Perjalanan Kabut
Banda Aceh: Gerimis mengantar malam. Sementara hujan membasuh rindu tumpah ke samudera hati.
Saree: Sunyi mengantar gigil pada mimpi tak berujung perjalanan ini mestikah dihentikan.
Sigli: Segumpal kalbu jatuh kadang meruncing menikam-nikam sampai beranak duri dalam daging.
Beureunuen: Melewati tanah kelahiran. Hilang rasa di pekat malam segala petuah dan cinta terkuburkan.
Biruen: Tak ada lagi yang melantunkan syair ibarat awan di tiup angin terburai entah kemana.
Takengon: Sepucuk rindu menggelegak. Ingin cepat bertemu Emak melepaskan galau yang sesak. Padang Panjang: menghabiskan malam dalam senyum beku waktu. Aku berguru mengeja cinta pada selembar daun jadi dongeng di ruang senja.
Jakarta: Terkurung keramaian ibarat menghirup asap di hati terkadang jadi api. Aku ingat kampung. masa kecil yang indah selepas ngaji membaca Hikayat Prang Sabi memaknai penyerahan diri. Merindui Allah masa cukup umur penuh gairah menentukan rumah daerah berteduh membawa pulang mawar membagi keluh kesah. Becermin pada kesetiaan Adam-Hawa.
Solo: Tempat menjaring segala ingin jadikan pagi menjemput matahari bawa ke kamar cinta, Ah!
: segala cahaya turun atas izin-Nya.
Indonesia, 2018 Sumber http://www.sepenuhnya.com/