Disonansi
"'Upacara pembukaan' akan berlangsung besok. Tapi menggesampingkan itu untuk ketika ini, Dean, kau terang sudah menciptakan persiapan untuk situasi ini. Berapa banyak dari rencanaku yang sudah kau ketahui." (Iris)
Pemahaman Dean perihal rencanaku mempunyai sedikit perbedaan di sana-sini, tapi secara keseluruhan sangat mirip.
Dia sadar apa yang sudah saya lakukan dengan gereja dan pembongkarannya. Dia mendengar sebagian besar dariku dan banyak sekali rumor yang beredar, dan mempbuat persiapannya menurut isu yang beliau kumpulkan.
"Saya mengerti langkah-langkah yang akan anda ambil, namun apakah anda pergi keluar dan bertemu orang itu dengan wajah menyerupai itu?" (Dean)
"Wajah menyerupai itu?" (Iris)
"Anda mungkin tidak menyadarinya sendiri, Nona. tapi Anda terlihat jelek sekarang." (Dean)
Tidak, Anda terlihat buruk, saya ingin membalas, tapi saya bahkan tidak sanggup membantah kata-katanya.
"Semua orang di sini telah mengetahuinya, namun, meskipun mereka khawatir, tidak ada yang berani menyampaikan apapun kepada Nona, itulah sebabnya saya ingin memberikan pikiran saya di sini. Saya telah mendengar banyak hal perihal Nona, dan melalui pengalamanku bekerja secara eksklusif dengan Nona, Saya menjadi ingin tahu... Nona, yang pertunangannya dengan pangeran kedua dibatalkan, yang kini bekerja keras untuk rakyatnya, dan terus bekerja keras untuk rakyatnya di tengah-tengah angin kencang ini... beliau tidak pernah menangis, beliau juga tidak memberikan gejala kelemahan, bahkan dalam suaranya. Dia terus bergerak maju dengan semua bebannya dipendam kedalam. Mengapa anda berusaha menjadi begitu kuat?" (Dean)
"...Kamu salah. Aku tidak pernah mencoba untuk menjadi kuat." (Iris)
Tidak menangis... Menjadi kuat. Apa itu 'Iris' akan atau saya sekarang? Takdir memang aneh.
"Memisakah dirimu dari perasaan anda, bukan?" (Dean)
TIdak. Tolong, berhenti. Aku tidak ingin bergantung pada orang menyerupai itu lagi. Tolong, berhenti menyudutkanku. Aku menggigit bibirku.
"Air mataku tidak akan menuntaskan apa-apa." (Iris)
Kata-kata yang keluar dari mulutku sendiri yaitu kata-kata yang paling tidak ingin kudengar.
"...'Air mata tidak akan menuntaskan apa-apa.' Hmmm. Meskipun saya oke dengan pernyataan itu, mengurung diri menyerupai itu yaitu jauh lebih jelek daripada menangis. Melalui air mata anda akan sanggup keluar dari kandang anda dan benar-benar maju ke depan. Anda harus menghadapi perasaan anda secara langsung, meskipun mereka berbahaya, lantaran itu akan menciptakan hati anda tertutu." (Dean)
Aku tidak sanggup menahannya lagi... begitu saya memikirkan itu, semua emosi dan perasaan yang saya pendam akan meledak.
"Lalu, apa yang kau sarankan?! Menangis di sudut dan berteriak minta tolong untuk berharap seseorang tiba dan membantuku?! Apa kau mencoba menyampaikan padaku bahwa menangis dan mengeluh akan memecahkan situasi ini!? Kamu juga tahu saya melaksanakan itu biar tidak ada yang akan terjadi...!" (Iris)
Aku ingin berhenti, tapi remku tidak berfungsi.
"Aku tidak mempunyai kemewahan untuk menjatuhkan segalanya dan menangis! Bahkan pertunanganku — itu sangat menyakitkan dan menciptakan furstasi betapa tidak berdayanya aku!" (Iris)
Meskipun cintaku sudah padam sesudah pembatalan, saya tidak sanggup menyampaikan bahwa saya masih tidak memikirkannya. Aku khawatir perihal ke mana saya harus pergi dari sini dan putus asa pada kebencian diriku sebelumnya. tapi menangis tidak akan memberiku kepercayaan diri dan mempunyai sinar matahari diatas kepalaku. Kaprikornus saya berhenti menangis. Aku memutuskan untuk memakai kepalaku untuk bernegosiasi dengan ayah.
Bahkan sesudah saya tiba di wilayah, saya masih tidak yakin dengan semuanya. Dalam kehidupanku sebelumnya, saya hanyalah akuntan biasa yang sanggup kau temukan di distributor pajak manapun. Ini yaitu pertama kalinya saya harus berguru dan mengurus perselisihan politik dan situasiku yang selalu khawatir apa pilihanku benar-benar akan meningkatkan kehidupan rakyatku dan apa saya diizinkan untuk menerapkan kebijakan. Semua pertanyaan ini menggangguku.
"Bahkan sekarang, pengucilan dari gereja... aku, seorang pendosa... Apa-apaan ini? Apa yang sudah kulakukan untuk mendapatkan pernyataan menyerupai itu?!" (Iris)
Tik. Tik. Aku sanggup mencicipi air mataku jatuh.
"Ini Sulit. Ini sangat sulit. Kenapa? Kenapa ini terjadi padaku?! Aku hanya ingin lari, menjerit, dan berteriak, tapi..." (Iris)
Aku mencoba untuk menyembunyikan air mataku dengan tanganku, tapi air mataku menetes dari telapak tanganku.
"Dan semua ini lantaran diriku yang tidak berguna... Dadaku sakit ketika saya memikirkan rakyatku dan penderitaan mereka. Mereka semua sudah berusaha keras dan melaksanakan begitu banyak untuk membangun wilayah kita... Karena aku, semuanya menderita. Aku sangat tidak mempunyai kegunaan dan menyedihkan... Ini sangat menyakitkan." (Iris)
Seperti lumpur, kata-kataku menjadi awut-awutan dan buruk, emosiku membingungkan kata-kata yang keluar dari mulutku. Kata-kata yang tiba sesudah mengalami kedua emosi dan doronganku di dalamnya.
"Kalau saya menagis dan meminta bantuan, akankah seseorang tiba untuk menyelamatkanku? Tidak ada, saya hanya akan menjadi beban berat yang harus ditinggalkan. Bahkan kalau saya mencari bantuan, sebagai anggota keluarga Armelia, hanya disebut orang berdosa akan menghipnotis semua orang yang bekerjasama denganku. Kecuali saya sanggup menciptakan mereka menarik kembali pernyataan itu, Tidak ada yang akan berubah. Sampai ketika itu, Aku hanya akan menjadi orang yang bertanggung jawab." (Iris)
Ya, bahkan kalau saya melepaskan semua kekuasaan dan statusku kepada seseorang, selama saya masih orang berdosa yang dikucilkan dari gereja, itu akan tetap menghipnotis konglomerat dan keluargaku. Itulah betapa buruknya. Bahkan kalau saya tidak sanggup menghapus yang sudah disebut orang berdosa, setidaknya saya harus menyingkirkan pernyataan itu.
"Aku mencoba untuk tetap kuat... Dean, kau salah. Aku tidak menahan air mata lantaran mereka tidak berguna... Aku tidak sanggup menangis karena... Bagaimana kalau saya ditinggalkan lagi?" (Iris)
Aku takut menjadi beban. Meskipun saya tahu kolot untuk berpikir menyerupai itu, saya masih tidak ingin kehilangan semua orang. Aku menyimpan rasa takut itu di hatiku, karena, mungkin... mungkin saja itu sanggup terjadi.
"Aku tidak berusaha untuk menjadi kuat... Aku hanya berusaha terlihat kuat. Tapi saya bahkan tidak berhasil. Aku hanya insan yang menyedihkan – Itulah aku." (Iris)
Setelah mengungkapkan perasaanku, air mataku meluap. Ini mungkin pertama kalinya semenjak saya menjadi Iris, Aku mencoba mengekspresikan emosiku yang menjijikan dan kebingungan.
"...Tampilan kekuatan Anda sungguh indah... tapi, tolong jangan luapa siapa dirimu yang sebenarnya. Ini yaitu keinginan semua orang yang bekerja dengan anda. Anda tidak membiarkan diri anda menjadi rentan atau mengambil waktu untuk diri anda sendiri... Meningat posisi anda dan masa lalu, itu yaitu sesuatu yang tidak sanggup dihindari, namun kalau anda menekan menyerupai ini, anda akan mengkhawatirkan orang-orang yang mengembangkan perjalanan anda dan anda mungkin kehilangan arah. Tolong jangan lupakan ini." (Dean)
Ekspresi Dean ketika beliau mengungkapkan pikirannya yang bekerjsama terlihat sangat serius.ini bahkan terasa menyerupai salah satu ceramah yang biasa diberikan ayahku. Tapi kini saya mengerti arti dibalik kata-kata itu, Ayah, dan sangat menyakitkan. Terima kasih, Dean.
Setelah waktu yang lama... yah, sesudah menangis sangat banyak, saya sudah tertidur dimana ketika Dean tidak mengetahuiku dan mengatakanku untuk beristirahat sambil memberikan kalau beliau akan menangani sisa pekerjaan hari ini. Kalau bukan lantaran dia, saya akan tetap bekerja. Ini yaitu pertama kalinya saya tidur nyenyak; Aku tertidur begitu saya meletakkan kepalaku di bantalku.
Besok paginya, ketika saya melihat ke cermin, saya melihat kalau mataku masih merah. Tapi, kulit dan hatiku terasa segar. Sekarang, saatnya untuk 'Upacara pembukaan'.
* * *
Saya agak resah untuk memilih judulnya, lantaran Disonansi terasa ambigu bagi saya. Sebelumnya saya menuliskannya Kerumitan tapi malah lebih ambigu. Disonansi ini menggambarkan bunyi nangisnya Iris hehehe.