Pada Agitasi Sunyi (16 Februari; Fina Sato)
Waktu yang tersepuh menjalar jua ke jalan-jalan. sepotong tahun patah renta mengusung nama-nama. sebelum ruh, sebelum orang-orang ternganga pada ada kamu lihatkah dia lewat? siapa bertanya saat matahari mulai tinggi, bulan-bulan rawan, hari terbuhul dalam hitungan dan kalender kusam itu. irama gegap pertarungan. membantai nasib demi nasib kita bersimpuh di tepinya. adakah sebagai pemenang?
kemudian lilin terbakar kemudian langkah rasa hambar tiuplah, - dari adam, usia tak lebih dari debu
bekas percintaan. atau catatan alamat-alamat tak lengkap bermacam-macam salam dijahitkan serasa asin. serasa lepuh jejak-jejak rengkah digagal waktu. siang malam lisut di pergantian dalam derap-derap orang tersesat wajah jadi sederai cermin pecah. o, pengembara lunglai yang ingin sampai! di tabuh subuh rapuh, hanya sisa detak jam-jam lamban. mengusung usia menjadi impian tersepuh yang menjalar ke jalan-jalan kamu lihatkah dia lewat?
(dan kaulah yang bertanya pada agitasi sunyi; belum usaikah perjalanan?)
Payakumbuh, Februari 2007
Puisi: Pada Agitasi Sunyi Sumber http://www.sepenuhnya.com/