Perkuliahan Untuk Mental Driver Bukan Passenger - Gasskeun Perkuliahan Untuk Mental Driver Bukan Passenger | Gasskeun

Perkuliahan Untuk Mental Driver Bukan Passenger



Berawal dari membaca sebuah buku karya Prof. Rhenald Kasali membuat cukup melamun membaca dan memaknai dengan seksama pesan yang hendak disampaikan dalam buku berjudul Strawbery Generation (mengubah generasi ringkih menjadi generasi tangguh). Cukup menarik dan gampang diresapi. Terutama cara bagaimana kita sebagai dosen tidak cukup mengajarkan teori kepada para mahasiswa. Lalu memberi mereka nilai hingga kesudahannya mereka mempunyai selembar ijazah. Lebih dari itu, seorang dosen harus bisa menawarkan tantangan kepada mahasiswanya. Tantangan menyerupai apa? Bukan sekadar tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu berupa essay atau makalah. Namun, seorang dosen harus bisa membangun mental mahasiswanya menjadi tangguh. Meskipun jikalau direnungkan diri sendiri mungkin juga masih dalam kategori kurang tangguh. Namun, saya juga bisa mengambil sedikit kesimpulan bahwa kita harus menjadi insan yang growth mindset.
Belajar dan terus berguru dari aneka macam insiden kehidupan, pengalaman orang lain dan juga buku. Yah layaknya dosen pada umumnya, tiba menawarkan perkuliahan seputar teori sesuai dengan Rencana Perkuliahan Semester (RPS), kemudian menawarkan tugas. Hal yang saya sendiri anggap sebagai sesuatu yang monoton dan bagaikan “Nguyahi Banyu Segoro”. Perkuliahan selalu berlangsung biasa saja, dengan pengalaman pada level standar minimal. Bahkan mungkin banyak juga yang mengajar tanpa menawarkan pengalaman apapun pada diri mahasiswa. Bagaimana tidak, saat saya lontarkan pertanyaan “Sampai di sini ada yang ditanyakan?” Ruangan menjadi sunyi senyap bagaikan tak berpenghuni. Terdiam berjamaah. Lalu saya lanjut bertanya “Sudah mengerti atau sudah binggung?” Barulah beberapa mahasiswa tersenyum sambil bilang “paham” namun tidak jarang yang bilang “masih bingung”. Begitulah mahasiswa dengan segala karakteristiknya. Untuk menjawab sebuah pertanyaan saja takut, apalagi menjawab tantangan hidup? hmmm.
Refleksi dari pembelajaran yang selama ini berjalan, hampir dipastikan kita hanya menawarkan perkuliahan untuk membuat mahasiswa dengan mental passenger. Lalu bagaimana dengan HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang gres saja kita ikuti workshopnya. Itu ialah sesuatu konsep yang baik, namun secara aplikasi apakah cukup dengan perkuliahan di kelas? Mulailah saya berpikir, bagaimana bisa mahasiswa berpikir tingkat tinggi dalam upaya mengatasi duduk kasus jikalau masalahnya saja hanya berupa kiprah resume, makalah, praktik di kelas, dan sebagainya. Di mana letak tantangan bagi mahasiswa? Berbanding terbalik dengan metode kontroversial yang dipakai oleh Prof Rhenald Kasali dalam menawarkan kiprah kepada mahasiswanya. Di mana setiap mahasiswanya yang mengampu mata kuliah pemasaran internasional diharuskan pergi ke luar negeri sendiri tanpa proteksi bahkan biaya pun diperoleh sendiri dengan aneka macam usaha. Sungguh extreme! Saya membayangkan jadi mahasiswa dia saja tak sanggup rasanya. Tapi apa yang saya baca di judul buku selanjutnya yaitu 30 Paspor di Kelas Sang Profesor karya J.S Khairen amat sangat membuat saya berdecak kagum sekaligus terharu.  Sambil membayangkan jikalau saya bab dari dongeng mahasiswa itu mungkin sangat keren sekali..hehehe. So cool! Amazing! Bukan hanya HOTS tapi growt mindset sudah niscaya akan terbangun pada diri mahasiswa beliau. Bagaimana tidak, setiap mahasiswa harus menghadapi tantangan dan duduk kasus di negeri yang abnormal seorang diri dengan bahasa yang Asing alasannya ialah tidak semua berhasil berbincang dengan bahasa Inggris alasannya ialah penduduk lokal tidak memahami. Negara serumpun diblacklist dalam pilihan kunjungan, menyerupai Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste.
Coba bandingkan dengan perkuliahan tradisional di mana mengajar mahasiswa hanya berupa bahan di kelas. Sungguh jauh letaknya dalam mendidik dan menawarkan pengalaman kepada mahasiswa. Kurikulum kita nampaknya masih kurang realistis dengan tuntutan yang diharapkan. Perlahan tapi niscaya saya ingin merubah metode pembelajaran yang hanya mengantarkan mahasiswa dari mental passenger ke mental driver, namun harus pelan-pelan sesuai dengan kapasitas kami di forum swasta kecil. Dalam pembelajaran sejauh ini, saya senantiasa mengajar dengan mengutamakan pembelajaran yang kontekstual sehingga menawarkan pengalaman eksklusif pada diri mahasiswa. Itu saja mungkin amat sangat tidak cukup untuk menyebabkan mahasiswa kita seorang bermental driver. Belajar dan terus belajar, saya mulailah menawarkan tugas-tugas berbasis web, namun masih dalam skala kelompok. Hanya ingin mahasiswa berguru memanfaatkan teknologi dengan penuh karya dan manfaat bagi sesama, bukan hanya untuk bersosial media.
Berkaca dari pengalaman para mahasiwa 30 pasport di kelas Prof Rhenald Kasali. Saya ingin menawarkan pula pengalaman yang menawarkan tantangan pada level yang real kepada mahasiswa. Dengan impian mereka juga sanggup menjadi orang-orang yang mempunyai growt mindset yang mempunyai daya juang sehingga terbiasa menghadapi kesulitan hidup di masa depan dan menjadi para pemenang. Ini ialah sebuah mimpi. Mimpi menembus kebiasaan kurikulum dan pembelajaran di kelas. Setiap perjuangan dan kerja keras niscaya akan menawarkan buah yang manis.Berhentilah mengutuk kegelapan (Ojok kakean sambat!). Nyalakanlah dirimu. Dan jadilah penerang! Pesan ini saya persembahkan untuk mahasiswa yang mungkin beberapa hari lagi akan mendapat kiprah di lapangan dalam matakuliah saya.hehehe.

Sumber https://rimatrian.blogspot.com/

Related Posts