Perilaku Bullying pada Anak
(Jenis dan Dampaknya Bagi Perkembangan Anak)
Penindasan (bullying) merupakan angka yang signifikan di dalam kehidupan siswa (Santrock, 2003). Alasan mengapa seorang murid tidak kembali ke sekolahnya, kira-kira 10% anak sekolah menengah atas berhenti dari sekolah alasannya takut akan ancaman serangan atau pelecehan. Sepertiga anak sekolah menengah pertama merasa tidak aman ketika berada di sekolah alasannya sikap bullying dan enggan melaporkan sikap tersebut alasannya merasa takut, kurang kemampuan untuk melaporkan kejadian, dan merasa guru atau pengurus tidak melaksanakan apapun untuk menghentikan sikap bullying. Karena sikap bullying mengakibatkan rasa takut dan mengganggu proses mencar ilmu di sekolah sehingga peneliti, sekolah, orang tua, psikolog, terutama pendidik didorong untuk memperhatikan secara aktif efek sikap bullying pada keadaan psikologis, budaya sekolah dan kesuksesan siswa dalam bidang akademik.
1. Pengertian Bullying
Bullying mengacu pada kata Bully yang berarti adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih lemah atau rendah dari pelaku), yang mengakibatkan gangguan fisik dan psikis bagi korbannya (korban disebut bully boy atau bully girl) berupa stress (yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau fisik: contohnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya). Juvonen (dalam Slavin,2006: 90) menyatakan bahwa bullying merupakan prilaku mengejek, mengganggu,dan menyerang terhadap seseorang yang lebih lemah atau sobat sebaya, bullying di setiap jenjang usia tetapi kebanyakan terjadi pada masa awal remaja. Menurut Papalia (dalam Cheryl,2009) bullying merupakan prilaku aksi yang disengaja dan berlangsung terus menerus yang ditunjukkan pada individu yang sudah menjadi incaran atau korban.
Jadi, bullying yakni kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak bisa mempertahankan diri dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau menciptakan orang tertekan, trauma/depresi dan tidak berdaya.
2. Bentuk Prilaku Bullying
Bentuk bentuk bullying berdasarkan Sullivan dan Cleary (dalam Cheryl, 2009) ada 3 yaitu:
a. Physical bullying yakni bentuk yang paling kasatmata dari bullying dan terjadi ketika seseorang dilukai secara fisik, menyerupai memukul, menendang, mencubit, mendorong.
b. Nonphysical bullying
1) Verbal bullying mencakup memeras uang atau hak milik orang lain, ancaman kekerasan, mencaci-maki, membuatkan isu bohong dan rumor yang jahat.
2) Non lisan bullying (psycologycal bullying) mencakup mengintimdasi, mengucilkan, mengabaikan, mendiskriminasikan.
3. Penyebab Terjadinya Prilaku Bullying
a. Lingkungan yang tidak kondusif
Lingkungan yang tidak aman merupakan salah satu penyebab bullying terjadi alasannya lingkungan masyarakat akan sangat besar lengan berkuasa dalam pembentukan pribadi remaja. Kekacauan dan perkelahian dalam penyelesaian problem yang terjadi di lingkungan masyarakat pun menjadi sesuatu yang ditiru oleh remaja dalam menuntaskan problem mereka. Begitu pula pada zaman kini banyak siaran media dan media elektronik yang menampilkan majemuk bentuk kekerasan. Yang lebih berbahaya lagi jikalau bullying tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga remaja. Misalnya remaja yang mengalami broken home mempunyai potensi untuk melaksanakan kekerasan alasannya tidak adanya pembentukan nilai moral dan kurangnya rasa kasing sayang dalam keluarganya.
b. Tradisi lanjutan
Adanya warisan dari keluarga, senior maupun sobat satu gank. Kepribadian kita mulai terbentuk ketika remaja, hal inilah yang menciptakan kita suka ikut-ikutan dengan orang sekitar kita, apabila ada seorang sobat yang menjahili bahkan melaksanakan kekerasan kepada temannya yang lain, tekadang kita melibatkan diri dengan cara yang salah, bukan melerai/menasehati mereka tetapi malaha ikut menindas mereka. Ketika menerima tindakan bullying dari senior, begitu kita yang menjadi senior akan ada harapan untuk menindas ingusan kita dengan alasan yang bergotong-royong tidak masuk nalar "Karena saya juga dperlakukan menyerupai itu dulu!!" dan pada kesannya ia juga ikut melaksanakan bullying.
c. Orang renta yang terlalu cuek
Akibat sibuknya orang renta dengan pekerjaannya, mereka jarang menghabiskan waktu dengan anak mereka. Tidak adanya komunikasi antara anak dan orang renta akan berakibat fatal, kita tidak akan tahu keadaan masing-masing. Sesibuk apapun orangtua, tetaplah kewajiban mereka untuk menanamkan nilai-nilai moral yang ada, dan menanamkan rasa kepercayaan kepada anak mereka alasannya dengan memperlihatkan rasa percaya, anak tersebut dengan sendirinya akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kepercayaan yang telah diberikan.
d. Ingin memperlihatkan kekuasaan
Hal ini merupakan lanjutan dari pembentukan abjad yang salah, kebanyakan para pelaku bullying berpikir bahwa dengan melaksanakan tindakan tersebut, hal ini menciptakan dirinya terlihat lebih keren dan eksis. Mereka menikmati sikap antagonis tersebut, dan terus mencari korban sehingga dirinya semakin ditakuti dan disegani oleh orang sekitar
e. Iri hati
Adanya ketidakpuasan dari apa yang sudah ia punya juga menjadi salah satu faktor pendorong untuk melaksanakan bullying, ketika melihat orang lain yang lebih daripada dirinya, ia akan melaksanakan cara-cara yang bisa menciptakan saingannya itu terjatuh, dan tentunya dengan cara yang tidak seharusnya. Biasanya bullying yang terjadi akhir iri hati yakni non physical bullying.
4. Tanda-tanda Anak yang Menjadi Korban dan Pelaku Bullying
Kenali gejala anak yang menjadi korban dan pelaku bullying biar sanggup memperlihatkan penanganan yang sempurna terhadap kasus bullying.
Berikut ini gejala anak yang menjadi korban dan pelaku bullying.
a. Tanda-tanda anak yang menjadi korban bullying:
1) Munculnya keluhan atau perubahan fisik dan psikis anak akhir stres yang ia hadapi alasannya mengalami sikap bullying (adanya perubahan fisik, cemas, tidak percaya diri, ketakutan, dll).
2) Anak-anak yang menjadi korban bullying biasanya anak dengan tipikal sebagai berikut:
a) Individiu yang pasif
b) Cemas
c) Lemah
d) Kurang percaya diri
e) Kurang popular
f) Rendah diri
g) Sulit berteman
h) Pemalu
i) Sombong
3) Laporan dari guru atau sobat atau pengasuh anak mengenai tindakan bullying yang terjadi pada anak.
b. Tanda-tanda anak sebagai pelaku bullying
1) Anak bersikap agresif, terutama pada mereka yang lebih muda usianya, atau lebih kecil atau mereka yang tidak berdaya.
2) Anak tidak menampilkan emosi negatifnya pada orang yang lebih tua/ lebih besar badannya/ lebih berkuasa, namun terlihat anak bergotong-royong mempunyai perasaan tidak senang.
3) Sesekali anak bersikap berangasan yang berbeda ketika bersama anda.
4) Anak yang pernah mengalami bully mungkin menjadi pelaku bully.
5. Strategi Pencegahan Prilaku Bullying
Beberapa cara yang sanggup dilakukan untuk mencegah prilaku bullying di kalangan remaja antara lain:
a. Membantu anak untuk menumbuhkan self esteem (harga diri) yang baik. Anak mempunyai self esteem baik akan bersikap dan berpikir positif, menghargai dirinya sendiri, menghargai orang lain, percaya diri, optimis, dan berani menyampaikan haknya.
b. Mengajarkan anak untuk mempunyai banyak teman. Bergabung dengan grup berkegiatan positif.
c. Membekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada orang dewasa/ guru/orang renta yang berada di dekatnya. Ini berkhasiat untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri ini sanggup berbentuk fisik dan psikis. Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda, berlari), kesehatan yang prima. Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, bakir sehat, kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan menuntaskan masalah.
d. Mengajarkan kemampuan asertif, yaitu kemampuan untuk memberikan pendapat atau opini pada orang lain dengan cara yang tepat.
6. Solusi Ketika telah Terjadi Bullying
Solusi yang ditawarkan ketika telah terjadi prilaku bullying antara lain sebagai berikut:
a. Pendekatan secara personal kepada korban dan pelaku bullying.
b. Dilakukan komunikasi dan interaksi antar pihak pelaku dan korban, serta orang tua.
Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang renta dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme pinjaman sanksi.
Daftar Rujukan
Joecelyn, Cheryl. 2009. Hubungan Bullying dengan Harga Diri pada Remaja Siswa Sekolah yang Menjadi Korban Bullying, (Online), (http://idai.or.id/public-articles/hubungan-bullying-dengan-harga-diri-pada-remaja-siswa-sekolah-yang-menjadi-korban-bully.html), diakses 10 November 2013.
Mahabbati. 2006. Identifikasi Anak dengan Gangguan Emosional dan Perilaku di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2010. Psiologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.
Monks, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bidang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Satrock, J. W. 1996. Adolescence, Edisi Keenam (Kristiaji, W. C & Sumiharti, Y, Ed). Adelar, S. B & Saragih, S. 2003. Jakarta: Penerbit Erlangga
Slavin, Robert E. 2006. Education Psichology. New Jersey: Pearson Education.
Wulastrina. 2012. Perilaku Bullying ditinjau dari Pemahaman Moral Remaja, (Online), (http://www.stopbullying.gov/2012/03/perilaku-bullying-ditinjau-dari-pemahaman-moral-remaja), diakses 10 November 2013.
Widyagara. 2010. Definisi Gangguan Emosional dan Prilaku, (Online), http:/google.com/definisi/gangguan/emosi/dan/tingkah/laku.com), diakses 12 November 2013.
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Rosdakarya.
Sumber https://rimatrian.blogspot.com/
a. Pendekatan secara personal kepada korban dan pelaku bullying.
b. Dilakukan komunikasi dan interaksi antar pihak pelaku dan korban, serta orang tua.
Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang renta dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme pinjaman sanksi.
Daftar Rujukan
Joecelyn, Cheryl. 2009. Hubungan Bullying dengan Harga Diri pada Remaja Siswa Sekolah yang Menjadi Korban Bullying, (Online), (http://idai.or.id/public-articles/hubungan-bullying-dengan-harga-diri-pada-remaja-siswa-sekolah-yang-menjadi-korban-bully.html), diakses 10 November 2013.
Mahabbati. 2006. Identifikasi Anak dengan Gangguan Emosional dan Perilaku di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2010. Psiologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.
Monks, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bidang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Satrock, J. W. 1996. Adolescence, Edisi Keenam (Kristiaji, W. C & Sumiharti, Y, Ed). Adelar, S. B & Saragih, S. 2003. Jakarta: Penerbit Erlangga
Slavin, Robert E. 2006. Education Psichology. New Jersey: Pearson Education.
Wulastrina. 2012. Perilaku Bullying ditinjau dari Pemahaman Moral Remaja, (Online), (http://www.stopbullying.gov/2012/03/perilaku-bullying-ditinjau-dari-pemahaman-moral-remaja), diakses 10 November 2013.
Widyagara. 2010. Definisi Gangguan Emosional dan Prilaku, (Online), http:/google.com/definisi/gangguan/emosi/dan/tingkah/laku.com), diakses 12 November 2013.
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Rosdakarya.
Sumber https://rimatrian.blogspot.com/
Related Posts
- Mengamati Perkembangan Kemampuan Menulis Awal Dan Menulis Lanjut Di Sekolah Dasar A. Hakikat Menulis Menulis merupakan suatu kegiatan pemanfaatan bahasa tulis sebag ...
- Salah Kaprah Bangsa Indonesia Melupakan Permainan Tradisional Normal 0 false false false IN KO AR-SA MicrosoftInternetExp ...
- Self-Determination Pada Anak Usia Sd Normal 0 false false false IN KO AR-SA ...
- Kesalahan Dalam Mendidik Anak Dan Pengaruhnya Pada Perkembangan Anak Normal 0 false false false IN KO X-NONE ...
- Pentingnya Growth Mindset Dalam Proses Pendidikan Anak Normal 0 false false false IN KO AR-SA ...
- Gangguan Sikap Dan Dilema Pada Belum Dewasa Gangguan Perilaku dan Masalah pada Anak-Anak Ada tiga jenis umum gangguan perilaku yaitu dilema sikap eksternal, dilema sikap internal ...