Kampung Hilang
“Kampung Hilang” Stasiun lama. Letih bendi melintasi tonggak bendera sebelum sepi menepi. Ada malam-malam jagung bakar dan pisang goreng gurau dan nyanyian dari bingung bukit ngalau. Payakumbuh sebuah kereta renta yang mendengus. Yang diderap laju zaman di ibuh. Ibu kita tak henti menangis menyesali jantungnya yang hilang. Selendangnya yang hilang mematung di tepi batang agam yang diam
Kautentu ingat lekuk-lekuk masa kanakmu dulu bocah-bocah lecah yang bergerombolan menuju los terperinci bulan lapangan poliko juga kampung cina. yaitu jernih air yang mengalir dari batang tabit. “Dadaku kering. Jiwaku dahaga!” Tak pernah ada yang merintih seperih itu sebelum simpang-simpang diperah waktu
Dan kini. Ketika kaulewati jalan di bengkolan kedai si bungkuk ibarat dulu kaudatang menonton film india di bioskop karia masihkah kaucium harum kopi dan lada. Wangi perawan dusun yang sekarang tak lagi girang berpantun “Kampungku hilang! Kampungku hilang!” Kautentu dengar jeritan itu.
Payakumbuh, Januari, 2012 Sumber http://www.sepenuhnya.com/