Negeri Kita, Kekasih Kita
(Ke kubangan, ke kubangan jua bangau-bangau itu pulang. bercerita matahari atau kisah tak sudah-sudah)
Jika kabut telah turun. hari yang tak hijau maka marilah memulai kembali. dari nadir dari perca waktu dan sejarah yang tak sempat diyakini. kuucapkan jua padamu ini negeri kita – segerombolan kata kata merunjang matahari. lantaran hari pecah-pecah mimpi dari segala hanya
Ya, amelia. ya, kekasih dari penyair gelisah dan tua mendekatlah dengan sebutir hujan di tempayan. lelehkan di jalan-jalan sebelum ban-ban dibakar, kampus-kampus dimasuki dan kursi-kursi dipatahkan gumamkan puisi singkat wacana malam kita tak sempat atau maritim resah atau sobekan-sobekan pakaian ibu yang tercecer sepanjang pengungsian bukankah bangau-bangau itu burung-burung renta pulang ke sarang masih isyaratkan daun-daun. sekelompok senja pun zikir embun
Ya, amelia katakanlah. ya, kekasih katakan cinta seumur usia biar kuhitung garis bibirmu dengan lelarik pedih supaya perang menjadi lengang. supaya badai-badai usai senyummu sekarang ranah berubah merah. orang-orang menjalin airmata sebagai keranda pengecap kematian yang dijinjing kanak-kanak ke sekolah biar pula kugambar dadamu dengan peta-peta hilang. sudut kasih tergadai kerena orang-orang telanjang berkejar doa untuk menjadi nabi. malaikat atau yang kuasa untuk tahta. sedang kita masih menimba-nimba pagi
(Ke kubangan, ke kubangan jua bangau-bangau itu pulang. bercerita matahari atau kisah tak sudah...)
Maka bila kabut telah turun. kendati hari tak lagi hijau kukatakan jua padamu wacana cinta ini negeri kita!
Payakumbuh, Agustus 2006
Puisi: Negeri Kita, Kekasih Kita Sumber http://www.sepenuhnya.com/