Common Sense Of A Duke’S Daughter Chapter 50 Bahasa Indonesia - Gasskeun Common Sense Of A Duke’S Daughter Chapter 50 Bahasa Indonesia | Gasskeun

Common Sense Of A Duke’S Daughter Chapter 50 Bahasa Indonesia

Peringatan Ayah

...Baiklah, sudah waktunya untuk Aku pergi.

Dengan tekad, Aku sudah tiba di pintu ruang kerja Ayah. Aku mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan.


"...Permisi, Ayah."


Ayah menatapku dengan tajam dari balik tumpukan dokumen yang menggunung. Meskipun Aku sudah berbicara dengan Ayah sehabis Aku dikeluarkan dari Akademi, percakapan itu terasa menyerupai terjadi di masa lalu.


"...Apa Kau akan kembali?"


"Ya. Saya berencana untuk kembali ke wilayah besok."


"Begitukah..."


Ayah meletakkan pena di tangannya ke atas meja dengan keras. Dan kemudian Dia mengajakku untuk duduk di bangku sempurna di depan meja kerjanya.


"Permisi."


Aku duduk di daerah yang sesuai dengan ajakannya.


"Ada satu hal yang ingin Aku peringatkan padamu."


Setelah mendengar bunyi berat Ayah, tanpa sadar Aku meluruskan perilaku dudukku. Untuk suatu alasan, Aku merasa lebih gelisah dibandingkan Kami saling bertentangan kata-kata...


"Apakah itu?"


"Ratu Ellia dan keluarga dipihaknya... Keluarga Marquis Maelia, hati-hati di sekitar mereka."


"Tentang itu... Karena Mereka yakni Kepala Fraksi Pangeran Kedua, Aku secara alami akan lebih berhati-hati di sekitar Mereka kini dan di masa depan..."


"Bukan itu yang ingin Aku sampaikan. Selama pesta tahunan Foundation Day, terungkap bahwa Kau memiliki dukungan dari Ibunda Ratu."


"Dengan kata lain, Ayah mencoba menyiratkan bahwa lantaran dukungan itu, Aku telah menjadi penghalang bagi Ratu Ellia dan Marquis Maelia?"


Pertunangan ku dengan Pangeran Kedua sudah dibatalkan. Dan gara-gara itu, Mereka tahu bahwa Aku mustahil memihak fraksi mereka. Selain perasaaan ku terhadap Mereka. Setelah berpikir begitu, keberadaan ku tidak bisa dianggap apa pun kecuali penghalang untuk Ratu Ellia.


"Bukan... bukan 'Kau' melainkan 'Keluarga Duke Armelia.'"


"Itu..."


"Dari awal, Bagi Keluarga Marquis Maelia, Keluarga Duke Armelia sudah menjadi duri di mata Mereka. Selain menghasilkan Calon Ratu dan Aku menjadi Perdana Menteri, Melly juga mendapatkan pinjaman dari Ibunda Ratu dan memiliki dampak masyarakat yang sangat besar. Karena faktor-faktor tersebut, Martabat Keluarga Kita sudah meningkat lebih besar. Meski begitu, Aku akan tetap menyatakan netral, dan Melly juga sudah sepenuhnya menghindari peperangan untuk tahta. Itulah sebabnya meskipun Rumah Kita selalu menjadi penghalang bagi Kelaurga Marquis Maelia, Mereka tidak akan mengambil resiko berusaha untuk menyerang Keluarga Kita. Tapi..."


"Saya, Putri dari Keluarga Duke Armelia yang telah ditinggalkan oleh Pangeran Kedua, telah meningkatkan kemampuanku..."


"Tepat. Kau sudah meningkatkan wilayah di luar imajinasi ku, dan selain itu, Kau juga mendirikan konglomerat yang menghasilkan laba yang sangat besar. Kau sudah menuntaskan semua urusan itu dalam waktu yang singkat. Oleh lantaran itu, Keluarga Kita sudah menjadi sebuah keberadaan yang tidak bisa diabaikan oleh Keluarga Marquis Maelia."


"....To-tolong terima permintaan maaf lapang dada Saya...!"


...Betapa bodohnya Aku menciptakan kemajuan terlalu cepat, dan lantaran semuanya berjalan sesuai dengan yang Aku rencanakan, Aku hanya menerimanya sebagai keberuntungan dan Aku lupa untuk mempertimbangkan akibatnya. Jika saya memikirkannya sedikit saja, situasi menyerupai ini menyerupai ini akan terjadi secara alami. Keberadaan ku, berapa banyak duduk perkara yang akan tiba ke Keluarga Duke Armelia. Satu-satunya alasan Aku bisa melaksanakan hal-hal yang Aku lakukan berkat semua kebaikan Ayah. Tapi, Bagiku yang menjadikan lebih banyak duduk perkara untuk Keluarga...!


"...Tidak, ini juga kesalahanku lantaran tidak tahu Kau memiliki kekautan menyerupai itu. Jadi, Kau tidak perlu meminta maaf kepadaku."


"Namun..."


"Untungnya, belum ada yang terjadi. Itu sebabnya, Iris. Berhati-hatilah ketika mengenai dengan Pemeritah Wilayah."


"Baik...!"


Setelah Ayah mendengar jawabanku, Dia membunyikan bel. Dengan segera, Seorang Pelayan Wanita memasuki ruangan.


"Tentu."


Tanpa menunggu beberapa saat, Dia menuangkan teh ke cangkir teh dan meletakannya sempurna di depanku. Untuk menenangkan jantungku yang berdetak cepat, Dengan beryukur Aku mengambil teh.


"...Meskipun ini mungkin berlebihan..."


Dengan lisan khawatir, Ayah mulai berbicara.


"...Meskipun itu masuk akal untuk mengawasi Keluarga Marquis Maelia, lebih penting untuk lebih berhati-hati terhadap Ratu Ellia."


"Tentang itu... Apakah ada bedanya dengan yang Anda sebutkan beberapa ketika yang lalu...?"

"...Ratu Ellia, tampaknya Dia sudah menghilang dan mengkhianati Bangsawan Kerajaan..."

Ayah tidak berbicara dengan lancar, seolah Dia menentukan kata-katanya dengan hati-hati. Ada apa sebenarnya, Aku ingin tahu kenapa Dia terlihat sangat berhati-hati ketika berbicara...?

"...Tentang maut Ratu Pertama, ada rumor bahwa itu yakni perbuatan Ratu Ellia."

"Ayah... hal yang penting, mengapa tidak ada menyelidikinya"

"...Tidak ada bukti yang pernah ditemukan. Atau maksudmu Kita harus menginterogasi Seorang Putri dari Marquis yang akan menjadi Ratu berikutnya?"

"...Tolong maafkan kesalahan bicara Saya"

Jika Seseorang memikirkannya, di dunia ini ilmu menyerupai pengetahuan forensik tidak ada, akan sulit untuk melaksanakan penyelidikan kriminal. Selain itu, memperlihatkan tekanan pada seseorang yang memiliki dampak luas yakni hal yang tidak bijaksana.

Ada juga kemungkinan bahwa Fraksi Pangeran Pertamalah yang sengaja memulai rumor itu, dan mungkin ini juga tidak benar. Meskipun Aku tidak tahu mana yang benar, tapi lantaran rumor sudah menyebar, itu sanggup merusak reputasi seseorang tapi juga bisa mencegah orang lain untuk menyelidikinya lebih lanjut.

"Yang jelas, ada rumor gelap yang menyebar di sekitar. Jadi, berhati-hatilah dan lebih memperhatikan tindakanmu."

"Baik."

Dengan gemetar, Aku mencicipi getaran yang merambat di punggungku. Meskipun Aku tidak ingin menciptakan musuh dari Mereka... di sisi lain sudah mengangaggapku sebagai salah satunya.

"...Pastikan untuk memperingatkan Tanya, Ryle, dan Dida juga. Tolong jaga dirimu juga."

"Aku akan mengingat peringatan Ayah ke dalam hati."

Aku sudah hingga begitu jauh dari penahanku. Aku, Aku sendiri, tidak ingin bertemu dengan akhirku dulu. Selain itu... Jika Aku mati di sini dan sekarang, itu tidak akan bisa dimaafkan oleh orang-orang dari wilayah. Dengan reformasi pemerintahan wilayah yang sedang dilakukan, itu akan menjadi sia-sia bila tidak diselesaikan.

"...Apalagi, tampaknya Kau sedang melaksanakan penyelidikan pada Putri Baron, Yuri Noir?"

"Oh... tampaknya jangkauan indera pendengaran Ayah sangat luas."

"Yah, tentu saja. Jadi, berapa banyak yang sudah kau temukan sejauh ini?"

"Baru-baru ini Aku menemukan bahwa Ibu Putri Yuri dulu bekerja di Istana Kerajaan sebagai Pelayan."

"Aku mengerti, sudah hingga itu. ...Kebetulan, itu yakni Keluarga Reuben yang menjamin identitasnya."

"...Keluarga Reuben?"

Setelah mendengar nama yang belum pernah kudengar sebelumnya, Aku memiringkan kepalaku lantaran bingung.

"Untuk ketika ini, Hanya sebanyak ini info yang bisa kujelaskan."

Karena nada tegas Ayah, Aku mengalah untuk mencari info lebih banyak.

"Jika itu Kau, hanya dari info ini saja, Aku yakin Kau bisa memastikan apa yang terjadi di Kerajaan ini. Tapi, jangan terlalu jauh menyelidikinya. Karena bila Kau melakukannya, Kau hanya akan memperparah situasi yang sudah Kau masuki.

"...Jika itu benar, mengapa Ayah..."

"Jika Anak didikmu mengendus-endus di sekitar Ibukota Kerajaan di setiap sudut dan celah, Aku yakin Kau ingin menghentikannya sebelum terjadi sesuatu. Dengan nama Keluarga, Kau bisa mendapatkan info yang Kau butuhkan dari sebuah buku, kan?"

"...Terima kasih banyak atas info Ayah."

'Dengan ini, tidak perlu mengusut lebih lanjut'... Huh. Karena peringatan tadi, Aku tidak bisa bergerak dengan bebas. Seperti yang diduga dari Ayah. Tidak ada daerah bagiku untuk membantah.

"Terima kasih sudah memperlihatkan sebagian waktu ayah untuk Saya. Dengan ini, Saya mohon permisi."

"Baiklah. Hati-hati dalam perjalananmu."

Sepertinya Aku juga mendengar Dia berkata, 'Hati-hati dalam perjalananmu juga.' Itu benar. Wajar bila Orang-orang gampang diserang ketika berpergian di daerah terbuka. Lebih baik mendengarkan isyarat Tanya, Ryle, dan Dida ketika dalam perjalanan pulang.

Sumber https://inzerokun.blogspot.com/

Related Posts