Analisis Kesulitan Guru Dalam Pengembangan Materi Asuh Yang Bersifat Tematik, Terpadu Dan Kontekstual Dalam Kurikulum 2013 - Gasskeun Analisis Kesulitan Guru Dalam Pengembangan Materi Asuh Yang Bersifat Tematik, Terpadu Dan Kontekstual Dalam Kurikulum 2013 | Gasskeun

Analisis Kesulitan Guru Dalam Pengembangan Materi Asuh Yang Bersifat Tematik, Terpadu Dan Kontekstual Dalam Kurikulum 2013

Jika berbicara mengenai tematik, terpadu, dan kontekstual memang bukanlah hal gampang untuk dilaksanakan dalam suatu pembelajaran di kelas terutama di SD. Oleh alasannya yaitu itu akan saya bahas masing-masing sebagai berikut. Pertama, bila berbicara mengenai tematik, maka tematik yang seharusnya terjadi di dalam suatu pembelajaran yaitu tematik yang dibuat menurut janji antara guru dan siswa. Dengan kata lain tema diangkat berdasarkan  realitas yang ada di pikiran siswa dan yang ia gemari sehingga pembelajarannya akan lebih aktif dan bermakna. Dari hasil janji ihwal tema tersebut, gres seorang guru mencari KD yang sesuai dengan tema tersebut dan memadukannya. Jika tematik dilaksanakan dengan konsep menyerupai itu, maka akan memperlihatkan kesempatan pula pada guru untuk mengeksplor kearifan lokal setempat dengan menjadikannya sebuah tema pembelajaran. Namun kenyataan pada kurikulum 2013 tema-tema pembelajaran sudah didistribusikan dari pusat, sehingga bukan mustahil tema tersebut akan terasa asing atau bahkan jauh dari lingkungan anak. Ketidaksesuaian itulah yang akan memperlihatkan kesulitan tersendiri bagi guru dalam membuatkan tema-tema yang ada ke dalam suatu pembelajaran yang terpadu. Solusi yang sanggup saya berikan yaitu berikanlah kebebasan kepada guru untuk menciptakan janji tema yang akan dipelajari dengan siswanya, alasannya yaitu hanya guru dan siswalah yang tau apa yang terbaik bagi pembelajaran.
Kedua, jika berbicara mengenai terpadu, ada beberapa guru yang mungkin sudah pintar dalam hal memadu-madankan mata pelajaran di SD. Namun beberapa guru juga masih mengalami kesulitan, terlebih dengan tuntutan kurikulum 2013 di SD di mana pembelajaran terpadu yang benar-benar menyerupai jus. Bisa dibayangkan bahwa dalam melakukan keterpaduan tersebut guru benar-benar harus tepat memadukan antar mata pelajaran sehingga dilarang satu mata pelajaran pun yang dikenal oleh siswanya. Jika dalam keperpaduan tersebut siswa sudah merasa ia mencar ilmu ihwal IPS atau MTK maka boleh dikatakan guru gagal dalam memadukan mata pelajaran. Untuk meramu keterpaduan menyerupai itu bukanlah hal yang mudah, terlebih bila tidak adanya KD yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan oleh sentra atau mungkin disisi lain pada mata pelajaran tersebut tidak terlihat adanya keterkaitan dengan tema ataupun dengan mata pelajaran lain. Kesulitan- kesulitan menyerupai itulah yang biasa dirasakan oleh guru. Disisi lain guru juga harus membuatkan pembelajaran seluas-luasnya dan holistik dalam konteks dunia anak.  Banyak juga yang menciptakan keterpaduan yang akhirnya memaksa, sehingga terasa absurd alasannya yaitu KD nya tidak menyatu dengan tema atau antar mata pelajaran tidak padu. Sudah seharusnya adanya solusi yang tepat untuk mengatasi bencana menyerupai itu sehingga guru tidak resah dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Solusi yang sanggup saya berikan yaitu: 1) bila kurikulum 2013 benar-benar ingin diterapkan, maka sudah seharusnya diadakan training kepada para guru di SD maupun pada jenjang lain secara berkesinambungan bukan hanya sekedar sosialisasi. Di dalam training tersebut, guru harus dibekali dengan penguasaan pembelajaran terpadu dan berlatih untuk menciptakan keterpaduan antar mata pelajaran menurut tema yang ada; 2) bila tidak ada training atau solusi menyerupai di atas, maka sudah selayaknya pembelajaran dikembalikan kepada guru yaitu dengan memperlihatkan kebebasan kepada guru untuk memilih tema yang akan dijadikan sentra keterpaduan dalam pembelajaran. Tema yang paling bersahabat dengan guru dan siswanya itulah yang tepat bagi mereka, dengan demikian mereka juga akan lebih menyayangi dan memahami daerahnya. Dengan demikian kearifan lokal setempat juga akan tetap sanggup dilestarikan pada generasi muda, sehingga tidak akan hilang tergerus oleh zaman.
Ketiga, bila berbicara mengenai kontekstual, makna dari pembelajaran kontekstual itu sendiri yaitu pembelajaran di mana siswa menemukan sendiri pengetahuannya dan mengaitkan pengetahuan tersebut dengan situasi aktual serta sanggup mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sanggup melakukan pembelajaran yang kontekstual menyerupai itu maka konten pembelajaran yang hendak diajarkan pun harus dikontekstualkan terlebih dahulu sebelum diajarkan kepada siswa. Inilah yang menjadi kesulitan guru bagaimana mentransformasikan bahasa pengetahuan ke dalam bahasa sehari-hari. Misalnya di dalam konsep IPS ihwal peta. Bagaimana mengakibatkan konsep peta menjadi konsep aktual yang sanggup dialami dan dilakukan siswa, maka guru harus benar-benar berfikir secara cermat semoga tidak terjadi miskonsepsi pada diri siswa. Kesulitan-kesulitan tersebut mungkin hanya sanggup diatasi bila guru terus membuatkan pengetahuannya tidak hanya sebatas pada konteks pendidikan  tetapi juga konteks ilmu pengetahuan lain yang terus berkembang di dalam masyarakat. Dengan demikian, maka guru akan mempunyai kepekaan dalam menciptakan suatu pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan situasi dan kondisi aktual di lingkungan siswa.


Sumber https://rimatrian.blogspot.com/

Related Posts