika mengenakan gaun putih polos, sosoknya sangat bagus sehingga setiap orang akan segera jatuh cinta padanya.

"Halo semuanya. Saya berterima kasih alasannya yaitu sudah tiba ke upacara pembukaan kapel gres ini."

Suaranya yang jernih dan ketika beliau membungkuk, beliau cocok dengan citra perempuan yang sempurna... Aku merasa tampaknya pernah melihatnya di suatu kawasan sebelumnya...

Siapa perempuan itu? bisikan terdengar diseluruh hadirin. Aku juga mendengar seseorang memanggilnya 'Alice'... asal bunyi itu berasal dari orang biasa sepertiku.

Seolah beliau mendengar pertanyaan kami, beliau menjawab.

"Namaku Iris. Iris Lana Armelia. Aku yaitu putri dari Duke Armelia dan wakil penguasa dari wilayah ini."

Begitu beliau memperkenalkan dirinya, ada kegaduhan... Yah, tentu saja, akan ada. Orang ini dikucilkan oleh Gereja, jadi kehadirannya di gereja gres merupakan kejutan besar.

"Semua orang, saya sadar akan pertanyaan yang harus anda tanyakan sekarang: Mengapa saya ada disini, di kawasan suci yang kuasa ini ketika saya telah dikucilkan? Mohon jangan khawatir. Saya telah mendapatkan izin dari imam, dirinya sendiri untuk berdiri dan berbicara di hadapan anda semua hari ini. Saya meminta hal yang sama dari anda semua menyerupai Bapa sebelumnya. Mohon, semua orang dengarkan dan putuskan mana yang benar dan salah dengan hati yang jernih."

Suaranya, suasana dan nada terdengar bermatabat. Dia terlihat menyerupai wujud kapel itu sendiri. Saat beliau memulai berbicara, bunyi dan bisikan itu berhenti, kecuali bisik-bisik dari hanya beberapa orang di samping.

"Wilayah kita kaya dan masyarakat mengikuti fatwa Tuhan dengan segenap hati mereka dengan memperlakukan satu sama lain dengan cinta. Tetapi tidak semua orang mendapatkan ajaran-ajaran ini dan tidak semua orang sanggup menerimanya lantaran keadaan lingkungan mereka."

Dia menggemgam kedua tangannya dalam doa dan mengangkat suaranya sedikit.

"Saya bertemu orang-orang menyerupai itu; mereka yaitu belum dewasa yatim piatu. Anak-anak ini diberkati selama beberapa waktu demham seorang hamba yang kuasa yang merawat mereka – seorang saudara perempuan yang mengajarkan mereka ajaran-ajaran yang kuasa dan dunia. Tetapi, menyerupai dengan halnya semua kehidupan, hamba yang kuasa yang tercinta ini meninggalkan dunia ini dan kembali kepada bapa suci kita. Karena tanah itu tidak dibayar dan lantaran tidak yang mengunjungi kapel lagi, Gereja menjual tanah itu. Anak-anak itu kemudian dibiarkan untuk berjuang mereka sendiri. Orang-orang yang membeli tanah itu penjahat dan menolak fatwa bapa suci. Anak-anak ini yang tidak bersalah dan tidak layak diperlakukan kejam menyerupai itu, ditinggalkan di tangan penjahat-penjahat itu. Saya tahu bahwa banyak dari anda di sini mengenal belum dewasa ini dan sanggup menyetujui bahwa mereka semua murni dan indah.

Diseluruh kapel, saya sanggup mendengar orang-orang menyampaikan hal-hal seperti, "Aku kenal mereka," "anak-anak itu hebat," di antara hal-hal lainnya. Aku juga merasa menyerupai itu, lantaran saya mengenal mereka dengan baik.

"Bahwa kami tidak memperhatikan penderitaan belum dewasa ini sebelumnya yaitu dosa, tetapi sesudah menemukan keadaan mereka, saya tidak sanggup menutup mata; fatwa dari bapa suci kita yang mewajibkan saya untuk melindungi mereka."

Selagi beliau berbicara, beliau mulai perlahan meneteskan air mata. Melihat beliau kini ini seolah Tuhan sudah melukisnya dirinya sendiri.

"Saya tidak ingin mengulangi kesalahan lantaran tidak segera menyadari kesulitan mereka. Jadi, untuk supaya mereka aman, saya tetapkan untuk membangun kapel gres ini. Anak-anak ini yaitu kunci untuk sama depan kita – mereka mewujudkan tekad saya untuk menjaga masa depan bagi semua orang yang cemerlang disini. Gereja menyatakan bahwa dosa saya yaitu menghancurkan gereja, tetapi saya melaksanakan itu untuk membantu belum dewasa ini masa depan cerah bagi kita semua. Apakah itu salah? Haruskah saya meninggalkan fatwa bapa yang paling penting bahwa kita saling membantu? Haruskah saya meninggalkan penjahat untuk merusak gereja yang ditinggalkan? Apakah itu jalan yang benar untuk diambil?"

Nada suaranya tiba-tiba menjadi penuh kesedian dan adonan emosi lainnya. Aku merasa hatiku berdebar dengan kata-katanya. Kalau apa yang beliau katakan itu benar, kemudian apa itu orang berdosa? Kalau beliau orang berdosa, maka semua orang di dunia ini akan menjadi orang berdosa, kan?

"Saya hanyalah seorang pengikut yang kuasa yang rendah hati dan saleh... Namun, saya juga seorang penguasa yang harus melindungi rakyatnya. Tuhan memperhatikan dan memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri, tetapi peluang ini tidak berarti apa-apa jikalau tidak menjangkau dan menggemgam mereka untuk memperoleh kebahagiaan. Tuhan tidak mengirimkan kebahagiaan tetapi memberi kita kesempatan untuk mengejarnya. Semua itu tergantung pada tindakan dan keinginan kita untuk bertindak. Mereka yang berpikir bahwa kejahatan tidak sanggup dihindari dan turut ambil bab dalam berperilaku jahat yaitu salah. Mereka yang melihat kejahatan dan sikap salah tetapi tidak bertindak juga salah.

"Ada banyak orang disini yang mengenal belum dewasa itu yang memperlakukan mereka dengan baik, tetapi tidak menyadari kesulitan yang mereka hadapi – bahkan Saya sendiri tidak menyadari problem mereka hingga hampir terlambat. Saya hanyalah seorang diri; Saya hanya mempunyai dua mata, telinga, tangan, dan kaki, dan hanya ada beberapa kawasan dimana kaki-kaki ini sanggup berjalan menuju benda-benda yang sanggup saya pegang. Namun, saya mempunyai orang-orang yang mendukung saya sebagai penguasa dan saya mendapat dukungan dari anda sesama belum dewasa yang kuasa yang memungkinkan saya mencapai lebih jauh dan membantu mereka bahkan di kawasan yang paling terpencil. Saya memohon pada anda. Bantu saya melindungi yang lemah dan bantu mereka di kawasan paling gelap sekalipun. Bantu saya memberi mereka kehidupan yang lebih kaya dan lebih sehat. Mohon... pinjamkan saya kekuantan anda."

Saat beliau mengakhiri pidatonya, beberapa tepukan bergema di seluruh ruangan dan bertambah hingga tepuk tangan menjadi gemuruh. Aku bahkan sanggup mendengar tepukan dari luar kapel.

Aku merasa kalau, kalau saya mengikuti orang ini, kita sanggup menjalani kehidupan yang lebih baik. Kalau orang ini, maka tidak peduli siapa musuhnya, beliau akan menarik kita melewati masa-masa sulit. Aku tidak punya bukti, tapi saya mencicipi ini di hatiku. Suasana kapel menjadi jauh lebih baik, dan saya merasa kalau keinginan itu ada di udaranya.

"..Aku menganugerahkan kepada anda berkat dari bapa suci kita." (Imam)

Imam itu memberkati penguasa dari wilayah ini dan ketika beliau berlutut untuk mendapatkan berkatnya, imam meletakkan tangannya di atas kepalanya. beliau kemudan berdiri dan berbalik untuk menghadap kami dengan senyuman.

Aku berpikir dari lubuk hatiku kalau saya senang saya tiba dan melihat sekilas perihal dia.

* * *

Sumber https://inzerokun.blogspot.com/

Related Posts